16

6 0 0
                                        

Ini saatnya. Di mana aku melakukan penyelidikan secara langsung di tempat kejadian. Tidak perlu repot-repot untuk menaiki mobil Evgen terus-menerus.

"Remember, pencet tombol samping bros, jika kau dalam masalah."

"All right." Aku sedang mempersiapkan beberapa senjata untuk digunakan.

Pertama, aku letakkan di saku celana. Ukurannya yang kecil, memudahkanku untuk membawanya. Selain itu, hal tersebut memudahkanku dalam proses perlawanan. Aku tidak perlu repot-repot untuk mengambilnya dari tas.

"Jika terjadi keributan, kau bisa langsung mengkodeku melalui kamera ini."  Evgen terlihat sangat peduli. Ini tidak seperti Evgen yang kukenal.

"Evgen, stop. What happen with you?" Aku khawatir, ia sedang konslet.

"What? Nothing happen with me. Aku hanya tidak ingin melihat partnerku sekarat." Ia berkata, dengan raut wajah yang tidak dapat kuungkapkan.

"Why you very consider-" Aku tidak ingin melanjutkan kata tersebut.

"Kau kira aku tidak panik, ketika tanganmu berdarah dua kali?" khawatirnya.

"I can't expect, you can be like this," ucapku di dalam hati.

Kami memulai aksi. Kali ini dua kali lebih serius. Karena aku yang melakukan penyelidikan secara langsung. Evgen hanya bisa melindungiku dari sini saat malam hari. Karena kuyakin, di sana pasien hanya diperbolehkan sendiri.

"Ambil ini." Ia memberikanku semacam benda kecil, yang aku tidak tahu apa itu.

"Jika kau memiliki peluru, aku punya ini. Benda ini dapat kau gunakan, jika pistolmu tidak berfungsi. SI34 namanya. Semacam bom gas kecil. Kau dapat memencet tombolnya. Tiga detik kemudian, benda ini akan mengeluarkan gas, yang dapat mengelabui musuh.

"Thank you, Evgen."

Kami memasuki ruangan Jenderal Gior.

"How are you doing, it's getting better, Kieva?" tanya Jenderal Gior, melihat ke arah tanganku.

"I'm better, Jenderal."

"Today, saatnya melakukan penyerangan. Saya berharap, kalian akan baik-baik saja." Jenderal Gior terlihat khawatir.

"We'll be fine," ucap Evgen tegas.

"Saya suka keberanian kau, Evgen." Jenderal menepuk pundak Evgen.

"Are you ready?"

"We are always ready, Jenderal."

Aku dan Evgen langsung memasuki mobil. Nura menaiki mobil lain, namun kami akan memantaunya. Melihatnya dari belakang bersama Halton.

Mengapa ada Halton? Ya, Halton bersikeras untuk melihatku baik-baik saja, serta kesempatan untuk dekat dengan Nura.

Halton berpura-pura menjadi supir Nura. Melihatnya seperti itu, membuatku tertawa sedari tadi.

"Why you always smile?" Evgen menatapku aneh.

"Nothing, aku hanya merasa aneh ketika Halton seperti itu. Gayanya seperti supir sungguhan."

Halton sedang mengendarai mobil lain, di depan kami sekarang.

"Do you like, Halton?" Evgen berbicara aneh. Membuatku mengingat percakapan Halton semalam.

"Oh come on, my sister. Kau ternyata bodoh dalam hal percintaan, sudah jelas sekali bahwa Evgen cemburu denganku. Pantas saja kau tidak memiliki crush, sikapmu saja tidak peka." Halton terlihat menyeringai.

Clandestine ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang