Bab 15

14.1K 941 35
                                    


Disinilah mereka sekarang berbaring 'tak' nyaman dengan Amar yang berada ditengah-tengah mereka. Baik Prilly maupun Ali keduanya terlihat sibuk dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya deheman Ali terdengar memecahkan kesunyian di antara mereka.

"Maaf."

"Ya?" Prilly tidak salah dengar kan?

Prilly menoleh cepat menatap suaminya yang sedang menatap langit-langit kamar anaknya.

"Maaf karena sudah menyakiti kamu dengan cerita Bik Imah."

Prilly terdiam, tenggorokannya terasa kering ketika Ali kembali membahas perihal itu. Ia sudah berusaha melupakan semua yang Bik Imah ceritakan. Tidak ada yang salah dari cerita beliau hanya Prilly saja yang terlalu baper.

"Tidak masalah." Prilly berdehem pelan sebelum kembali mengalihkan pandangannya menatap Amar, putranya ini sangat menggemaskan ketika tertidur seperti ini.

Ali menoleh menatap istrinya. "Jangan berpikir macam-macam sekarang kamu istriku dan kamu yang berhak atas apapun di rumah ini."

"Maksudmu?"

"Ceritaku di masa lalu aku berjanji tidak akan membawanya ke dalam hubungan kita." Jantung Prilly seketika berdebar saat mendengar suara lembut suaminya.

Ali beranjak turun dari kasur lalu berjalan mengitari ranjang putranya dan berjongkok tepat di samping istrinya yang masih berbaring dengan menghadap putranya.

Perlahan tangan Ali terangkat menyentuh bahu istrinya, lalu dengan perlahan ia menggerakkan tubuh Prilly supaya menghadap dirinya.

"Maaf untuk satu minggu tidak menyenangkan bersamaku." Ali baru sadar jika istrinya memiliki bola mata berwarna hazel dengan tatapan begitu teduh.

Selama ini ia hanya melihat wajah cemberut Prilly dan mereka tidak pernah berada dalam jarak sedekat ini. Ali akui istrinya jauh lebih cantik jika dilihat dalam jarak sedekat ini.

Prilly diam terpaku matanya terus menyelam telaga hitam milik suaminya. Ali memiliki bola mata sehitam malam sehingga tak heran pria ini mampu mengintimidasi lawannya hanya dengan tatapannya saja.

Kejam dan tajam tapi Prilly suka.

Perlahan Prilly menggerakkan jemarinya untuk menyentuh mata tajam milik suaminya. Entah sadar atau tidak posisi keduanya benar-benar sangat dekat saat ini bahkan Prilly bisa merasakan hembusan hangat nafas suaminya yang menerpa wajahnya.

"Mata kamu jahat banget." Bisik Prilly ia tidak tahu kenapa suaranya tiba-tiba berubah mencicit seperti ini.

"Kenapa?" Tanya Ali dan suara pria itu tak jauh berbeda dengan istrinya hanya saja suara Ali terdengar lebih serak dan berat. Prilly menyukai suara suaminya macho dan seksi.

Prilly menggeleng pelan. "Mata ini terus saja memancarkan aura bengis yang membuat orang ketakutan." Bisik Prilly yang membuat sudut bibir Ali tertarik membentuk senyuman, bukan senyuman mengejek seperti biasanya melainkan senyuman penuh ketulusan dan lagi-lagi Prilly menyukainya.

Prilly tidak tahu kenapa malam ini semua yang ada pada Ali terlihat begitu menarik dimatanya.

"Tapi sayangnya mata tajamku tidak mampu membuat istri keras kepalaku takut bukan?" Tawa Prilly terdengar lirih setelah mendengar perkataan suaminya.

Prilly mengangguk dengan bangga tanpa menghilangkan senyuman diwajahnya yang berhasil membuat dada Ali berdebar kencang.

"Tentu saja tidak ada yang perlu aku takuti dari mata ini." Prilly kembali menyentuh mata suaminya dan kali ini Ali memejamkan matanya membiarkan Prilly menyentuh wajahnya sesuka hatinya.

Duda TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang