29

4 0 0
                                    

Aku masih menunggunya, namun sudah hampir lima menit, Evgen tak kunjung keluar. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya. Khawatir? Perasaan pertama yang aku lakukan, setelah bertahun-tahun tidak menemukannya.

Hitungan mundur dari laptop Evgen membuatku panik. 3, 2, 1.

Cklek, pintu tertutup. Aku tidak tahu ingin berbuat apa. "Where are you?"

Tidak ada balasan dari spy earphones Evgen. Aku panik, berusaha mengotak-atik laptop hologramnya. Kutekan tombol enter, namun tidak ada yang berubah.

"Fu*k." Aku kesal setengah mati, tidak mengerti ingin menekan tombol apa. Berbagai kode bermunculan di mataku.

Aku berusaha untuk fokus, mengingat basic hack yang diajarkan, serta yang sering kulihat saat Evgen melakukan penelitian.

"Mengapa kode ini tidak bisa diam?"

Aku berusaha untuk mengetikkan beberapa hack code. Saat sedang fokus, aku mendengar suara dari dalam.

DOR

"Oh, NO!!" Aku berteriak ketika mendengar sebuah peluru dari dalam sana.

Aku mengeluarkan pistol dan menembakkannya ke pintu.

DOR
DOR
DOR

"Arghh." Tidak bisa, pintu ini memiliki keamanan yang lebih kuat, dibandingkan di ruangan misterius milik Healing Pain.

Aku menendang pintu dengan kesal. "WHO ARE YOU!!"

Emosiku tidak stabil, tidak peduli jika para penjaga di sini mendengar dan menangkapku.

"Hei, hei, hei, what happened?" Halton menghampiriku dengan berlari, sambil menggenggam tangan Nura.

"Evgen berada di dalam sana." Aku menunjuk pintu tersebut, sambil menggigit bibirku khawatir.

DOR
DOR

Halton juga berusaha untuk menembaknya, namun tetap saja, tak dapat terbuka.

Aku masih mencoba mengingat beberapa kode yang diberikan Evgen saat itu.

"What are you doing, Kak?" tanya Nura panik.

"Aku sedang mengetikkan beberapa hack kode yang Evgen telah berikan kepadaku."

DOR

Terdengar dari dalam sana. Membuatku marah dan ingin menonjok laptop Evgen sekarang juga.

"Apa itu Evgen?" tanya Halton.

Aku mengangguk cemas.

"ARGHH, MENGAPA SUSAH SEKALI!" ucapku frustasi ketika kode terus-menerus error.

"Hei, jangan kau rusak laptop itu," tegas Halton.

"Aku ingin melemparnya sekarang juga."

Terdengar suara kaki yang ingin menghampiri kami. Mereka berjumlah lebih dari sepuluh orang, membuat kami terkejut.

"Kak Halton, i'm scary." Nura terlihat panik.

"Kau bersembunyi saja di belakangku, Nura," ramah Halton.

Huh, drama lagi, pikirku.

Mereka ingin menangkap kami, namun aku dan Halton langsung sigap, menembakkan satu per satu peluru, mengenai tangan dan kaki mereka.

DOR

Persaingan semakin sengit, membuat mereka marah dan ingin menerkam kami bertiga.

"Ahhh."

Clandestine ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang