Pemakaman Jagad dilaksanakan keesokan paginya. Kasus Jagad muncul di berita pagi itu juga begitupun kepergiannya. Sekolah ditutup selama seminggu karena banyaknya keluhan dan juga media yang hendak meliput atau meminta keterangan.
Cuaca sangat cerah, warna biru menghiasi langit kala itu. Awan putih tipis berjalan berarak di atas sana. Bahkan langit pun rupanya ikut mengantarkan Jagad ke pembaringan terakhirnya. Pemakamannya diadakan tertutup hanya keluarga Manendra dan keluarga kecil Ekawira serta tak lupa para sahabat Jagad, Jake, Yasa, Shaga dan Randika. Suara tangis pilu kontras dengan cerahnya langit hari itu.
Pemakaman telah usai, menyisakan Alia dan beberapa anggota keluarga serta Janu beserta keluarga dan teman-temannya. Alia mengusap nisan putra semata wayangnya.
Jagad Manendra
Sosok itu telah meninggalkannya sendiri. Air matanya terasa mulai mengering setelah menangis semalaman hingga pagi ini. Kedua orang tuanya mengusap pelan bahu Alia, menyalurkan penenang kepada dirinya.
Akhirnya keluarga membawa Alia pergi dan meninggalkan Janu, keluarganya, dan teman-temannya.
Janu tak kalah kacau dari Alia. Ia menangis semalaman. Ia sempat menolak pulang dari rumah sakit sampai akhirnya baru pulang pukul 2 malam. Kemudian meneruskan tangisnya hingga terlelap hampir subuh tadi.
Sejak bangun tadi pun Janu tak lagi mengeluarkan air matanya namun ia hanya diam. Ia bagai kehilangan nyawanya. Sepanjang pemakaman ia hanya diam. Memandang peti sang kekasih beristirahat di tempat terakhirnya. Ia terus memandang nisan Jagad datar. Meski begitu hatinya hancur. Kenyataan ini belum ia terima sepenuhnya. Bahkan pagi ini ia berharap ketika ia membuka mata ada Jagad disisinya tengah tertidur lelap dalam pelukannya. Namun, yang ia dapati hanya hampa.
"Janu, kita pulang dulu ya. Besok kita kesini lagi"
Sang mama mengusap lengannya pelan dan mengajak putra bungsunya beranjak dari tempat itu. Janu menatap nisan itu agak lama lalu hendak meninggalkan tempat itu. Namun, baru saja beberapa langkah Janu kembali berhenti dan tak lama tubuhnya ambruk. Seketika membuat orang yang tersisa disana panik.
Janu pingsan.
------
Persidangan untuk kasus Jagad diadakan tepat dua minggu setelah pemakaman Jagad. Kini Alia dan keluarga bersama kuasa hukumnya sudah menunggu di dalam ruang sidang. Persidangan hari ini juga dihadiri oleh kepala sekolah dan beberapa guru serta anggota komite sekolah. Janu bersama keluarganya serta teman-temannya pun ikut datang.
Tak lama kelima pelaku dibawa masuk ke dalam ruang sidang. Amarah seketika menyelimuti orang-orang yang datang. Alia menatap pilu kedatangan kelimanya. Inikah orang-orang yang telah merenggut putra kesayangannya ?
Yasa menatap penuh amarah kelima anak seumurannya itu. Tak berbeda jauh Jake, Shaga dan Randika. Sedangkan Janu hanya memberikan ekspresi datar kepada anak-anak itu.
Persidangan dimulai. Mulai dari pembacaan kasus, pembelaan pihak terduga, penyampaian bukti hingga pernyataan saksi. Keadaan berubah riuh saat jaksa memutar bukti video yang pernah dibawa Janu. Video itu diputar dipersidangan sebagai bukti utama. Seketika raut keterkejutan menghiasa seluruh orang di dalam ruangan itu. Alia yang menyaksikan seketika runtuh. Tangisan pilunya pecah begitu saja. Bagaimana bisa anak yang masih seusia putranya melakukan perbuatan keji pada sesamanya ?
Mata Janu mulai berair, isakannya pun mulai terdengar. Belum selesai video diputar Janu lebih dulu membuang pandangnya dan menenggelamkan wajahnya di dada Adanu yang duduk disampingnya. Ia menangis di pelukan sang kakak. Hatinya pilu menyaksikan apa yang terjadi pada kekasihnya. Usapan halus Adanu berikan kepada sang adik. Adanu tak kalah hancur menyaksikan semuanya.
Persidangan sempat tak terkendali karena kemarahan orang-orang yang datang. Namun, dapat kembali kondusif setelah beberapa saat. Persidangan dilanjutkan hingga akhirnya hakin memberikan putusan. Andre dan tiga anak diganjar 5 tahun dan 1 orang lainnya 2 tahun penjara. Tangis histeris orang tua para pelaku pun mengiring kepergian kelima anak yang dibawa keluar ruangan oleh para petugas. Persidangan berakhir, meninggalkan tangis dan ucapan seribu maaf di hadapan keluarga Manendra. Bahkan kedua orang tua Andre yang dikenal sebagai salah seorang yang berpengaruh di daerah itu berlutut di depan Alia dan keluarga Manendra meminta belas kasihan.
Namun, luka Alia lebih dalam. Mereka hanya akan jauh dari putra mereka selama lima tahun. Selama itu pula mereka masih bisa bertemu dengan putranya. Sedangkan Alia, ia harus kehilangan putra semata wayangnya selamanya. Tak ada lagi wajah cerah yang setiap pagi akan menyapanya ramah. Tak ada lagi pertengkaran kecil antara dirinya dengan putranya. Tak ada lagi sosok manja yang akan menempel padanya. Dan tak ada lagi seorang Jagad dalam hidupnya.
Tanpa memperdulikan para orang tua yang masih memohon di kakinya, Alia melengos pergi meninggalkan ruang pengadilan. Cukup sudah urusannya dengan orang-orang yang telah merenggut putranya. Begitu pula dengan Janu. Dari bangkunya, ia memandang datar ke kumpulan orang tua yang menangis meratapi keadaan putra mereka yang harus menanggung akibat dari perbuatan mereka.
Kasus ini telah berakhir namun luka dan kehilangan akan selalu melekat pada diri mereka yang ditinggalkan.
------
San 🐨

KAMU SEDANG MEMBACA
JAGAD
Fiksi Penggemar"Janu, kamu harus lepasin dia. Kamu juga berhak bahagia. Jagad juga mau lihat kamu bahagia" "Janu, kamu bilang Jagad itu semestamu. Tapi asal kamu tau, kamulah semestaku" Main character: Jay sebagai Jagad Manendra Jungwon sebagai Janu Ekawira [6 Oct...