Prolog

1K 72 0
                                    

Janu melenggang dengan dua cup kopi ditangannya. Ia mengarahkannya menghampiri seseorang yang telah lebih dulu duduk di bangku taman. Lelaki manis itu berhenti sejenak tatkala langkahnya terasa dekat dengan tujuannya. Janu menghela nafas dalam lalu kembali melanjutkan langkahnya. Ia menyerahkan satu cup kopi ditangannya pada wanita yang sudah menunggunya.

"Ini kopinya tante"

"Terima kasih"

Wanita itu mengulas senyuman lembut lalu mengambil cup kopi dari tangannya. Janu lantas duduk bersandar disamping wanita itu kemudian ikut menatap lurus ke depan sama seperti wanita di sampingnya.

Mereka diam untuk beberapa saat, membiarkan diri mereka sibuk dengan pikiran masing masing sembari menyesap kopi yang dibawah Janu. Tak lama sang wanita disamping Janu menghela nafas panjang. Janu dapat mendengar itu dengan jelas namun ia masih bertahan dengan kediamannya.

"Nggak kerasa ya udah lima tahun. Kayanya baru kemarin masih liat kamu pake seragam SMA. Eh, sekarang udah pake jas rapi begini."

Janu diam. Tak ada yang terucap. Ia pun kembali menyesap kopinya.

"Gimana Jan ? Kuliah lancar kan ?"

"Lancar tante. Udah kerja juga"

"Syukur lah. Kerja dimana ?"

"Ada tan, di penerbitan"

"Jadi ambil sastra inggris ?"

"Jadi, sekarang jadi penerjemah disitu"

"Syukurlah. Cita-cita kamu dulu kesampean juga"

Diam. Kali ini bukan hanya Janu tapi wanita yang diapanggilnya tante itu pun kembali terdiam. Keheningan kembali menyelimuti mereka sebelum akhirnya wanita itu kembali bertanya. Dan pertanyaan kali ini membuat Janu tersentak dan mengalihkan pandangan yang sedari tadi lurus ke depan kini berpindah pada wanita disampingnya.

"Kamu udah ada pacar ?"

Janu menoleh. Dilihatnya wanita yang jauh lebih muda dari ibunya itu. Meski tak setua ibunya, Janu dapat melihat kerutan halus diwajahnya. Mata sendu yang masih sama seperti terakhir kali ia lihat. Meski begitu, wanita itu masih sama. Ia masih seorang sosok ibu yang hangat sejak pertama kali Janu bertemu.

Tak lantas mendapat jawaban, wanita itu paham. Paham jawaban apa yang dimiliki Janu. Wanita itu tersenyum lalu menatap Janu yang sudah kembali mengarahkan pandang jauh ke depan.

"Janu, kamu harus lepasin dia. Kamu juga berhak bahagia. Jagad juga mau lihat kamu bahagia"

Jagad. Dada Janu sesak tatkala nama itu disebut, membawanya kembali ke masa lalu. Masa lalu yang membelunggunya hingga detik ini.

JAGAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang