Bab 27

12.1K 889 40
                                    


"Jadi intinya lo sama istri lo udah sepakat untuk menatap masa depan dan melupakan masa lalu begitu?" Ali menganggukkan kepalanya mengiyakan apa yang baru saja Sam katakan.

"Bagus! Gue suka yang begini nih." Ujar Samuel penuh semangat. "Gue bukannya nggak suka sama masa lalu lo dengan almarhumah istri lo tapi gue rasa Nyonya yang sekarang lebih pantas maksudnya lebih mengimbangi sikap lo yang kadang-kadang nggak tahu diri itu." Samuel benar-benar lancar jika berkaitan dengan menghina sahabatnya.

Ia tampak tak perduli dengan mata Ali yang sudah menyorotnya tajam. Samuel begitu santai membaca berkas-berkas yang sebentar lagi akan ia presentasikan didepan klien baru mereka.

"Lo punya ruangan sendiri kan?" Samuel mendongak lalu mengangguk. "Terus kenapa lo kerja di ruangan gue? Balik lo!" Damprat Ali yang membuat Samuel mendengus kesal.

"Lo berbagi sama gue dikit kenapa sih heuh? Gue cuma pinjam meja kerja lo doang yaelah." Samuel melempar pulpen di tangannya bergaya marah namun cepat-cepat ia raih kembali pulpen itu saat melihat wajah sangar Ali yang seolah-olah ingin menelan dirinya hidup-hidup.

"Bercanda doang gue." Katanya cengengesan. Samuel ini walaupun sudah bertahun-tahun bersahabat dengan Ali ia masih belum kuat menghadapi kebengisan Ali, serem.

"Balik lo!" Perintah Ali yang membuat wajah Samuel sontak memelas. "Gue mau kerja bareng sama lo." Pintanya bak anak kucing yang sedang meminta perhatian.

"Najis!" Maki Ali sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya. Lebih baik dibiarkan saja daripada Samuel semakin menggila dan membuat kepalanya semakin pusing.

Membicarakan perihal pusing, jujur saja sampai detik ini Ali masih pusing memikirkan perihal pria yang kata Amar mengejar-ngejar istrinya kemarin. Siapa pria itu?

"Sam."

"Heum.."

"Samuel!"

"Apa sih Li?! Lo lagi kerja ini lo nggak liat." Balas Samuel kesal namun tetap mendongakkan kepalanya menatap sang sahabat. "Kenapa?" Tanyanya saat melihat wajah garang Ali yang tiba-tiba berubah kusut itu.

"Lo cari tahu semua masa lalu istri gue!"

Samuel tampak terkejut dengan permintaan sahabatnya itu. "Untuk apa? Bukannya lo udah mulai hidup baru dengan istri lo sekarang?" Tanya Samuel dengan kening berlipat bingung.

Ali menghela nafasnya. Tubuhnya yang semula tegak kini terlihat bersandar pada kursi kebesarannya.

"Gue cuma nggak mau terus-terusan kepikiran cerita anak gue."

"Ya kali aja yang ngejar istri lo beneran orang gila." Tanggapan Samuel yang begitu acuh membuat tangan Ali refleks melemparkan pulpen miliknya yang tepat mengenai jidat lebar pria itu.

Samuel sontak memekik bukan karena sakit tapi terkejut. Ali ini ada-ada saja kelakuannya. Bocah!

"Lo kenapa sih? Hobi banget nyiksa gue." Keluh Samuel sambil mengusap jidatnya.

"Lo harus cari tahu semua tentang istri gue dan kabarin gue secepatnya." Perintah Ali mutlak yang mau tidak mau harus Samuel angguki.

"Lo sekarang benar-benar terlihat seperti suami yang posesif." Ejek Samuel yang dibalas kedikan bahu oleh Ali.

"Wajar karena gue nggak mau kehilangan milik gue." Jawab Ali santai dengan gaya acuhnya.

***

Prilly sedang menyiapkan makan siang untuk suaminya. Ia sudah kembali setelah nyaris dua jam menghabiskan waktu di supermarket yang letaknya tak jauh dari komplek perumahan Ali.

"Bu."

"Ya Mbak. Kenapa?" Prilly menoleh menatap Julia. "Kenapa keringetan begitu?" Tanya Prilly lagi.

Julia mendesah pelan ia terlihat kelelahan. "Capek banget beresin kamar Ibu Fatma sama suaminya." Keluh Julia yang membuat Prilly tersenyum masam.

Mantan mertua suaminya benar-benar berniat untuk tinggal bersama mereka padahal ia belum menyatakan iya mungkin suaminya juga belum tahu perihal kedatangan mantan mertuanya atau mungkin Ali sudah tahu tapi sengaja tidak memberitahu dirinya?

Apa pendapatnya tidak penting untuk laki-laki yang berstatus suaminya itu?

"Bu."

"Ah iya." Prilly tersadar dari lamunannya kembali menatap Julia. "Ibu nggak apa-apa?" Tanya Julia perhatian.

Prilly tersenyum lalu menggeleng pelan. "Aku baik-baik aja kok ya cuma ngerasa sedikit nggak nyaman aja." Jujur Prilly yang sangat dimengerti oleh Julia.

"Sebenarnya saya juga ngerasa begitu Bu. Ibu Fatma terlalu mendominasi seolah-olah dia yang menjadi Nyonya di rumah ini bahkan setelah anaknya meninggal." Julia terlihat tidak suka dengan kedatangan Fatma dan suaminya berbeda dengan Imah yang sejak tadi tidak keluar-keluar dari kamar sang 'Nyonya'.

"Biarkan saja Mbak, nanti kalau mereka sudah kelewatan banget biar aku aduin sama Mas Ali." Prilly tentu tidak akan diam saja jika sebenarnya Ali-lah yang menyuruh mertuanya datang. Awas saja laki-laki itu.

"Tapi sepertinya Tuan nggak tahu perihal kedatangan mantan mertuanya karena biasanya jika Tuan tahu beliau akan meminta kami untuk menyiapkan kamar atau melayani mereka dengan baik." Julia sepertinya tidak sadar jika apa yang baru saja ia katakan membuat perasaan Prilly semakin tidak enak saja.

Apakah kedatangan mantan mertua suaminya akan membuat hubungan mereka kembali merenggang?

"Ya sudah biarkan saja nanti kita pikirkan lagi. Sekarang kamu bantu Amar siap-siap ya kami mau ke kantor Mas Ali." Julia segera melaksanakan perintah Nyonya-nya.

Sepeninggalan Julia, Prilly kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia sudah memasak beberapa macam lauk termasuk menyiapkan agar-agar jelly sebagai penutup mulut yang juga menjadi kesukaan putranya.

"Masakan apa ini?"

Prilly menghentikan gerakan tangannya ketika mendengar suara Fatma yang berdiri tak jauh dari meja dapur.

Prilly memilih mengabaikan kehadiran wanita itu, ia sedang dalam mood buruk takutnya ia hilang kendali dan bersikap kurang ajar pada wanita tua ini.

"Menantu saya bakalan sakit perut kalau kamu kasih makanan sampah begini!" Fatma dengan kasar mendorong rantangan yang sudah Prilly isi dengan lauk yang ia siapkan.

Prang!

"IBU APA-APAAN SIH HAH?!" Prilly tidak dapat menahan kekesalannya ketika makanan yang ia siapkan jatuh berhamburan di lantai.

Ia sudah capek-capek menyiapkan semuanya tapi sekarang lihat masakan yang ingin ia bawakan untuk suaminya justru berakhir di lantai.

Salahkah jika Prilly membalas perbuatan wanita tua ini?

Fatma tersenyum senang saat melihat makanan yang disiapkan Prilly jatuh berhamburan di lantai tanpa ia sadari jika dari belakangnya Prilly datang dengan membawa seember air lalu..

Byur!!

"Arghh!! Wanita sialan!!"

*****

Duda TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang