Bab 18

12.9K 909 47
                                    


"Prilly tunggu!"

Tak menghiraukan panggilan ribut pria di belakangnya Prilly terus melangkahkan kakinya sambil mengandeng Amar juga mendorong troly dengan sebelah tangannya.

Biarkan saja laki-laki itu terus menggonggong di belakangnya.

"Mami, Om itu manggil Mami terus." Amar mendongak menatap Ibunya. "Nggak apa-apa Sayang, orang gila itu nanti kita ikutan gila kalau ngobrol sama orang gila." Prilly berusaha memberi pengertian pada putranya.

Amar yang sangat mempercayai Maminya langsung menganggukkan kepalanya. "Iya Mami. Kita harus cepat-cepat pergi supaya orang gila itu nggak ngejar Mami lagi." Prilly tersenyum geli ketika Amar berusaha menarik tangan Prilly supaya mereka cepat-cepat pergi dari sana.

"Ayo Mami. Amar akan lindungi Mami dari orang gila ini." celetuknya begitu manis membuat Prilly gemas setengah mati.

"Loh Ibu kok saya ditinggal." Suara cempreng Julia terdengar hingga refleks menghentikan langkah Prilly juga Amar.

"Cepat Mbak ada orang gila ngejar Mami!" Pekik Amar yang membuat seluruh pengunjung yang ada disana menatap kearah Amar lalu beralih pada Aditya yang sontak terhenti ketika Amar menunjuk kearahnya. "Itu orang gilanya!" Pekik anak itu lagi.

Aditya menoleh ke kanan dan ke kiri sambil menggerakkan tangannya. "Saya bukan orang gila. Saya kenalan Ibunya." Ujar Aditya dengan wajah terlihat begitu nelangsa. Pria tampan itu jelas malu disebut orang gila oleh bocah disamping mantan kekasihnya itu.

Prilly mendengus saja sebelum kembali memfokuskan diri pada putranya dan juga Julia. "Ayo kita pulang."

"Baik Bu. Biar saya yang dorong Bu." Julia mengambil alih troly ditangan Prilly lalu ia dorong sambil menatap tajam kearah Aditya yang masih terpaku tak bergerak ditempatnya.

"Ayo Sayang." Prilly menggendong anaknya lalu berjalan menuju kasir tanpa menoleh menatap Aditya yang merasa sakit hati diabaikan oleh wanita yang pernah memohon kepadanya.

Aditya menyesali keputusannya yang memilih melepaskan Prilly demi karirnya setelah Prilly pergi hidupnya benar-benar hampa. Karirnya pun merosot jatuh alih-alih maju seperti yang ia inginkan selama ini.

"Mas istri orang jangan diganggu anaknya ngadu sama Bapaknya tahu rasa anda Mas!"

Aditya menoleh menatap seorang wanita yang sedang menyindir dirinya. "Tidak tahu malu sekali Anda." Lanjutnya lagi sebelum beranjak pergi meninggalkan Aditya yang wajahnya kembali memerah. Ia malu.

"Sialan!" Makinya entah ia tujukan pada siapa. Aditya beranjak pergi meninggalkan area perbelanjaan. Lain kali ia berjanji akan mendapatkan kesempatan untuk berbicara empat mata dengan Prilly.

Aditya yang membuat Prilly kembali ke dalam pelukannya. Belum genap satu bulan Aditya yakin Prilly masih sangat mencintainya seperti itu. Wanita itu tidak mungkin melupakan cintanya begitu saja. Prilly cinta mati padanya.

"Tunggu aku Sayang." Bisiknya sebelum benar-benar melangkah pergi sambil memperhatikan Prilly yang masih mengantri di kasir.

Aditya mendengus kesal saat melihat bocah dalam gendongan Prilly yang memeluk erat leher mantan kekasihnya itu. Anak itu berusaha menghalangi Aditya yang ingin melihat wanita pujaannya sekali lagi sebelum ia benar-benar pergi.

Siapa sih bocah itu? Enaknya manggil kekasihku Mami. Bathin Aditya sebelum melangkah pergi.

Sepertinya Aditya lupa jika wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu sudah menjadi milik orang lain.

***

"Mbak tolong ganti baju Amar ya. Saya mau langsung masak takutnya nggak keburu nanti." Prilly melirik jam di dinding ruang tamu nyaris pukul 10.

"Siap Mbak. Ayo Den Amar kita ke kamar." Ajak Julia yang disetujui oleh Amar. "Mami tunggu Amar ya kita masak bareng-bareng buat Papi."

"Oke Sayangnya Mami. Cium dulu." Prilly menundukkan kepalanya supaya Amar bisa mencium dirinya.

Amar mengecup kening Ibunya dengan begitu lembut, jika anak lain mungkin akan memilih mengecup pipi tapi Amar lebih suka mengecup kening Ibunya.

"Amar Sayang Mami." Ucapnya sebelum beranjak menuju ke kamarnya.

Prilly benar-benar terharu melihat bagaimana tatapan penuh cinta yang selalu Amar berikan padanya. Untuk saat ini, satu-satunya alasan yang membuat Prilly tidak menyesali keputusannya menikahi Ali adalah Amar.

Prilly sangat menyayangi anak itu.

Sambil menenteng belanjaannya Prilly melangkah menuju dapur lalu mulai berkutat di sana. Ia akan menyiapkan beberapa menu untuk makan siang sang suami. Mengingat cerita Julia tentang Ali yang tidak pernah mengizinkan istri pertamanya membawa bekal tapi justru meminta dirinya menyiapkan bekal membuat sudut hatinya sedikit menghangat.

Bolehkah Prilly merasa bangga? Setidaknya Ali tak benar-benar tidak menganggap dirinya di sini, walaupun pria itu masih menjaga jarak dengannya tapi Ali mulai membuka diri dan Prilly benar-benar merasa bahagia.

"Ada yang bisa satu bantu Bu?"

Prilly menoleh menatap Bik Imah dengan tatapan sedikit sungkan pasalnya ia sedikit malas jika wanita paruh baya yang mungkin saja kembali membanggakan istri pertama Ali.

"Eum--tidak ada Bik saya cuma mau masak beberapa aja untuk Mas Ali." Kata Prilly sebelum kembali memfokuskan dirinya pada ayam yang sedang ia bersihkan.

Bik Imah merasa sedikit jengkel dengan sikap sombong Nyonya barunya ini. "Saya sudah terbiasa bantu-bantu jika almarhumah Nyonya memasak." Suaranya sedikit ketus berhasil menarik perhatian Prilly.

Prilly menoleh lalu memaksakan senyumannya pada wanita paruh baya yang entah ada masalah apa dengannya ini. Imah ini terlihat sekali tidak menyukai Prilly.

"Tapi sayangnya saya bukan almarhumah Nyonya kamu dulu." Prilly tidak bermaksud bersikap ketus tapi wanita ini yang memulainya.

Jadi jangan salahkan Prilly jika ia mulai mengeluarkan sisi buruk dirinya. Prilly paling tidak tahan jika harga dirinya mulai terusik dan Imah kembali melakukan hal itu.

Bik Imah terlihat terkejut dengan respon Prilly namun buru-buru ia ubah ekspresi wajahnya. "Nyonya jangan iri seperti itu dong sama almarhumah Nyonya dulu."

"Dengar Bik Imah." Prilly memilih melepaskan ayam ditangannya lalu berbalik menatap Imah dengan pandangan tajam yang sontak membuat Imah memundurkan langkahnya. "Saya tidak tahu kamu ada masalah apa sama saya tapi tolong jangan terlalu mengusik saya, saya bukan wanita lemah yang hanya akan menangis jika kenyamanan saya terusik tapi saya akan dengan berani dan tega melakukan apapun untuk membalas siapa saja yang telah mengusik kenyamanan saya termasuk kamu!" Prilly menunjuk kearah Imah dengan wajah yang terlihat sekali tidak bersahabat.

"Jadi sebelum kamu menyesal lebih baik kamu urus saja pekerjaanmu dan jangan ganggu saya paham kamu!" Prilly tidak ingin menghardik siapapun tapi Imah ini semakin kesini sikapnya semakin lancang saja dan itu membuat Prilly muak.

Ada-ada saja masalah di rumah ini.

*****

Pemenang giveaway tolong chat ya dapat 1 pdf gratis! Aku yang pilihin yaaa..

@dilaniasmara
@safitrimeta
@lilytya. 26

Yang punya akun IG diatas silahkan DM ya selamat untuk kalian yang belum menang jangan sedih nanti aku bikin giveaway lagi..

Baru sadar tanggal ultah aku sama kayak Prilly, 🤭🤭

Duda TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang