Setelah seharian berdiri di atas pelaminan menyalami ribuan tamu undangan membuat seluruh tubuh Prilly terasa remuk terlebih kakinya yang terasa patah karena heels 15 cm yang ia kenakan sepanjang acara berlangsung.Prilly masih berada di kediaman orang tuanya, pesta pernikahan mereka memang diadakan di kediaman orang tuanya karena pesta dipaksakan setelah akad tadi pagi.
Prilly tidak terlalu memusingkan perihal ini dan itu karena ia menerima beres saja toh ia sama sekali tidak berminat dengan pernikahan ini.
Bertahan satu tahun saja dengan suaminya ini ia sudah bersyukur. Prilly terlihat kesusahan menyeret gaun yang panjang ekornya saja hampir 5 meter benar-benar menyulitkan Prilly ketika melangkah.
Prilly tidak perduli dengan keberadaan suaminya. Yang ia butuhkan sekarang adalah membersihkan diri lalu tidur. Prilly butuh banyak istirahat untuk memulihkan tenaganya untuk menghadapi hari esok.
Prilly yakin setelah ini hidupnya akan jauh dari kata nyaman dan bahagia. Lihat saja tadi bagaimana suaminya menguarkan aura permusuhan yang begitu kental dengannya.
Ck! Menyebalkan sekali.
Prilly kembali menghela nafasnya saat otaknya tiba-tiba mengingat wajah tampan Aditya, laki-laki yang sudah menyakiti hatinya. Prilly tahu Aditya tidak sepenuhnya salah hanya saja keadaan yang membuat mereka seperti ini tapi jujur hati Prilly sakit sekali saat pria itu dengan mudah memintanya untuk menuruti kemauan ayahnya karena laki-laki itu tidak mungkin menikahi dirinya dan mempertaruhkan masa depannya.
Ternyata selama ini Aditya tidak pernah menjadikannya sebagai masa depan pria itu. Miris sekali.
"Butuh bantuan?"
Prilly menoleh menatap pria yang beberapa jam yang lalu menjadi suaminya itu dengan mata menyipit tajam.
"Tidak perlu!" Jawab Prilly cepat.
Prilly semakin meningkatkan kewaspadaannya ketika melihat suaminya menyeringai.
"Ada apa dengan senyum mesummu itu?!" Tanya Prilly berani.
"Mesum? Siapa? Aku?" Ali berpura-pura menunjuk dirinya sendiri. "Kamu pasti bercanda." Lanjutnya lagi.
Jika saja pria ini tidak berucap seperti tadi mungkin Prilly akan bersikap sedikit lunak padanya tapi sayang pria ini sudah terlebih dahulu mengibarkan bendera perang dengannya jadi jangan harap Prilly akan bersikap sopan apalagi manis pada laki-laki bengal ini.
"Keluar dari kamarku!"
Ali berdecih sinis dengan wajah tak bersalahnya ia justru melangkah mendekati Prilly yang refleks memundurkan langkahnya. "Takut? Kenapa harus takut sama suami sendiri heum?" Prilly terlihat mengepalkan tangannya ketika pria duda ini terus menggoda dirinya.
"Keluar kamu dari kamarku!" Prilly berusaha untuk tidak terintimidasi oleh tatapan lekat suaminya.
"Sepertinya istriku belum tahu peraturan antara suami dan istri." Ali kembali memperlihatkan seringaiannya. "Mulai sekarang apapun yang menjadi milikmu akan menjadi milikku tapi tidak berlaku sebaliknya karena semua milikku akan selamanya menjadi milikku."
"Pantatku!" Umpat Prilly membuat Ali terbelalak kaget. Demi Tuhan, ia tidak menyangka jika putri konglomerat keturunan Pramudya ini bisa mengumpat sefasih ini.
Tanpa memperdulikan ekspresi terkejut di wajah suaminya Prilly melangkah mendekati Ali yang membuat posisi berbalik, jika tadi Prilly yang memundurkan langkahnya maka sekarang Ali.
Pria itu terus memundurkan langkahnya ketika Prilly mendekati dirinya layaknya seorang pemangsa. "Kenapa? Kamu takut suamiku?" Balas Prilly dengan senyuman mengejeknya.
Langkah Ali sontak terhenti. "Apa kamu bilang?"
"Penakut! Duda penakut!" Ejek Prilly dengan begitu berani.
"Apa? Mau nampar aku? Silahkan tampar jika tidak berani ku patahkan tanganmu jangan panggil aku Ghiani Aprillya Putri!" Tantang Prilly dengan wajah songongnya.
"Wanita gila!" Maki Ali sebelum melangkah keluar dari kamar Prilly, kamar yang seharusnya menjadi saksi percintaan mereka dimalam pertama justru harus melihat perdebatan tak penting pasangan pengantin itu.
Sepeninggalan suaminya, Prilly buru-buru berjalan menuju pintu kamarnya lalu menguncinya dari dalam. Bodo amat laki-laki itu tidur dimana.
"Ah, melelahkan sekali." Keluhnya sebelum melangkah menuju kamar mandi.
***
"Loh Nak kenapa di sini?" Ali menoleh melihat Sadewa, Ayah mertuanya baru memasuki rumah.
Ali tersenyum kecil pada Ayah mertuanya. "Cari angin Pa didalam panas." Kilahnya memberi alasan.
Kening Sadewa sontak berkerut setelah mendengar jawaban menantunya. "Loh benarkah? Memangnya ac dikamar Prilly nggak dingin lagi?"
Ac-nya dingin kepala putri Papa yang panas.
Ali tersenyum kecil sebagai jawabannya. Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya jika dirinya diusir oleh istrinya di malam pertama mereka mau taruh dimana wajah tampannya. Memalukan sekali.
"Atau mau Papa hubungi tukang ac biar dibenerin malam ini?"
"Nggak usah Pa. Besok saja sebentar lagi juga kalau udah mendingan Ali masuk ke kamar lagi." melalui pintu goib. Sambung Ali di dalam hati.
Bagaimana ia bisa masuk jika pintu kamarnya dikunci oleh istri tidak tercintanya. Sial!
"Ya sudah kalau begitu Papa duluan ya, mau istirahat. Kamu juga jangan lama-lama diluar ya Nak." Sadewa menepuk pelan pundak menantunya sebelum melangkah menuju kamar tidurnya.
Kini tanggal Ali sendirian diruang tamu kediaman istrinya. Sejujurnya ia memerlukan kasur untuk beristirahat, tubuhnya terasa remuk karena rangkaian acara pernikahannya hari ini.
Tapi alih-alih beristirahat ia justru terusir seperti ini. Awas saja istrinya yang durhaka itu!
Drtt... Drttt..
Ali merogoh saku jasnya lalu mengeluarkan ponselnya. Menghela nafasnya dengan sangat terpaksa Ali menjawab panggilan dari pengasuh putranya.
"Halo Tuan mohon maaf mengganggu malam-malam tapi Den Amar sakit Tuan. Badannya panas sekali."
Ali tidak menunjukkan ekspresi apapun ketika mendengar rentetan kalimat sang pengasuh yang mengabari dirinya jika putranya sakit.
"Bawa saja ke rumah sakit!"
"Tapi Tuan, Den Amar manggil nama Tuan terus."
"Sumpal mulutnya kalau kamu tidak sanggup mendengarnya. Sudah saya capek!"
Tut!
Ali baru akan menghempaskan tubuhnya ketika suara lain tiba-tiba terdengar memenuhi gendang telinganya.
"Papa macam apa kamu hah?! Anak sakit bukannya buru-buru dibawa kerumah sakit malam mulutnya kamu suruh sumpal! Bapak gila ya begini!"
Ali sontak menyipitkan matanya saat mendengar rentetan kalimat hinaan yang berasal dari istrinya. Prilly sudah terlihat lebih segar mungkin wanita itu sudah membersihkan dirinya berbeda dengan Ali yang masih lengket dengan keringat karena tak diizinkan membersihkan diri terlebih dahulu sebelum diusir tadi.
"Bukan urusan--"
"Ayo cepat! Buruan!"
Kening Ali berkerut. "Kemana?" Tanyanya bingung.
"Ke tempat anak kita lah kemana lagi. Cepetan!" Prilly terlebih dahulu berjalan menuju garasi mobil sedangkan Ali dibuat terpaku dengan kata yang baru saja keluar dari mulut istrinya.
Anak kita.
*****
Yg mau ikutan promo ulang tahun aku boleh wa ya berlaku sampai tgl 10 bulan ini.
20 pdf ready hanya 280k krn thun ini usiaku genap 28 thun. Yg mau boleh list yaa 081321817808 untuk 5 org beruntung aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan
RomanceCobaan untuk seorang wanita bernama Ghiani Aprillya Putri, putri semata wayang Sadewa Pramudya dan almarhumah istrinya Juwita. Wanita cantik yang kerap disapa Prilly harus menerima takdir dirinya untuk melepaskan sang kekasih demi menikahi seorang D...