Bab 30

13.2K 934 26
                                    


Ali membuka matanya secara perlahan seiring dengan suara deringan ponselnya terus menggema meminta perhatian.

Ali masih belum mengumpulkan semua kesadarannya namun deringan ponsel miliknya benar-benar mengganggu sehingga ia buru-buru beranjak untuk meraih benda pipih yang entah sejak kapan tercampak ke sudut kamar yang ada di ruangan kerjanya.

Ali memang menyediakan kamar yang fasilitasnya seperti hotel bintang lima khusus untuk dirinya. Dulu Ali memang jarang pulang ke rumah ketika ia masih belum bisa menerima kehadiran Amar tapi sekarang tepatnya semenjak kehadiran Prilly pulang ke rumah adalah sesuatu yang Ali tunggu-tunggu setiap harinya.

Bahkan pria itu pernah ingin memindahkan pekerjaannya ke rumah saja tapi ia tidak gila, Ali tidak bisa main-main dengan pekerjaannya banyak orang -karyawan- yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan Ali.

"Halo.." Sapa Ali serak jika tidak mengingat putranya sedang bersama Sam mungkin sudah ia maki sahabatnya itu. Bisa-bisanya Samuel mengganggu kenyamanan dirinya.

Ali menoleh kearah ranjang menatap istrinya yang masih terlelap. Ali tersenyum kecil saat melihat bagian atas tubuh istrinya yang terdapat banyak jejak bibirnya. Selimut yang membungkus tubuh telanjang sang istri sudah melorot sehingga memperlihatkan pemandangan indah pada Ali.

Pria itu kembali bergairah. Sialan! Ali sudah lama tidak merasakan perasaan menggebu-gebu seperti ini.

"Woi! Lo denger nggak sih gue ngomong apa?!"

"Ah iya kenapa?" Ali terkejut dengan suara keras sahabatnya diseberang sana. Ia terlalu fokus menikmati keindahan istrinya sehingga melupakan Samuel yang masih tersambung lewat panggilan telepon.

"Amar gue bawa ke apartemen gue ya? Anaknya tidur nyenyak banget ini."

Ali berpikir sejenak, jika tidak mengingat keberadaan mantan mertuanya di rumahnya Ali bisa saja menyuruh Samuel untuk mengantarkan putranya ke rumah tapi ia tidak yakin membiarkan putranya sendirian tanpa pengawasan darinya dan Prilly, Ali tidak bermaksud mencurigai saat ini ia hanya sedang waspada melindungi putranya, Ali sama sekali belum tahu apa maksud kedatangan mantan mertuanya jadi tidak ada salahnya ia berjaga-jaga bukan?

Jadi Ali memutuskan untuk membiarkan Samuel membawa putranya.

"Baiklah. Tolong jaga putra gue baik-baik nanti sore gue jemput Amar."

Tut.

Ali segera memutuskan sambungan telepon lalu kembali beranjak mendekati istrinya tak ia perdulikan umpatan yang mungkin sedang Samuel layangkan padanya.

Ali kembali merebahkan tubuhnya di samping sang istri yang masih terlelap. Prilly terlihat begitu cantik ketika tertidur pulas seperti ini. Wajahnya yang putih bersih terlihat semakin bersinar, mungkin efek dari kepuasan yang beberapa saat lalu mereka dapatkan.

"Eugh.."

Ali menahan nafas ketika melihat istrinya menggeliat yang membuat payudara sang istri semakin terpampang di depannya.

"Mass.." Lirih Prilly membuka sedikit matanya lalu kembali terpejam disusul dengkuran halus yang sontak membuat Ali terkekeh geli.

Istrinya mengigau sepertinya.

Ali menyamankan posisinya diatas ranjang lalu menarik tubuh telanjang istrinya ke dalam pelukannya.

"Terima kasih atas segala kenikmatan dan keindahan yang kamu berikan untuk Mas. Mas benar-benar beruntung memiliki kamu Sayang." Bisik Ali begitu mesra sebelum memejamkan matanya kembali menyusul sang istri ke alam mimpi mereka.

***

Prilly tidak bisa menahan dengusannya ketika matanya terbuka tepat ketika matahari sudah terbenam. Prilly benar-benar tertidur pulas setelah percintaan panasnya dengan sang suami.

Ia tidak tahu jika Ali yang katanya sudah terjaga namun kembali menyusul dirinya dan mereka sama-sama terlelap sampai jam sudah menunjukkan pukul 8 malam.

Mereka melewatkan makan siang dan nyaris melewatkan makan malam mereka juga. Luar biasa sekali.

"Mas cepetan dong!" Prilly memukul pelan pintu kamar mandi yang ada di kamar yang mereka tempati.

"Sebentar Sayang!"

Prilly kembali mengeluarkan dengusannya. Ia sudah membersihkan diri satu jam yang lalu dan saat ini ia sedang menunggu suaminya yang selama satu jam sudah berada di dalam kamar mandi, entah apa yang suaminya itu lakukan di dalam sana.

Prilly berjalan menuju ranjang, wajahnya sontak bersemu saat melihat bagaimana berantakannya ranjang itu. Wajahnya semakin merona saat matanya melihat bercak merah yang mengenai sprei putih itu.

Prilly sudah memberikan kehormatannya untuk Ali, suaminya. Ia bahagia dan juga bangga, Prilly berhasil menjaga dirinya hingga bisa mempersembahkan sesuatu yang berharga dalam dirinya untuk suaminya.

Prilly buru-buru berjalan menuju ranjang lalu melepaskan sprei lalu menggulungnya.

"Kamu ngapain?"

Prilly tersentak kaget ketika mendengar suara Ali yang begitu dekat dengan telinganya. Pria itu entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya.

"Biarin aja nanti Mas suruh OB untuk membersihkan kamar ini." Ali berkata santai sambil mengusap rambutnya yang basah.

"Bi--biar aku aja Mas. Kamu pakai baju gih! Kita jemput Amar." Prilly berkata tanpa menoleh kearah suaminya. Prilly kembali mengerjakan pekerjaannya sampai sprei itu berhasil ia gulung.

Ali berjalan menuju lemari kaca yang ada disana lalu mengambil satu kaos serta celana selutut yang ingin ia kenakan malam ini.

"Kamu udah hubungin Papa kalau malam ini kita nggak bisa pulang ke rumahnya?" Prilly mengangguk pelan sebagai jawaban. "Papa mengerti tapi sepertinya beliau terlihat sedikit kecewa." Ucap Prilly dengan helaan nafas pelan.

Ali menoleh menatap istrinya sebelum ia kenakan kaosnya Ali memilih berjalan menuju istrinya. "Papa nggak akan kecewa jika tahu alasan dibalik ketidakhadiran kita." Katanya sambil menaik turunkan alisnya.

Wajah Prilly sontak bersemu. "Mas! Pakai baju sana! Kita makin telat jemput anak kita loh." Prilly mendorong pelan tubuh telanjang suaminya, telanjang bagian atas maksudnya karena Ali menutupi bagian bawahnya dengan handuk.

Tawa Ali terdengar merdu memenuhi kamar itu. Pria ini sepertinya sedang dalam mood yang baik, lihat saja Ali begitu mudah menebarkan senyumannya ketimbang biasanya.

Setelah Ali selesai berpakaian, mereka keluar dari kamar itu dan sontak mata Prilly memicing saat melihat seorang wanita yang duduk nyaman di kursi kebesaran suaminya.

Berani sekali wanita itu. Bathin Prilly kesal.

"Mas Ali.." Wanita itu sontak berlari menghampiri Ali yang membuat wajah Prilly seketika merah padam terlebih ketika wanita bergaun merah ketat itu memeluk suaminya tepat didepan matanya.

Brengsek!

*****

PO 081321817808

Duda TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang