Bab 35

12.2K 863 33
                                    


Keesokan harinya Ali baru mengutarakan perihal pesan yang Sarah kirimkan untuknya tadi malam. Ia sudah bersiap menerima amukan istrinya tapi alih-alih mengamuk Prilly justru terlihat khawatir bahkan meminta suaminya untuk buru-buru bersiap-siap supaya mereka bisa secepatnya tiba di rumah sakit.

"Sayang.."

"Iya Mas. Kenapa? Loh kok belum mandi? Kan mau ke rumah sakit." Prilly sedang membereskan sprei di kamar mereka.

Ali masih menatap istrinya. "Kenapa?" Prilly merasa aneh dengan tatapan suaminya.

Ali tidak menjawab pria itu justru mendekati istrinya lalu memeluk tubuh Prilly dengan erat. "Kamu yakin ke rumah sakit? Ibu bisa menyakiti hati kamu lagi loh." Prilly tersenyum mengusap lembut punggung suaminya.

"Aku nggak akan ngelawan tenang aja.".

"Justru itu yang menjadi pikiran Mas sekarang."

"Maksudnya gimana?"

Ali menguraikan pelukan mereka lalu menatap istrinya lamat-lamat. "Mas nggak mau kamu diam dan menerima setiap perkataan Ibu yang kemungkinan besar akan menyakiti hati kamu." Tutur Ali yang membuat senyuman di wajah Prilly mengembang.

"Aku nggak apa-apa Mas lagian beliau lagi sakit kan? Kayaknya nggak mungkin deh ngajakin ribut aku." Prilly sedikit bercanda supaya wajah kaku suaminya sedikit mengendur namun alih-alih mengendur Ali justru semakin terlihat khawatir dan wajah tampannya semakin kaku saja.

"Kita nggak usah jenguk aja." Putus Ali yang mendapat penolakan dari Prilly.

"Biar bagaimanapun Ibu Fatma tetap neneknya Amar. Walaupun Mbak Salwa sudah meninggal tapi kamu wajib menjaga silaturahmi dengan mantan mertua kamu Mas setidaknya untuk Amar." Prilly tidak tahu jika dirinya memiliki sisi dewasa dan bijaksana seperti ini.

Entahlah, ia hanya merasa jika mantan mertua suaminya ini tidak berumur panjang jadi sebaiknya ia mengalah saja dan bersedia menjalin hubungan baik tentu saja jika Fatma bersedia jika tidak ya sudah Prilly juga tidak merasa rugi apalagi kecewa.

Ali mengusap wajahnya. "Kemungkinan di sana juga ada Sarah loh Sayang."

Kening Prilly sontak berkerut. "Lalu?" Tanyanya dengan wajah bingung. Ya jelas Sarah di sana kan Ibunya yang dirawat gimana sih Ali ini.

"Mas nggak mau kamu cemburu."

Prilly sontak menarik sudut bibirnya lalu bersidekap menatap suaminya dengan pandangan mengejek. "Yakin banget kamu kalau aku bakalan cemburu." Ujarnya santai yang membuat mulut Ali menganga lebar.

"Ja--di kamu nggak cemburu sama Sarah?" Wajah Ali berubah masam ketika menanyakan hal itu pada istrinya. Jika Prilly tidak cemburu itu artinya Prilly tidak benar-benar mencintai dirinya, kan katanya cemburu tanda cinta lalu jika Prilly tidak cemburu itu artinya Prilly tidak mencintai dirinya.

Lalu maksud ucapan cinta istrinya dini hari tadi apa?

Prilly tidak tahan lagi, melihat ekspresi wajah suaminya yang berubah-ubah membuat ia geli sendiri.

Dengan cepat ia melemparkan dirinya ke dalam pelukan sang suami. Ali nyaris memekik melihat kelakuan istrinya, jika saja refleks tangannya tidak bagus mungkin dirinya dan Prilly sudah terjerembab jatuh membentur lantai.

"Sayang kamu apa--"

"Aku bukannya nggak cemburu sama kamu tapi aku percaya Mas." Prilly menatap lekat suaminya yang merapatkan kembali bibirnya setelah Prilly memotong perkataannya.

Senyum Prilly semakin mengembang lebar. "Aku percaya padamu dan juga pada diriku sendiri, tidak akan wanita yang mampu meluluhkan hati batu kamu selain aku. Lagian kalau dilihat-lihat kecantikan Sarah tidak ada apa-apa kalau dibandingkan dengan Mami Prilly, masih kalah jauh!" Ujar Prilly penuh percaya diri bahkan sebelah tangannya sampai mengibaskan rambut panjangnya dengan gaya paling angkuh.

Tawa Ali terdengar kedua tangannya semakin membelit erat pinggang ramping istrinya. "Benar. Tidak ada satu wanita pun yang bisa membuat Mas silau dengan kecantikannya selain kamu."

"Mami Prilly yang tercantik." Lanjut Ali lagi yang membuat tawa Prilly meledak.

***

Tok.

Tok.

Tok.

Prilly mengetuk pintu apartemen Samuel. "Tekan bel aja kenapa sih Sayang." Dumel Ali yang membuat cengiran lebar diwajah istrinya terlihat.

"Lupa Mas." Sahut Prilly sebelum menekan bel pintu apartemen Samuel.

Tak berapa lama pintu apartemen Samuel terbuka memperlihatkan wajah bantal pria itu. "Kenapa sih? Ganggu orang tidur aja!" Ketus Samuel yang belum membuka matanya dengan sempurna.

"Maaf Kak kami cuma---"

"Loh Prilly?" Mata Samuel sontak terbuka setelah mendengar suara Prilly. "Kenapa? Udah rapi aja loh ada Bos juga." Samuel menatap Ali yang bersandar pada tembok samping apartemennya.

Ali hanya memutar matanya malas menanggapi kehebohan sahabatnya ini. "Gue sama Prilly mau pergi tolong jaga Amar bentar nanti lepas makan siang gue jemput." Ali sudah menggengam tangan istrinya bersiap untuk pergi namun Samuel buru-buru menahan kepergian mereka dengan bertanya kemana mereka akan pergi sampai tidak mengajak Amar bersamanya.

"Kami mau ke rumah sakit Kak. Mertuanya Mas Ali masuk rumah sakit."

"Mantan mertua Sayang bukan mertua, mertua aku kan cuma Papa kamu." Prilly tertawa geli melihat wajah merengut suaminya setelah mengoreksi kalimatnya.

"Iya iya mantan mertua." Tutur Prilly mengusap gemas wajah tampan suaminya. Seketika wajah Ali kembali bersinar yang membuat Samuel mendengus jijik.

"Sakit apa mantan mertua lo?" Tanya Samuel, tiba-tiba ia merasa curiga dengan mantan mertua sahabatnya ini entah kenapa Samuel merasa mantan mertua Ali itu sedang merencanakan sesuatu yang buruk untuk sahabatnya.

"Serangan jantung." Jawab Ali singkat. "Ayok Sayang!" Ali kembali menarik tangan istrinya untuk segera berangkat, ia berfirasat jika lama-lama disini Samuel akan semakin banyak bertanya.

"Kami pergi dulu ya Kak. Titip Amar." Prilly sedikit berteriak pada Samuel karena Ali sudah menarik dirinya untuk mengikuti langkah pria itu menuju lift.

Samuel mengangguk setuju. "Tenang aja Amar aman sama Kakak." Sam sedikit mengeraskan suaranya karena posisi Prilly yang sudah berada di dalam lift tak berapa lama pintu lift tertutup meninggalkan Samuel yang masih berdiri didepan pintu apartemennya.

"Kok gue ngerasa ada yang nggak beres ya sama mantan mertua Ali itu." Samuel terlihat mengerutkan keningnya pertanda ia sedang berpikir keras. "Gue harus cari tahu supaya bisa mengantisipasi kalau-kalau mantan mertuanya Ali bikin ulah apalagi sampai membahayakan keluarga kecil sahabat gue." Ujar Samuel sebelum kembali ke apartemennya dan mulai memikirkan rencana untuk menghadapi mantan mertua Ali yang tidak tahu diri itu.

*****

Terakhir PO cerita ini ya silahkan list ke wa 081321817808 besok harga normal kalau mau dapat harga PO jangan sampai kelewatan yaa sayangku..

Duda TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang