Prolog

34.1K 1.2K 34
                                    


"Saya terima nikah dan kawinnya Ghiani Aprillya Putri binti Sadewa Pramudya dengan maskawin berupa 100 gram emas serta uang 10 milyar rupiah dibayar tunai."

Sah!!

Satu kata yang serentak dijawab oleh seluruh tamu yang hadir membuat telinga Prilly berdengung.

Sekarang ia benar-benar resmi menjadi seorang istri bukan Aditya yang menjadi suaminya melainkan laki-laki lain yang tidak pernah ia kenal sebelumnya namun resmi mempersunting dirinya hari ini.

Aliandra Putra Suseno.

"Sekarang kita keluar ya Mbak?" Prilly hanya bisa pasrah ketika dua orang penata rias yang disewa oleh Ayahnya untuk merias wajahnya dihari bahagia perlahan membantu dirinya untuk berdiri dan melangkah keluar menemui imamnya.

Bahagia? Dalam mimpi sekalipun Prilly tidak pernah bahagia dengan apa yang terjadi hari ini.

Bayangan dimana dirinya memohon pada Aditya mantan kekasihnya beberapa hari yang lalu masih terngiang di kepalanya.

"Mas tolong bawa aku pergi Mas!" Prilly memohon pada Aditya kekasihnya. "Aku akan dinikahi oleh laki-laki yang menjadi pilihan Papa." Prilly benar-benar kalang kabut setelah Ayahnya memberitahu dirinya bahwa putra dari sahabatnya akan melamar dirinya untuk dijadikan istri sekaligus Ibu.

Benar, Prilly akan dinikahi oleh seorang Duda beranak satu.

Miris sekali.

"Maaf Prilly, Mas tidak bisa karir Mas masih belum dikatakan sukses jadi Mas tidak bisa mempertaruhkan masa depan Mas untuk menikahi kamu."

Dan semua harapan Prilly pupus hanya dengan satu jawaban yang keluar dari mulut Aditya. Ternyata ia tak lebih penting dari karir pria itu.

Miris sekali.

"Mbak sudah boleh dicium tangan suaminya sebagai bentuk bakti Mbak yang sekarang telah sah menjadi seorang istri." Suara wanita yang ditunjuk sebagai pembawa acara membuat Prilly terhenyak, ia tidak tahu sudah berapa lama ia melamun.

Prilly mendongakkan kepalanya dan untuk pertama kalinya ia menatap langsung wajah sang suami yang selama ini hanya ia ketahui namanya saja. Ali.

Tidak ada tatapan hangat apalagi penuh cinta mereka menikah sama-sama karena keterpaksaan sehingga tidak heran jika wajah keduanya sama-sama kaku.

Tidak ada senyuman apalagi rona malu-malu di wajah pengantin seperti yang biasa terlihat. Keduanya tampak kaku bahkan ketika Ali mengecup kening istrinya.

Tidak ada debaran seperti yang pernah ia rasakan dulu ketika ia menikahi Salwa mantan istrinya.

Sebelum memundurkan tubuhnya, Ali terdengar berucap lirih. "Jangan terlalu berharap pada pernikahan ini cepat atau lambat kita akan berpisah ingat itu!"

Prilly melebarkan senyumannya jika pria ini ingin bermain baiklah akan Prilly ikuti permainan pria yang sudah sah menjadi suaminya ini.

Dengan perlahan Prilly mencondongkan tubuhnya tak hanya para tamu Ali sendiri nyaris terjengkang jika tidak sigap berpegangan pada kursi yang ditempati olehnya.

"Pisah atau tidaknya kita semua ada di tanganku! Aku yang akan memilih mengakhiri atau mempertahankan pernikahan ini. Jadi jangan terlalu mendominasi karena aku bukan perempuan yang bisa kamu intimidasi begitu saja. Ingat itu!"

Cup.

Prilly kembali ke tempat duduknya setelah membalas ancaman Ali lalu mengecup lembut pipi laki-laki itu.

Senyum Prilly mengembang lebar berbanding terbalik dengan wajah Ali yang sama sekali tidak enak dipandang.

Siapa yang perduli? Prilly? Tentu tidak. Prilly tidak akan mau repot-repot perduli pada laki-laki bengis ini.

Lihat saja bagaimana Prilly akan membalas setiap perbuatan jahat pria ini padanya. Prilly tidak pernah main-main dengan perkataannya.

*****

Ketemu lagi di cerita baru...yok kasih pendapat kalian tentang cerita baru ini.

Duda TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang