"Pah perasaan Mama kok nggak enak terus ya sejak tadi malam." Juwita menatap Fauzi suaminya.Pria paruh baya yang sedang menonton televisi yang sedang menayangkan berita tentang perampokan dan tindakan kriminal lainnya itu menoleh menatap istrinya.
"Kenapa Ma?"
Juwita menggeleng pelan. "Enggak tahu apalagi tadi Mama telepon Ali Mama tanya menantu kita eh malah dimatiin teleponnya." Keluh Juwita mengingat ketidaksopanan putranya.
"Kadang Mama kesal banget loh Pah sama sikap anak Papa itu."
"Loh kok jadi anak Papa kan bikinnya berdua Ma."
Mata Juwita sontak melotot saat mendengar jawaban ngawur suaminya. Di pelototi istrinya Fauzi hanya tersenyum geli, jika dilawan istrinya bisa mengamuk jadi pilih jalan aman saja.
"Mama juga masih ngerasa gedeg banget sama anak Papa itu masih aja belum move on udah jalan lima tahun loh Pah Salwa pergi." Juwita bukannya jahat pada almarhumah menantunya tapi ia hanya ingin putranya berpikir realistis.
Kepergian Salwa sama sekali bukan salah cucunya, Amar. Bocah laki-laki itu jika diberi pilihan juga tidak akan memilih ditinggal oleh Ibunya untuk selama-lamanya bahkan sebelum Salwa menyentuhnya.
Salwa tidak memiliki kesempatan untuk menyentuh bayi yang ia lahirkan ke dunia dengan mempertaruhkan nyawanya. Salwa terlebih dahulu kehilangan kesadarannya karena pendarahan hebat sampai akhirnya menantu Juwita itu menyerah dan pergi untuk selama-lamanya.
"Sabar Ma. Kita tidak tahu bagaimana rasanya jadi Ali, jadi kita tidak bisa memaksakan kehendak kita." Fauzi berniat menenangkan istrinya justru tanggapan Juwita membuatnya bungkam seketika.
"Kalau kita terus-terusan biarin Ali bertindak seenaknya hanya karena alasan belum bisa menerima kenyataan kematian istrinya lalu Prilly bagaimana? Papa bisa bayangkan bagaimana perasaan menantu kita itu jika tahu suaminya masih terus tenggelam dalam kisah masa lalunya." Juwita beranjak dari duduknya membuat Fauzi ikut beranjak.
"Kamu mau kemana?"
"Ketemu menantuku. Entah kenapa aku benar-benar merasa bersalah karena menyeret Prilly ke dalam kehidupan putra kamu yang semrawut itu." Marah Juwita sebelum benar-benar beranjak meninggalkan suaminya.
Fauzi hanya bisa menghela nafasnya, ia tahu apa yang istrinya katakan tak sepenuhnya salah. Mereka berdua seharusnya meminta maaf pada menantu baru mereka Prilly, niat awal perjodohan ini hanya untuk kepentingan Ali, putranya.
Fauzi dan Juwita berharap Ali bisa beranjak dan mengikhlaskan masa lalunya bersama Salwa lalu membuka lembaran baru bersama Prilly dan Amar putra kandungnya. Dari semua gadis yang ia lihat hanya Prilly putri semata wayang Sadewa sahabatnya yang ia rasa cocok menjadi pendamping Ali.
Hingga akhirnya perjodohan itu terlaksana setelah Dewa sahabatnya bersedia menolong putranya. Sadewa hanya berharap Ali bisa memberikan kebahagiaan untuk putrinya.
Dan sekarang setelah mendengar perkataan istrinya entah kenapa Fauzi justru ragu akan hal itu. Fauzi ragu putranya mampu memberikan kebahagiaan untuk menantu kesayangannya.
Lalu apa yang harus ia lakukan? Ia merasa semua ini menjadi tanggung jawabnya terlebih kebahagiaan dan kenyamanan Prilly.
Semoga menantunya bisa tahan hidup dengan putranya yang menyebalkan itu.
***
Ali melangkahkan kakinya menapaki lorong rumah sakit dimana putranya dirawat. Kehadirannya berhasil menarik perhatian orang-orang yang ada di sana terutama kaum perempuan.
Ali baru akan melangkah menuju perawat yang berjaga untuk menanyakan kamar putranya namun sebelum kakinya melangkah sudah datang seorang Dokter yang Ali taksir usianya sepantaran dengan istri durhakanya.
"Ada yang bisa dibantu Mas?" Tanya Dokter cantik itu dengan wajah tersenyum malu-malu. Kapan lagi ia bisa cuci mata setelah semalaman melihat organ-organ manusia dan kedatangan pria tampan ini benar-benar membawa hikmah indah untuknya.
"Saya bukan Mas kamu!" Jawab Ali tanpa berubah ekspresi bengisnya membuat wajah merona sang Dokter perlahan berubah.
Wanita cantik itu berdehem pelan berusaha menetralkan rasa malu yang membuat wajahnya memerah terlebih ia bisa mendengar tawa cekikikan perawat-perawat yang berdiri tak jauh dari dirinya.
Sial! Bikin malu aja nih cowok!
"Minggir!" Ali tidak berminat beramah tambah dengan Dokter wanita di hadapannya ini. "Saya ada keperluan lain selain melayani Dokter tidak ada kerjaan seperti Anda." Ucap Ali sebelum benar-benar pergi dari hadapan Dokter cantik itu.
Dokter wanita itu tidak bisa berkata-kata, seumur dirinya menjadi wanita cantik dengan gelar Dokter yang ia sandang baru kali ini ia dipermalukan seperti ini.
Bajingan!
"Antarkan saya ke kamar pasien bernama Amar." Perintah Ali pada seorang perawat tanpa tedeng aling-aling.
Perawat wanita yang terpaku pada wajah tampan suami Prilly itu sontak terkejut saat temannya menyikut lengannya dengan kasar. "Cepat anterin! Entar lo di roasting lagi kayak Dokter Muna." Bisik teman perawatnya.
"Mari Pak saya antar." Ajak perawat itu yang diikuti Ali di belakangnya.
Di dalam kamar Amar, terlihat Prilly sedang terlelap sedangkan putranya sedang berjalan-jalan ke taman bersama Julia, pengasuhnya.
Amar mengeluh bosan berada didalam kamar dari semalam jadi Julia meminta izin Prilly untuk mengajak Amar jalan-jalan tidak jauh hanya ke taman rumah sakit yang terletak tak jauh dari kamar inap Amar.
Prilly benar-benar terlelap sampai-sampai wanita itu tidak sadar ketika pintu kamar putranya terbuka dan memperlihatkan sosok tegap yang sejak kemarin resmi memiliki dirinya.
Ali memasuki kamar inap putranya dengan wajah dingin nan datar khas dirinya. Keningnya berkerut dalam saat melihat istrinya lah yang terlelap di atas ranjang pasien alih-alih Amar.
Apa jangan-jangan wanita ini ikut sakit karena menjaga Amar semalaman?
Ali sontak mengepalkan tangannya, kenapa setiap yang berhubungan dengan Amar selalu seperti ini? Dulu istri pertamanya Salwa sekarang istrinya yang lain Prilly.
Sebenarnya apa yang salah dengan anak itu? Ali benar-benar tak habis pikir dengan pembawaan Amar yang selalu menjadikan orang-orang disekitarnya terluka.
"Papi!" Teriakan kencang didepan pintu kamar itu tak hanya mengagetkan Ali tapi juga Prilly yang ikut terbangun dari tidurnya.
Prilly belum menyadari kehadiran suaminya sehingga ia memilih mengucek matanya bahkan ia belum sadar sampai akhirnya suara keras Ali membuat matanya sontak terbuka.
"Apa yang kau lakukan pada istriku setan kecil?!"
****
Up ke 3 kalinya spesial buat yang malam mingguan dirumaah kayak akuu🤭🤭🤭
Yang mau Promo berkah yok cuss ke wa 081321817808
![](https://img.wattpad.com/cover/287549286-288-k583423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan
RomanceCobaan untuk seorang wanita bernama Ghiani Aprillya Putri, putri semata wayang Sadewa Pramudya dan almarhumah istrinya Juwita. Wanita cantik yang kerap disapa Prilly harus menerima takdir dirinya untuk melepaskan sang kekasih demi menikahi seorang D...