"What." Aku dan Evgen sama-sama terkejut.
"Ya, semalam saat ingin pulang, aku sangat penasaran dengan apa yang terjadi di ruangan tersebut." Nura masih melanjutkan ceritanya.
"You see another people?" tanyaku.
"Not, i just see blood. Terlihat sekali bahwa bekas darah itu diseret." Nura terlihat ketakutan.
"Di mana rumah kau?" tanya Evgen.
"Tidak jauh dari sini."
Aku berkata dengan dingin. "Are you alone in your home?"
"Yeah, aku tinggal di kota ini sendirian. Aku merantau."
Bahaya. Bisa jadi, Nura adalah saksi mata dan justru hal tersebut dapat membahayakannya. Terlebih lagi, kita tidak tahu, bukan? Apakah ada mata-mata di sini.
"Nura, you must prepare now. Bawa semua barang-barang kau dan tinggal bersama kami. Aku takut, if you alone, mereka bisa saja mencelakai kau." Evgen terlihat perhatian.
Namun benar, aku tidak ingin melihat korban. Evgen benar, setidaknya kita harus melindungi saksi mata di sini.
"Yeah, you must prepare all," sambungku.
"Kau ingin mengantarnya?"
"Let me, come on Nura." Entah mengapa, aku ingin mengantarnya dan membawanya ke Gedung FBI. Aku sedikit khawatir.
"Thank you, Kak Kieva."
"Just call me Kieva. Kita hanya berbeda satu tahun." Aku langsung siap-siap menuju rumahnya.
Tenang saja, kami menaiki taxi. Jadi, tidak usah takut jika aku akan mencelakai Nura.
Evgen sepertinya memiliki hal yang harus ia lihat sekarang. Rekamannya. Ia mungkin akan mengecek itu. Jadi, tidak bisa bersama kami.
"Let's go, Nura."
Aku mengangguk kepada Evgen, mengisyaratkan bahwa ingin pergi. Sepertinya, kami sudah menjadi partner yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Ia pun membalas anggukanku. Cerita ini baru dimulai.
___
"Woah, tempat kau lumayan besar untuk ditempati seorang diri." Aku melihat sekeliling.
"Tidak, ini biasa saja. Kieva, aku ingin mengambil minum terlebih dahulu. Do you like a coffe?" tanyanya ramah. Nura baik sekali. Aku tidak ingin, orang baik seperti dia harus celaka.
"Anything. Jangan merepotkan." Aku juga berusaha untuk lebih hangat.
"It's okey, kalian membuatku lebih tenang."
Nura membawakanku secangkir hot coffe.
"Thanks."
"No need. Sejak kapan kau menjadi agen?" tanyanya.
"Three years ago."
"Apakah kau juga tinggal di sana?"
Aku hanya mengangguk.
"How about your family?" Nura sedikit membuatku jengkel.
Sebenarnya, pertanyaan ini paling aku tidak sukai.
"Real or not?"
"What do you mean?"
"To be honest, aku dari panti asuhan," ucapku. Sungguh, aku merindukan suasana panti yang hangat. Saat ini, aku tidak berbohong.

KAMU SEDANG MEMBACA
Clandestine ( Sudah Terbit )
Misterio / SuspensoApa harus jadi penjahat agar bisa dihargai? Titik tengah kuhancurkan dengan satu peluru. Aku menembakkan peluru kedua di tempat yang berbeda. Almond eyesnya menatap tajam. DOR "Two points." Lagi-lagi, aku menghantamkan peluru kedua dengan tepat. "G...