Bab 7

14K 982 30
                                    


"Apa yang kamu lalukan Mas?!" Prilly meloncat cepat dari ranjang kakinya yang tak sigap justru membuat wanita itu tersungkur.

"Aduh!"

"Mami!" Teriak Amar ketika melihat Ibunya jatuh tersungkur di lantai kamarnya.

Melihat kecerobohan istrinya membuat Ali mendengus namun kakinya justru melangkah mendekati Prilly yang mengaduh kesakitan di lantai rumah sakit.

"Bodoh!" Maki Ali membuat Prilly mendongak bersiap mengeluarkan umpatannya pada laki-laki yang sebenarnya menjadi penyebab dirinya terjatuh namun semua umpatan yang sudah diujung lidahnya itu tertelan kembali saat Ali tanpa aba-aba menggendong istrinya.

Amar dan pengasuhnya hanya berdiam diri menyaksikan 'kemesraan' pasangan pengantin baru itu.

"Ini akibatnya kamu nggak nurut sama suami." Ketus Ali setelah membaringkan Prilly di atas ranjang Amar yang wanita itu tempati tadi.

"Salah kamu juga!" Balas Prilly tak mau kalah. Mata Ali sontak melotot menatap tajam istrinya, alih-alih merasa takut Prilly justru menggerakkan jarinya seolah ingin mencolok mata besar suaminya itu.

"Kebiasaan banget tuh mata!" Tuturnya sebelum meringis memegang tulang keringnya yang terasa berdenyut karena hantaman tadi.

"Julia panggilkan Dokter!" Seru Ali yang segera dilaksanakan oleh Julia.

Tinggallah Amar yang duduk diam sambil menundukkan kepalanya ketika matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata tajam sang Ayah Yang serupa dengannya.

Melihat ketakutan Amar refleks Prilly memukul perut keras suaminya hingga membuat Ali terkejut berbalik menatap istrinya tajam.

Namun sebelum Ali menyemburnya Prilly sudah terlebih dahulu menyembur laki-laki itu. "Anaknya jangan dipelototin keluar biji matanya baru tahu kamu!" Kata Prilly yang dibalas dengusan oleh Ali.

"Banyak omong!"

"Mending banyak omong daripada kamu banyak umurnya. Tua dong mana duda lagi untung ada aku wanita baik hati yang mau nerima duda tua kayak kamu." Ejek Prilly membuat wajah Ali memerah sempurna.

"Kamu---"

"Selamat siang."

Ali menutup mulutnya ketika suara seorang wanita yang ia duga Dokter memasuki kamar inap dimana istrinya berbaring.

Dokter wanita yang semula berwajah ramah sontak berubah masam saat melihat laki-laki yang sudah mempermalukan dirinya tadi berdiri tak jauh dari ranjang dimana seorang wanita cantik berbaring sambil memegang kakinya.

"Periksa istri saya jangan bengong!"

Tidak hanya Dokter Muna yang terkejut tapi Prilly juga. Pria ini kebiasaan banget ngomongnya ngegas mulu!

Prilly kembali melayangkan pukulannya kali ini punggung Ali yang menjadi sasarannya. "Apasih!" Marah Ali karena Prilly memukul punggungnya lumayan kencang sakit enggak terlalu lah malu full banget.

Bisa-bisanya Ali dikira suami-suami takut istri lagi. Ogah!

Dokter Muna terlebih dahulu menguasai keadaan, wanita itu melangkah mendekati ranjang pasien. "Boleh saya periksa kakinya Bu?"

"Silahkan Dokter Muna--"

"fik."

Prilly membelalakkan matanya ketika Ali menyambung perkataannya dengan kata yang membuat nama Dokter ini menjadi Munafik.

Pria ini kenapa sih?

"Apa? Mau mukul aku lagi? Lama-lama tangan kamu bengkok tahu rasa kerjaan kok nganiaya suami terus." Sewot Ali sebelum beranjak menuju sofa yang ada disudut kamar.

Prilly memilih mengabaikan perkataan suaminya. "Biarin aja ya Dok, suami saya lagi sensi soalnya." Prilly benar-benar merasa tidak enak dengan Dokter cantik ini, wajahnya sudah masam sejak tadi kini semakin masam nyaris kecut.

"Nggak apa-apa Buk." Jawab Dokter Muna terlihat sekali sangat terpaksa.

Prilly kembali melirik suaminya yang dibalas tatapan menantang oleh Ali.

'Awas ya kamu!'

***

"Kenapa nggak dimakan Nak?" Prilly sudah merasa lebih baik setelah menelan beberapa butir obat untuk menghilangkan rasa sakit pada tulang keringnya.

Untung saja posisi jatuhnya tidak terlalu berbahaya jika tidak mungkin kaki jenjangnya sudah patah. Amit-amit.

Amar menggeleng pelan lalu melirik Ali takut-takut. Prilly ikut mengarahkan pandangannya mengikuti arah pandang Amar yang berpusat pada laki-laki dewasa yang sedang melahap makanannya tanpa bersalah.

Merasa diperhatikan Ali mendongak menatap istri dan anaknya dengan sebelah alis menukik seolah bertanya ada apa.

"Muka kamu bisa nggak biasa aja gitu jangan kamu judes-judesin terus bosan kami liatnya." Kata Prilly yang sontak membuat nafsu makan Ali hilang.

"Mami.." tubuh Amar bergetar ketakutan ketika Ali melempar sendok di tangannya hingga terbentur meja kaca yang ada didepan mereka.

Saat ini keluarga kecil nan bahagia itu sedang makan malam bersama, Julia sudah Ali suruh pulang dan malam ini dia yang akan menemani Prilly di rumah sakit.

"Apa lagi? Mau banting lagi? Semuanya aja kamu banting biar puas!" Prilly saat melihat Ali akan membanting garpu ditangannya.

Ali mengurungkan niatnya matanya kini tertuju pada Amar yang menunduk takut ditatap sebengis itu oleh Ayahnya.

Merasa putranya ketakutan, Prilly segera memeluk Amar lalu menatap Ali dengan pandangan penuh perhitungan. "Setelah Amar tidur kita perlu bicara!" Ucap Prilly tanpa repot-repot bertanya kesediaan Ali.

"Amar mau tidur atau lanjut makan Nak?" Tanya Prilly yang dijawab Amar tidur, bocah laki-laki itu sudah kehilangan nafsu makannya melihat wajah tak bersahabat sang Ayah sejak mereka duduk bersama.

Setelah membawa Amar ke ranjang lalu merapikan selimut anaknya Prilly ingin kembali ke samping Ali lalu benar-benar berbicara dengan suaminya.

Saat akan beranjak tiba-tiba tangan Prilly dicekal oleh tangan kecil Amar, anak laki-laki bermata elang seperti milik Ayahnya itu menatap Prilly sendu.

"Jangan berantem sama Papi ya Mi? Kasihan Papi udah capek kerja seharian ini." Katanya begitu tulus membuat hati Prilly mencelos, sontak ia berpaling kearah suaminya yang sepertinya juga mendengar perhatian tulus dari putranya ini hanya saja laki-laki bengal itu berlagak seperti orang bodoh atau aslinya Ali itu memang bodoh?

Prilly kembali mengalihkan perhatiannya pada Amar tersenyum lembut pada putranya. "Tidak akan. Mami tidak akan berantem sama Papi Amar." paling kepalanya Mami pites kalau gilanya kambuh. Lanjut Prilly di dalam hati namun wajahnya masih tersenyum hangat pada Amar. "Nah, sekarang Amar bobo ya? Semoga besok pagi Amar semakin membaik terus kita pulang deh." Prilly berseru cepat membuat tawa Amar terdengar renyah memasuki gendang telinga orang tuanya.

"Selamat malam Mami Amar yang cantik." Seru Amar sebelum memejamkan matanya. "Selamat malam jagoan Mami yang tampan." Balas Prilly mengecup lembut kening putranya.

Setelah Amar benar-benar terlelap, Prilly beranjak mendekati suaminya. Ali sontak berdecih melihatnya. "Cantik dari mana? Dari Hongkong." Ejek Ali memulai pertengkaran dengan istrinya.

*****

Spesial promo 10.10 cuss ke wa 081321817808 jangan sampai kelewatan ya sayang promo ini hanya berlaku satu hari ini aja 🤗🤗

Duda TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang