Bab 16

13.6K 886 21
                                    


Prilly tersenyum puas setelah menghidangkan satu mangkuk nasi goreng serta ayam goreng permintaan putranya. Prilly juga menyiapkan telur dadar untuk sang suami, kalau-kalau Ali tidak menginginkan Ayam goreng sebagai lauknya.

Meskipun mulutnya menolak keras menyiapkan sarapan nasi goreng untuk suaminya tapi tangannya tetap saja bergerak kesana kemari untuk menyiapkan kebutuhan perut suaminya.

Lihat saja Prilly sampai repot-repot menyiapkan satu cangkir kopi untuk sang suami.

Berperan sebagai istri yang baik heuh?

Prilly tidak sedang berperan melainkan menjalankan tugasnya sebagai seorang istri tak perduli bagaimana kisahnya dengan Ali dimulai yang pasti saat ini Prilly wajib melayani suaminya dalam segala hal termasuk urusan perut.

"Wangi sekali nasi goreng Mami. Amar jadi lapar."

Prilly tersenyum lebar saat mendapati sang putra sedang berjalan kearahnya dengan wajah ceria. Amar sudah terlihat tampan dengan balutan baju rumahan serta bedak bayi yang menutupi wajahnya.

Prilly membaui aroma tubuh anaknya yang khas bayi itu. Amar sangat menyukai aroma minyak kayu putih sampai-sampai Amar meminta Julia untuk menjadikan minyak kayu putih sebagai parfum pribadinya.

"Anak Mami wangi sekali. Sini cium lagi." Prilly kembali mencium putranya.

Tawa Amar terdengar memenuhi ruang makan membuat Julia yang berdiri dibelakang Ibu dan anak itu tersenyum. Sudah lama sekali ia ingin mendengar tawa lepas anak asuhnya namun sayang selama ini Amar lebih sering melalui hari-harinya dengan kesedihan sampai akhirnya Prilly datang dan membawa kebahagiaan untuk Amar.

Julia turut bahagia.

"Saya ke belakang dulu ya Buk."

"Iya Mbak. Jangan lupa sarapan ya Mbak nasi gorengnya udah aku siapin di sana." Prilly menunjuk kearah meja makan yang ada didekat dapur.

Julia mengangguk pelan tak lupa mengucapkan terima kasih lalu beranjak menuju dapur meninggalkan Prilly yang kembali bercanda dengan putranya.

"Ekhem."

Prilly dan Amar sontak menoleh menatap Ali yang sudah siap dengan stelan kerjanya. Pria itu terlihat luar biasa tampan dengan stelan warna navy yang ia kenakan.

"Papi.."

Ali hanya tersenyum kecil menanggapi Amar. Laki-laki kecil itu juga tak terlihat terlalu perduli dengan respon dingin sang Ayah, Amar lebih memusatkan perhatiannya pada Prilly.

"Mami mau mam!" Katanya sambil memegang piring miliknya.

"Oke jagoan." Prilly meraih piring milik putranya ia ambil nasi goreng juga paha ayam seperti permintaan Amar tadi.

"Wah! Terima kasih Mami." Amar menarik pelan lengan Prilly meminta Ibunya menunduk lalu mengecup singkat pipi Ibunya sebagai ucapan terima kasih.

"Manis sekali." Puji Prilly dengan senyum mengembang lebar.

Lagi-lagi keduanya larut dalam dunia mereka mengabaikan Ali yang sejak tadi memegang piringnya.

"Ekhem!" Kembali Ali berdehem untuk menarik perhatian istrinya dan berhasil meskipun tidak membuka suaranya setidaknya Prilly menoleh menatap suaminya dengan sebelah alis menukik.

"Apa?" Akhirnya Prilly terpaksa bertanya karena sejak tadi suaminya hanya memegang piring tanpa mengatakan apapun.

Tiba-tiba Ali menyodorkan piringnya kearah Prilly. "Samain kayak Amar aja." Katanya sebelum mengalihkan pandangannya pura-pura sibuk dengan ponselnya seolah-olah ada telpon masuk padahal tidak, Ali hanya menyibukkan diri untuk menutupi rasa malunya terlebih ketika istrinya memandangnya begitu lekat.

Prilly tidak habis pikir dengan perubahan sikap Ali tapi jujur sudut hatinya sedikit menghangat ketika Ali meminta dirinya untuk ia layani. Meski masih mempertahankan wajah cueknya namun diam-diam Prilly sedang menikmati rasa hangat yang menjalar di hatinya.

Setidaknya Ali mulai tahu cara memperlakukan dirinya sebagai seorang istri.

"Terima kasih." istriku.

***

"Nanti siang antarkan makan siang untukku."

"Biasakan kalau meminta sesuatu itu gunakan kata tolong." sahut Prilly tak nyambung.

Ali berdehem pelan sepertinya ia selalu saja salah dimata istrinya. "Baiklah. Aku ke kantor dulu."

"Iya Mas. Hati-hati." Prilly mengabaikan wajah terkejut suaminya ketika ia meraih tangan Ali lalu mencium punggung tangan laki-laki itu dengan penuh hormat.

"Ah iya. Aku jalan dulu." Ali buru-buru menuruni tangga menuju mobilnya.

Prilly hanya menatap kepergian suaminya dengan tatapan sendu, sepertinya Ali tidak benar-benar membuka hati untuk menerimanya. Hubungan mereka memang ada sedikit kemajuan terutama perihal Amar, Ali sudah mulai menganggap kehadiran Amar di hidupnya tapi selebihnya mereka layaknya orang berteman. Tidur memang satu ranjang tapi interaksi mereka jauh dari kata mesra layaknya pasangan.

Prilly menghela nafasnya, sudahlah ia jalani saja hidupnya seperti jika nanti ia lelah dan benar-benar menyerah ia akan melepaskan diri dari belenggu ini. Prilly memilih pergi dan menceraikan Ali.

Katakan dia jahat. Tapi wanita mana yang akan tahan jika terus-terusan diperlakukan seperti ini.

Prilly kembali ke dalam rumahnya, sejak menikah dengan Ali ia memilih mengundurkan diri dari perusahaan Ayahnya. Prilly benar-benar ingin memfokuskan dirinya pada keluarga kecilnya.

"Enggak apa-apa Pril. Baru juga satu minggu belum satu tahun. Masih banyak waktu buat lo untuk ngebuat suami lo jatuh cinta sama lo." Prilly menyemangati dirinya sendiri.

Prilly sudah bertekad untuk menjalankan misi terbarunya yaitu membuat Ali sang suami bertekuk lutut di hadapannya.

Prilly sudah rela melepaskan segalanya dan sekarang ia juga harus membuat Ali merelakan segalanya -masalalunya- dan hanya berfokus pada dirinya juga masa depan mereka nanti. Prilly tidak ingin hidup tanpa pegangan seperti ini. Ia harus tahu apakah Ali benar-benar berusahalah mencintanya atau tidak dan Ali harus mau mencintainya jika pria itu benar-benar ingin hidup bersamanya.

Tapi jika tidak maka Prilly benar-benar akan pergi. Ia tidak akan menghabiskan waktunya hanya untuk bertahan hidup bersama pria yang sama sekali tidak membuka hati untuknya.

"Mami!"

"Hai Sayang. Kita belanja yok." Ajak Prilly pada Amar.

Kepala Amar sontak mengangguk beberapa kali, wajah tampannya terlihat begitu bersemangat. "Ayok Mami!"

"Ayok kita belanja lalu masakin makan siang buat Papi." Ujar Prilly yang membuat Amar semakin bersemangat.

"Mami ambil tas dulu Nak ya." Amar mengangguk pelan. "Mbak tolong ganti sandal rumahan Amar ya pakai sepatu aja biar Amar bebas di sana."

"Siap Bu."

*****

Ya Allah terharu sekali, dari pertama buat pdf dia selalu beli tanpa ngeluh mahal ini itu dan sampai sekarang masih selalu jadi penggemar setiaku yang paling sabar.. Makasih syg, murah rejeki ya sygku...

Nggak bermaksud apa2 cuma benar-benar terharu masyaallah dapat hadiah pertama dari penggemar setiaku 🤗

Nggak bermaksud apa2 cuma benar-benar terharu masyaallah dapat hadiah pertama dari penggemar setiaku 🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Duda TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang