28

6 0 0
                                        

Rasanya seperti dejavu. Masa lalu terbayang-bayang di atas kepalaku. Aku mendengar seseorang seperti menghampiriku. Membuat diriku menutup telinga kencang.

"DON'T CLOSE ME," suaraku bergetar, takut.

"Hei, hei, this is me." Evgen memegang pundakku menenangkan.

"WHAT.."

"Shut, don't scream."

Aku melihat tangan Evgen yang masih berada di pundakku.

"I'm sorry." Ia langsung melepaskan tangannya begitu saja.

Aku masih termenung.

"Hei, look at me." Evgen terlihat serius. "I know you are strong girl. Kau gadis dingin pertama yang membuatku terpana."

Aku mengerutkan alis, heran.

"Emm, mak-sud-ku as work partner."

Terlihat sekali wajahnya yang panik. Aku yang menatapnya, hanya terdiam, tidak tahu ingin merespon apa.

"Woaa, what is that?" Evgen melihat ke arah samping, terlihat berbagai jenis kepala, yang ditumpuk seperti bola basket.

"Kepala mayat," ucapku dingin.

"Why are you so relaxed about this?"

"Karena aku sering melihatnya."

Evgen tertegun.

"Sudahlah, let's record this place. Aku ingin tahu siapa dibalik semua ini." Aku berkata dengan dingin, ingin sekali menembak orang yang telah membuat ratusan nyawa tak bersalah menderita.

"Apakah kau melihat Dokter Lucas?" tanya Evgen.

"Memangnya kenapa?"

"Titik mobil Dokter Lucas ada di sekitar sini." Evgen memberitahuku melalui laptopnya. Masih ingat, kan? Bahwa Evgen meletakkan GPS pada mobil Dokter Lucas?

"So, apakah orang itu menyamar di sini atau tidak?"

"I'm not sure, sepertinya kita harus lebih teliti setiap melihat pergerakan."

Aku mengangguk, menyetujui.

Evgen menatapku, mengisyaratkan kekhawatiran dalam matanya. "Are you okey now?"

"Kau membuatku panik."

"Sorry, aku terburu-buru, tidak ingin melihatmu seperti kemarin."

"I'm better now, thanks."

"Okey, i will take this video." Evgen merekam semuanya, terlihat wajahnya yang aneh, ketika menatap satu-persatu mayat yang memelototinya.

Video yang ia rekam, langsung terkirim ke pusat FBI.

"Already?" tanyaku.

Ia mengangguk.

Tak, tak, tak.

Terdengar suara sepatu yang mendekati ruangan ini. Aku memegang pistol, bersiap menembaknya. Namun, Evgen malah menarikku, agar bersembunyi saja.

Ia menyuruhku bersembunyi di hadapannya. Lebih tepatnya, di sini terdapat dua keranjang di sisi kiri dan kanan. Jarak antara keranjang satu dan lain, sekitar lima meter. Kami bersembunyi di masing-masing ruang kosong dekat keranjang mayat. Oh, aku salah. Lebih tepatnya, kepala mayat.

Aku memelototi Evgen. "Kenapa harus bersembunyi?"

"Shut, kita tidak akan gegabah lagi, sebelum mengetahui semuanya. Lebih tepatnya, di mana keberadaan Dokter Lucas," ucap Evgen dari seberang sana.

Clandestine ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang