30

7 0 0
                                        

"What do you mean?" Halton terlihat kebingungan.

"KAU TELAH MEMBUNUH IBUKU." Aku menodongkan pistol ke kepala pria tua.

Semua orang terkejut, tak terkecuali Evgen.

"Apa mak-, oh Magnolia?" Ia berkata santai.

"Shut up."

"Kau anakku?"

"Jangan memanggilku."

Pistol yang kupegang masih berada pada kepalanya. Pamanku tiba-tiba muncul dan menarikku begitu saja.

"Awas." Evgen menendang kaki paman hingga membuatnya tersungkur.

"Kau ini sangat pengecut, Paman," dinginku.

"Jadi, dibalik semua ini adalah..."

"Yeah, kukira pria tua itu telah mati. Namun, aku salah. Ia masih hidup."

"Kau sama seperti lbumu, keras kepala."

"JANGAN BERKATA TENTANG IBUKU, FUCKER."

"Mengapa kau tak membunuh gadis itu?" Ayahku berbicara pada paman, sambil menunjukku.

"Aku tidak tahu bahwa ia masih hidup," jawab paman tenang.

"Dasar bedebah sialan!" Halton dan Evgen memukul paman.

DOR

"Sudah cukup main-mainnya?" Dokter Lucas benar-benar gila.

"Kukira kau yang seharusnya periksa keadaanmu Dokter, kau harus meminum obat itu." Aku berkata dingin.

"Kau ini!" Ayahku ingin menyerangku, ia menodongkan pisau ke arahku.

"AWAS, KAK!" Nura berteriak panik.

Aku langsung sigap dan menghindari pisaunya.

"Let's play."

Kami melawan dengan senjata satu sama lain.

"Argh." Tanganku terkena pisau, membuat darah mengalir segar dari sana.

DOR

Aku menembakkan pistol ke atap.

Pria itu masih saja menyerangku dengan pisau operasinya. Namun, aku melihat bahwa paman ingin menembakkan peluru kepadaku. Aku langsung menghindarinya, serta memakai teknik zig-zag shoot.

DOR

Peluruku mengenai perut paman.

"Sudah kubilang, jangan bermain-main denganku!"

Perkelahian ayah dan gadis malang masih berlangsung, membuat masing-masing dari kami sedikit terluka.

Dokter Lucas yang melihatnya, terlihat menodongkan pistol ke arah kepalaku. Evgen langsung berlari mendorong tubuhku.

DOR

"Argh."

Sunyi. Rasanya seperti kegelapan. Ketika melihat seseorang yang kau kenal tertembak.

"HALTON!"

"HALTON, WAKE UP!!"

Halton terbentur oleh lemari, serta perutnya yang terkena peluru. Ia tidak memakai shirt protector.

"Hiks, hiks, wake up, Halton." Aku memapah kepala Halton.

"A-ku memang ti-dak tahu, namun setidaknya, aku berhasil membunuh orang yang membuat hidupmu sengsara," ucap Halton tertatih-tatih.

Aku menggelengkan kepala kasar sambil menangis. "SEHARUSNYA AKU YANG MEMBUNUHNYA."

"Ia sudah ti-ada," ucap Halton menunjuk ayahku.

Clandestine ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang