Prilly tahu sejak pertama kali Ayahnya mencetuskan perjodohan ini ia harus menerima Ali sepaket dengan putranya, Amar.
Prilly tidak tahu bagaimana rupa putra suaminya dari istri pertamanya itu. Ia hanya mengenal namanya saja itupun karena Ayahnya sering menyebutkan nama Amar ketika membicarakan tentang perjodohan mereka beberapa waktu lalu.
Prilly hanya tahu jika Ali ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh istri tercintanya ketika melahirkan putra mereka selebihnya ia tidak tahu bahkan sampai saat ini ia masih bingung kenapa sikap Ali begitu acuh pada putranya.
Saat ini mereka sedang berada didalam mobil menuju rumah suaminya. Menurut cerita Ayahnya juga, Ali dan putranya tinggal di rumah mereka sendiri rumah Ali bersama almarhumah istrinya tentu saja. Prilly tak merasa keberatan sama sekali toh hubungannya dengan Ali juga tak tentu awet bisa aja bulan depan mereka bercerai. Siapa yang tahu.
Sepanjang perjalanan keduanya tampak terdiam, sibuk dengan pemikiran masing-masing terutama Ali, ia begitu enggan bertatap langsung dengan putranya. Amar, nama yang dipilihkan Ayahnya ketika putranya lahir sedangkan Ali kala itu sibuk meratapi kepergian Salwa untuk selamanya.
"Singkirkan bayi itu dari hadapanku!" Teriak Ali ketika Ibunya mencoba membawa bayi merah darah gadingnya ke hadapan dirinya yang sedang memeluk tubuh tak bernyawa istrinya.
Beberapa menit setelah berjuang melahirkan anaknya, Salwa menyerah memilih pergi untuk selamanya meninggalkan Ali dan bayi yang sama sekali tidak Ali inginkan.
"Nak, ini putra kamu jangan seperti ini Sayang." Ibunya sudah menangis tapi siapa yang perduli. Ali terlalu larut dalam lukanya, ia telah kehilangan wanita yang amat sangat ia cintai.
"Salwa bangun Sayang. Hei ini aku bangun! Aku mohon tolong buka mata kamu!" Air mata Ali mengucur deras ketika melihat mata istrinya tak kunjung terbuka.
Tangisan bayi disisinya membuat Ali semakin murka lalu berteriak keras meminta Ibunya untuk menjauhkan bayi itu dari jangkauan dirinya.
"Aku tidak menginginkannya! Dia pembunuh! Bayi itu membunuh istriku!"
Brak.
Prilly nyaris mengumpat ketika Ali tiba-tiba menginjak rem mobilnya hingga kepalanya terbentur dashboard mobil pria itu. "Kamu bisa nyetir nggak sih?!" Prilly mengusap pelan keningnya.
Ali menoleh matanya terlihat memerah nafasnya juga terdengar memburu lebih cepat dari biasanya. Kening Prilly sontak mengerut melihat perubahan wajah suaminya.
Kesurupan kali ya nih orang? Aneh banget!
Melihat wajah bingung Prilly membuat Ali memejamkan matanya. Jika orang lain yang berada diposisi Prilly pasti akan langsung melarikan diri melihat wajah bengis laki-laki itu tapi sayangnya yang disamping Ali saat ini adalah Prilly, wanita keras kepala yang sama sekali tidak terlihat ketakutan melihat suaminya.
Prilly justru melihat Ali dengan tatapan aneh seolah Ali adalah makhluk langka yang datang dari dunia lain.
"Kalau mau kesurupan jangan di mobil bahaya." Celetuk Prilly sambil mengusap-usap keningnya yang sedikit memerah.
Alis Ali sontak menukik sebelah, seringaiannya seketika terbit. "Berakting jadi istri yang baik huh?" Ejek Ali yang dibalas delikan tajam oleh Prilly.
"Siapa yang berakting? Jelas bahaya kamu kesurupan pas lagi nyetir bahaya untuk nyawaku maksudnya kalau nyawa situ yang bahaya ya bodo amat!" Kata Prilly sengaja menekankan kata bodo amat membuat wajah Ali kaku seketika.
Prilly melirik suaminya membalas tatapan Ali dengan tatapan menantang yang dibalas dengusan kesal oleh Ali.
"Wanita gila!" Maki Ali untuk kedua kalinya.
***
Prilly segera turun dari mobil ketika Fortuner putih milik suaminya sudah terparkir di garasi sebuah rumah besar dengan halaman yang cukup luas.
Prilly tidak sempat mereview keindahan rumah ini setidaknya untuk malam ini karena ia terburu-buru berjalan memasuki rumah Ali tanpa menunggu si pemilik rumah yang terlihat ogah-ogahan.
"Buka pintunya cepat!" Ali kembali mengeluarkan dengusannya, beberapa jam menjadi suami wanita ini ia sudah layaknya banteng yang terus saja mendengus.
Prilly tak perduli dengan wajah masam suaminya, tak tahu kenapa ia merasa begitu cemas terlebih ketika ia kembali mengingat pembicaraan Ali dengan pengasuh putranya, suara loudspeaker hp Ali yang cukup besar tadi membuat Prilly bisa mendengar apa yang pria itu bicarakan dengan pengasuh anaknya itu.
Setelah pintu rumah Ali terbuka dengan cepat Prilly melesat masuk lagi-lagi ia meninggalkan si pemilik rumah tapi siapa yang perduli toh ia juga memiliki hak di rumah ini. Jangan lupakan status Nyonya Ali yang ia sandang beberapa waktu lalu.
"Kamarnya dimana?"
Ali menggerakkan dagunya kearah kamar yang ada disebelah kiri Prilly membuat istrinya berdecak karena Ali tak kunjung membuka suara.
"Aku doain beneran gagu kamu besok!" Semburnya sebelum berjalan cepat kearah pintu kamar yang ditunjuk Ali dengan dagunya tadi.
Ali kembali dibuat terkejut dengan keberanian wanita yang ia nikahi itu. Untuk pertama kalinya dalam hidup seorang Ali ada seseorang yang berani menyuruh bahkan mengumpati dirinya secara terang-terangan dan itu dilakukan oleh Prilly, wanita yang sudah resmi menjadi istrinya.
Bahkan Salwa saja tidak pernah berani membantah apalagi sampai memerintah dirinya seperti yang Prilly lakukan tadi. Benar-benar luar biasa.
Ali memilih berjalan menuju kamarnya membiarkan istrinya melakukan apa saja yang dia inginkan asal jangan menganggu dirinya, Ali butuh tidur.
Didalam kamar bernuansa putih itu terlihat seorang bocah laki-laki terbaring lemah dengan seorang wanita yang memakai pakaian pengasuh seperti pada umumnya sedang mengompres kepala anak itu.
"Bagaimana keadaannya Mbak?" Pengasuh itu sontak menoleh lalu membungkuk sopan. "Maaf Nyonya."
"Tidak apa-apa lanjut saja." Prilly tahu pengasuh putra tirinya itu merasa bersalah karena sudah mendudukkan dirinya diatas ranjang putra majikannya.
"Den Amar badannya panas banget Nyonya. Udah saya kompres tapi panasnya nggak turun-turun juga." Pengasuh itu terlihat sangat khawatir dengan kondisi putra majikannya.
Prilly segera berjalan mendekati ranjang lalu menempelkan punggung tangannya pada kening putih sang putra tiri. "Ya Tuhan ini panas sekali." Pekik Prilly benar-benar terkejut dengan suhu tubuh putra tirinya.
Prilly menyibakkan selimut putranya lalu menggendong tubuh kurus bocah berusia kurang lebih 4 atau 5 tahun itu.
"Kita kerumah sakit sekarang!" Ujar Prilly sebelum berjalan menuju pintu kamar.
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/287549286-288-k583423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan
RomanceCobaan untuk seorang wanita bernama Ghiani Aprillya Putri, putri semata wayang Sadewa Pramudya dan almarhumah istrinya Juwita. Wanita cantik yang kerap disapa Prilly harus menerima takdir dirinya untuk melepaskan sang kekasih demi menikahi seorang D...