Suasana hati Prilly semakin memburuk saat Amar memaksa dirinya untuk menemaninya duduk di gazebo belakang sambil melihat Ayahnya berenang.Benar sekali, pria 'penyayang' istri itu sedang bergerak indah didalam air dengan gaya berenangnya yang sudah seperti atlit saja.
"Mami lapar."
Prilly mengalihkan pandangannya pada Amar. "Amar mau makan apa biar Mami siapin." Prilly merapikan anak rambut Amar yang sedikit berantakan dan menghalangi wajah tampan Amar.
"Makan di sini ya Mi? Sambil liat Papi renang Amar juga mau minta diajarin berenang sama Papi." Celoteh Amar yang semenjak kedatangan Prilly sifat anak itu berubah menjadi lebih bersemangat.
Prilly melirik kearah kolam di mana suaminya masih begitu fokus meliuk-liukan tubuhnya di dalam air.
Doain tenggelem tahu rasa kamu!
"Jangan deh Sayang nanti kulit putih Amar jadi gosong kalau berenang panas-panas begini." Prilly berusaha melarang putranya.
Amar tersenyum lembut menatap Ibunya. "Enggak apa-apa Amar kan cowok jadi nggak apa-apa gosong Mami." Senyum anak itu terbit membuat hati Prilly luluh, ia menjadi tak tega melarang anaknya untuk berenang.
Tapi mengingat betapa menyebalkan Ali, ia kembali melarang anaknya bermain bersama pria itu, bisa-bisa Amarnya dilelepin sama Ali.
Ya siapa tahu pria itu kan hatinya busuk sekali.
Astaga Prilly! Berhentilah mengolok-olok suamimu!
Bodo amat!
Prilly tak sadar jika perubahan berbagai ekspresi wajahnya tak luput dari perhatian suaminya yang sudah keluar dari kolam. Dengan tubuhnya yang atletis dan basah membuat pesona Ali semakin menguar, pria itu terlihat menyugarkan rambut basahnya dan sial pria duda itu terlihat begitu hot.
Prilly buru-buru mengalihkan pandangannya ketika merasakan kehadiran Ali tepat disampingnya.
"Papi ajarin Amar berenang dong!" Pekik Amar begitu ceria.
Alis Ali menukik sebelah. "Ya udah sana lompat ke kolam renang!" Katanya tak serius namun sayangnya Amar yang masih kecil menganggap serius perkataan Ayahnya.
Semua terjadi begitu cepat saat Amar tiba-tiba berdiri lalu melompat ke dalam kolam renang.
Byur!
"AMAR!!!"
"Oh shit!"
Prilly menjerit histeris melihat anaknya tenggelam ke dalam kolam sedangkan Ali segera melemparkan handuk ditangannya lalu berlari dan ikut menyemburkan dirinya ke dalam kolam.
"Ya Tuhan putraku!" Prilly ikut berlari menyusul suaminya tapi ia tidak ikut menceburkan dirinya, ia masih waras untuk tidak menantang maut di saat-saat genting seperti ini.
Intinya Prilly tidak bisa berenang.
Tubuh Prilly melorot lemah saat Ali muncul ke permukaan air dengan membawa Amar yang tidak sadarkan diri dalam gendongannya.
Amar melompat ke dalam kolam yang kedalamannya hampir 3 meter, kolam renang ini Ali khususkan untuk dirinya yang memang hobi berenang sedangkan yang tidak terlalu dalam berada disebelahnya.
"Ya Tuhan Nak. Bangun!" Prilly tidak bisa menahan air matanya ketika Amar diletakkan di atas kursi santai sebelum Ali memulai pertolongan pertamanya.
Sepertinya Amar terlalu banyak menelan air ketika tenggelam tadi. Prilly tidak menyangka dalam hitungan menit anaknya sudah berada di ambang kematian seperti ini.
Ali terus menekan dada kecil Amar hingga tak berapa lama pria kecil itu terbatuk-batuk memuntahkan semua air yang masuk ke dalam paru-parunya.
Tubuh Prilly seketika melemah, ia merasa luar biasa lega. "Mami.." Amar terlihat sangat ketakutan membuat Prilly segera mendekap tubuh mungil putranya.
"Jangan lakukan itu lagi Nak! Mami takut! Mami takut kamu kenapa-napa Sayang." Prilly berucap disela isak tangisnya.
Ali sendiri hanya mampu menatap ketulusan Prilly pada anaknya dengan pandangan sulit diartikan.
***
"Sudah kenapa masih nangis kamu Amar udah baik-baik aja." Prilly memilih tak menghiraukan ucapan suaminya.
Saat ini mereka sedang berada di dalam kamar Amar, putra mereka itu langsung mengeluh ngantuk setelah insiden kolam renang tadi. Prilly takut jika sesuatu yang buruk terjadi.
Mengingat hal itu membuat air mata Prilly kembali menetes. Ternyata begini rasanya menjadi Ibu, perasaannya jauh lebih terluka ketika anak yang sangat dicintai olehnya itu terluka.
Menyusut ingusnya Prilly membungkukkan badannya mengecup wajah Amar dengan penuh kasih sayang. Tidak hanya kening nyaris seluruh wajah Amar ia berikan kecupan.
"Cepat pulih jagoan Mami. Jangan seperti tadi lagi Mami takut." Air matanya kembali menetes.
Ali tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikitpun, sejak Prilly hadir didalam hidupnya ia merasa begitu banyak perubahan yang terjadi terutama pada dirinya sendiri.
Ali tidak pernah merasa takut jika terjadi sesuatu pada Amar bahkan ketika anaknya itu jatuh sakit ia lebih memilih mengurus pekerjaannya dan membiarkan Amar dirawat oleh pengasuhnya saja.
Tapi sekarang, lihat saja bagaimana seorang Ali yang dikenal acuh pada Amar sejak tadi tidak bergerak sedikitpun meninggalkan putranya. Ali memilih menemani Amar alih-alih sibuk bekerja seperti biasanya.
Dan semua ini bermula sejak kedatangan istrinya. Ali selalu tersentuh dengan perlakuan dan kasih sayang yang Prilly berikan untuk putranya.
Seperti sekarang ini.
"Sudah jangan nangis lagi Amar sudah tidak apa-apa." Lagi-lagi Prilly tak menggubris perkataan suaminya dan itu membuat kerutan di kening Ali terlihat.
Ali semakin merasa ada yang aneh dengan istrinya. Prilly seperti mengabaikan dirinya.
"Kamu sudah selesai masak? Aku mau makan."
Kali ini perkataan Ali berhasil menarik perhatian Prilly. "Makan aja sana!" Ketus Prilly membuat Ali melongo.
Ini istrinya kenapa sih? Giliran sama Amar nangis-nangis ngomongnya juga lembut banget tapi kenapa jika berurusan dengan dirinya Prilly ketus seperti ini?
"Gitu cara kamu ngomong sama suami?"
"Gitu cara suami memperlakukan istri?"
"Apa sih?"
"Kamu yang apa?" Balas Prilly berani. Hilang sudah kesedihannya kini rasa kesalnya pada Ali kembali membumbung tinggi.
"Kita ngomong diluar jangan disini ganggu Amar!"
"Cih! Kayak perduli aja sama anak." Sindir Prilly sebelum melangkah keluar dari kamar putranya.
Ali hanya bisa menahan geramannya melihat kelakuan istrinya. Begitu keduanya keluar dari kamar Amar, Ali langsung mencekal tangan istrinya.
"Katakan sebenarnya ada apa denganmu?" Tanya Ali benar-benar merasa aneh dengan perubahan istrinya. Prilly memang keras kepala dan sering melawan dirinya bahkan dihari pertama mereka menikah tapi wanita ini belum pernah menatapnya dengan tatapan nyalang penuh dendam seperti ini.
Ada apa? Apa yang terjadi pada Prilly?
"Lepas! Kamu benar-benar suami yang buruk Mas!" Ali terkejut dengan perkataan Prilly. "Walaupun aku bukan wanita yang kamu nikahi dengan cinta setidaknya perlakukan aku dengan baik. Tidak masalah kamu menyuruhku untuk memasak karena itu salah satu bentuk baktiku kepadamu tapi jangan memerintahku layaknya pembantu Mas!" Prilly mengeluarkan seluruh kekesalannya pada Ali. "Walaupun kamu tidak bisa memperlakukan aku sebaik kamu perlakukan istri kamu dulu setidaknya jangan menganggap rendah keberadaanku. Aku istri kamu bukan pembantu!" Lanjut Prilly sebelum berlalu pergi meninggalkan Ali yang terpaku menatap kepergian istrinya.
*****
Po sebelum tanggal 15 hanya 40k ya sayang listkan sekarang jangan kelewat 081321817808
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan
RomanceCobaan untuk seorang wanita bernama Ghiani Aprillya Putri, putri semata wayang Sadewa Pramudya dan almarhumah istrinya Juwita. Wanita cantik yang kerap disapa Prilly harus menerima takdir dirinya untuk melepaskan sang kekasih demi menikahi seorang D...