"Walaupun aku nggak cantik tapi hatiku baik. Dari pada situ percuma ganteng lah hati busuk begitu. Anak sendiri dijadikan pelampiasan." Sindir Prilly yang membuat Ali menoleh menatapnya dengan tajam."Jangan asal bicara ya kamu! Kamu nggak tau apa-apa!" Ali berdiri tegak didepan Prilly menuding istrinya dengan telunjuknya.
Dengan berani Prilly menepis tangan Ali yang menuding dirinya. "Jangan tunjuk-tunjuk gue nggak suka!"
"Gue?"
"Iya kenapa? Keberatan? Kayaknya gue emang nggak bisa ngebangun kehidupan yang baik sama lo." Prilly mulai terpancing, rasa kesalnya pada Ali sudah menumpuk sejak kemarin dan mungkin malam ini ia akan memuntahkan semuanya.
Perduli setan setelah ini ia menjadi janda.
"Lo pernah belajar agama nggak?" Jangan tanyakan lagi bagaimana ekspresi wajah Ali ketika Prilly bertanya seperti itu padanya bukan pertanyaannya yang membuat Ali kesal tapi ekspresi songong istrinya yang benar-benar menyebalkan.
"Semua yang terjadi di dunia ini entah itu kebahagiaan, kematian rejeki semuanya itu sudah Tuhan gariskan." Prilly berubah menjadi guru dadakan untuk suaminya yang bebal ini. "Kematian almarhumah istri lo itu bukan karena Amar tapi memang sudah takdirnya untuk kembali ke sisi Tuhan setelah memberikan lo penggantinya Amar." Prilly bisa merasakan matanya memanas. Tidak, ia tidak sedih untuk pria ini, ia merasa sedih dan berduka atas apa yang menimpa almarhumah istri Ali.
Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia yang berada di posisi itu. Pasti rasanya akan sangat menyakitkan terlebih setelah anak yang ia lahirkan dengan mengorbankan nyawa justru disia-siakan seperti yang Ali lakukan terhadap Amar.
"Lo pernah mikir nggak kalau disini nggak cuma lo yang menderita tapi Amar juga! Dia lebih menderita, dia kehilangan Ibunya sejak ia lahir ke dunia lalu dibenci oleh Ayahnya sendiri seharusnya lo peluk anak, lo limpahin semua kasih sayang lo menggantikan kasih sayang yang nggak pernah bisa ia dapatkan dari Ibunya." Prilly tidak sadar jika air matanya sudah mengalir deras seiring dengan rentetan kalimat yang keluar dari mulutnya.
"Gue yang baru ngeliat Amar semalam tapi udah sesayang ini sama dia tapi kenapa lo yang notabene Ayah kandungnya hidup bertahun-tahun bersama Amar tapi hati lo keras kayak batu. Lo nggak berperasaan Li."
Prilly menyeka air matanya dengan kasar. Bodoh sekali ia menangis didepan pria beban ini. Bisa-bisa Ali besar kepala dan semakin semena-mena memperlakukan dirinya nanti. Tapi bodoh amat yang penting ia sudah meluapkan sebagian emosinya pada Ali yang berubah diam didepannya.
Jangan-jangan pria ini benar-benar jadi batu?
"Udah? Udah marah-marahnya? Minum gih kamu pasti haus kan?"
Mulut Prilly terbuka lebar saat mendapati respon suaminya yang begitu santai padahal ia sudah cukup keras memberi peringatan pria itu.
"Apapun yang kamu katakan malam ini terima kasih semoga hatiku tergerak untuk mengikhlaskan masa lalu dan merajut masa depan bersama kamu dan anak-anak kita nanti." Ujar Ali sebelum beranjak meninggalkan Prilly yang terpaku ditempatnya.
Pria itu ngomong apa sih?
***
Ali menghembuskan nafasnya sambil menyesap kopi yang ada di tangannya. Ia tidak pulang, ia hanya menenangkan dirinya dengan duduk merenung di bangku taman rumah sakit.
Setelah dilabrak oleh istrinya, Ali berubah menjadi pria perasa. Benar, sejak tadi ia terus memikirkan banyak hal terutama perasaan istrinya yang ia yakini jika diberi kesempatan Prilly tidak akan berpikir dua kali untuk menikam jantungnya.
Wanita itu benar-benar mengerikan jika marah tidak marah saja Prilly begitu mengerikan apalagi jika marah seperti tadi. Coba saja mata bulat itu bisa membunuh mungkin saat ini Ali sudah terkapar berdarah-darah karenanya.
Ali menarik sudut bibirnya tanpa sadar, mengingat wajah marah dengan simbahan air mata istrinya membuat senyum hangatnya terbit. Entah kenapa Ali merasa begitu gemas setiap kali Prilly mendelik padanya apalagi sampai melotot tajam seperti ketika memarahinya tadi.
"Haah.." Ali menghembuskan nafasnya lagi kali ini dengan lebih kuat berusaha mengurangi perasaan sesak di dalam dadanya.
Bohong, jika ia tidak terganggu dengan perkataan Prilly tadi. Wanita itu sampai menangis karena rasa sayangnya pada Amar, putra tirinya.
Prilly benar, wanita itu saja yang baru satu hari menikahinya bisa sesayang itu pada Amar tapi kenapa dirinya tidak?
"Apa yang harus aku lakukan Salwa?" Ali menadah menatap langit seolah ia sedang menatap almarhumah istrinya.
"Rasanya sakit sekali ketika kamu memilih pergi dan meninggalkan Amar untukku." Lanjutnya dengan sorot mata terlihat begitu sendu. Ali terluka, ia sangat terluka atas kematian istrinya sehingga ia melampiaskan semuanya dengan membenci Amar putranya.
"Lima tahun sudah berlalu tapi kenapa rasa sakit akan kehilangan kamu masih begitu membekas di hatiku Sayang." Ali tidak menangis, ia sudah berjanji di depan pusara istrinya untuk tidak lagi meneteskan air matanya.
"Kematian almarhumah istri lo sudah menjadi takdir garis ketetapan Tuhan bukan salah Amar!"
Ali memejamkan matanya saat bayangan wajah Prilly yang bersimbah air mata kembali terlintas di kepalanya.
Ia tahu jika tidak merasakan sakitnya Prilly tidak akan menangis, istrinya itu bukan tipe wanita yang mudah meneteskan air mata, jika ia tak suka maka ia akan melawan lihat saja bagaimana Prilly melawan dirinya sejak mereka menikah kemarin.
Perlahan Ali membuka matanya, senyumannya terbit tatkala mengingat wajah judes istrinya. Prilly benar-benar terlihat menggemaskan di matanya.
Ali kembali mendongak menatap langit lalu senyumannya tersungging kecil. "Sudah lima tahun Salwa, sekarang bolehkah aku kembali membuka hatiku untuk menerima wanita yang sudah sah menjadi istriku sejak kemarin?" Ali kembali bermonolog sendiri.
"Aku tidak akan melupakanmu karena sampai kapanpun kamu akan selalu menjadi bagian dari hidupku meskipun hanya dimasa lalu." Ali kembali berucap. "Karena setelah ini aku ingin melangkah menuju masa depan bersama wanita yang sudah ku pilih menjadi bagian dari hidupku di masa kini dan juga masa depan."
Ali akan mencobanya. Benar, ia akan mencoba menjalani hari-harinya sebagai suami dari seorang Prilly tanpa mengingat masa lalu bukan karena ia tak sayang pada Salwa tapi ia hanya ingin memberikan kebahagiaan pada wanita yang sudah ia pilih itu. Ali akan mencoba membuka hatinya tidak hanya untuk Prilly tapi juga untuk Amar, putranya.
Sanggupkah ia?
*****
Kalian mau ikut gebyar yang mana 🤭🤭😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan
RomanceCobaan untuk seorang wanita bernama Ghiani Aprillya Putri, putri semata wayang Sadewa Pramudya dan almarhumah istrinya Juwita. Wanita cantik yang kerap disapa Prilly harus menerima takdir dirinya untuk melepaskan sang kekasih demi menikahi seorang D...