Campus

468 33 0
                                    

Liona berlari secepat mungkin untuk sampai di kamar rawat yang Salsabila tempati tadi saat Liona akan berangkat ke restoran ia menerima pesan bahwa putri sulung nya tengah di perjalanan menuju rumah sakit. Liona panik dan langsung pergi kerumah sakit yang sudah di beri tahukan sebelumnya. Liona membuka pintu dengan tergesa gesa, ia melihat putri sulungnya tengah terbaring tak sadarkan diri dengan oksigen dan infus yang terpasang.

"Ya ampun kak, kenapa kakak bisa begini." Nada putus asa terdengar jelas di ucapan Liona

"Kenapa bisa begini nak?" Tanya Liona kepada dua sahabat putrinya ini

"Kita juga gatau bu, pas kita udah deket kampus Salsa nge chat minta bawain obat" Ucap Risa

Liona menghela nafas pasrah, ia paham betul ini di karenakan gejala dari penyakit yang di derita oleh putrinya ini, Akhir akhir ini memang Liona menyadari ada beberapa perubahan dari putrinya dari mulai berat badan nya yang terus menurun drastis,nafsu makannya menurun dan masih banyak lagi.

"Kalian nggak kuliah?" Tanya Liona

"Kuliah bu,kita bolos kuliah dulu buat jagain Salsa ya bu" Pinta  Risa

Liona menggelengkan kepalanya "Gaboleh ya, kalian pergi kuliah sekarang biar ibu yang jaga Salsa, Risa kan baru masuk kuliah masa mau bolos?"

Risa dan Rifan diam tak menjawab, namun akhirnya mereka berdiri

"Yaudah kita berangkat dulu ya bu, nanti balik lagi kesini sekalian anterin mobil Salsa" Ucap Rifan sembari mencium tangan Liona

Liona duduk sembari memandangi wajah damai putri sulung nya yang masih tertutup rapat. Liona tidak menyangka dengan penyakit yang di derita oleh putrinya, Leukemia.

Leukemia jelas bukan penyakit yang bisa di anggap remeh, ini adalah penyakit mematikan yang bisa mengancam nyawa putrinya. Air matanya menetes ia tak bisa membayangkan jika suatu saat nanti ia akan kehilangan anaknya.

Jika di izinkan untuk bertukar tempat Liona bersedia menukar posisinya dengan Salsabila, Sejak kecil Salsabila selalu di tuntut menjadi yang terbaik oleh ayahnya, Salsabila harus bisa segalanya.

Salsabila selalu tersenyum apapun keadaannya, ia lebih suka memendam semuanya sendiri, Liona ingat betul ketika ia tak sengaja memergoki Salsabila tengah menangis di balkon kamarnya. Tangisan pilu yang bisa membuat siapa saja yang mendengarnya ikut menangis.

Ia tak mengerti mengapa saat ia dan Salsabila akan memulai hidup yang baru, Salsabila malah di diagnose penyakit yang mematikan.

Cklekkk

Pintu terbuka, terlihat seorang pria paruh baya yang menggunakan jas putih memasuki ruangan. Itu Dokter Alvin. Dokter yang sendari awal menangani Salsabila. Liona bangkit dari duduknya untuk menghampiri dokter Alvin

"Dok bagaimana keadaan putri saya?" Tanya Lona terdengar jelas nada cemas di ucapannya

Dokter Alvin tersenyum "Kita bicarakan di ruangan saya?" Tawarnya

Liona mengangguk dan berjalan keluar ruangan Salsabila. Mereka berjalan beriringan menuju ruangan dokter Alvin, tanpa mereka sadari semenjak Liona keluar dari ruangan Salsabila ada seseorang yang memperhatikan mereka berdua.

Orang itu memilih untuk mengikuti Liona secara diam diam hingga mereka memasuki ruangan dokter Alvin.

"Bagaimana dok?" Tanya Liona saat mereka baru saja sampai di ruangan dokter Alvin.

"Kondisi Salsabila terus menurun, Kekebalan tubuh nya pun semakin semakin lemah, itu yang menyebabkan Salsabila sering merasa Sakit ataupun mimisan."

"Salsa sudah gak pernah melakukan kegiatan berat dok, bagaimana bisa kondisi nya menurun?"

"Ini di sebabkan oleh sumsum tulang dengan sel-sel darah putih yang belum matang dalam jumlah berlebihan."

Mata Liona berkaca-kaca dadanya terasa sesak mendengar penuturan dokter Alvin "Salsa bisa sembuh kan dok?"

Dokter Alvin terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Liona "Kemungkinan untuk sembuh itu kecil, apalagi leukemia yang di derita Salsabila adalah Leukemia mieloblastik akut atau sering di singkat dengan AML, tingkat kematian untuk AML sangat tinggi bahkan dapat mencapai 90%"

Air mata Liona sudah tak terbendung, bagaimana jika Salsabila tak selamat? Apakah ia sanggup kehilangan putri sulungnya? Bagaimana ia harus menjelaskan kepada Putri bungsunya jika Kakak tersayangnya ini tengah di ambang kematian.

Sementara seseorang yang mengikuti Liona tadi masih berdiri di balik pintu ruangan, ia mendengar semuanya. Ia mematung bagaimana mungkin seseorang yang ia sayangi menderita penyakit yang mematikan.

Sa kamu harus sembuh aku tau kamu kuat. Batin seseorang

---

"By, kok Salsa kayaknya makin parah ya?" Tanya Risa saat mereka menuju kantin setelah mereka selesai kuliah, kini mereka akan makan terlebih dahulu sebelum kerumah sakit untuk menjenguk Salsabila.

"Aku juga gak tau by ,kamu tau gak Arvan bakal masuk kampus ini juga?" Ucap Rifan

Mata Risa membulat sempurna "Kok bisa? Katanya dia di ITB kan?"

Rifan mengerdikan bahunya sembari melenggang pergi membeli makanan untuknya dan juga Risa, Saat Rifan tengah membeli makanan Risa di hampiri empat pria yang tadi duduk dengan Salsabila

"Lo temennya Salsa kan?" Tanya salah satu dari mereka

Risa mengangguk "Ada apa ya?"

"Oh ini mau balikin hpnya Salsa ketinggalan di meja," Ucapnya sembari memberikan ponsel Salsabila

Risa menerimanya dan mengucapkan terima kasih, Saat itu juga Rifan datang "Kalian yang tadi kan?" Tanya Rifan sembari menyimpan 2 nasi goreng dan jus milik Risa dan dirinya.

Keempatnya mengangguk, Rifan pun duduk "Sini gabung aja sama kita."

Mereka pun duduk Rifan pun berinisiatif untuk memperkenalkan diri "Gue Rifan dan ini pacar gue Risa."

"Gue David, yang ini Alex, ini Daffa, dan yang ini Rayyan," Ucap David memperkenalkan diri dan teman temannya

"Gue pesenin makanan buat kalian dulu, Ayok Daf," Ujar Alex

"Kalian kenal Salsabila darimana?" Ucap Risa membuka obrolan mereka

"Ga sengaja ketemu, terus ternyata se kampus" Jelas David singkat jelas dan padat

"Tadi lo semua janjian sama Salsa?" Kini Rifan yang bertanya

"Enggak, Ga sengaja liat Salsa duduk sendiri di pojokkan," Rifan mengangguk nganggukan kepalanya.

"Ohiya, jaket siapa yang di pinjem Salsa sabtu kemarin?" Tanya Risa kemudian

Rayyan sendari tadi hanya diam dan menyimak kini membuka suaranya "Punya gue."

Risa mengangguk "Abis ini lo ikut kita ke parkiran jaketnya di bawa kok," Jawab Risa sembari menyuapkan makanannya ke mulutnya.

Rayyan mengangguk, ia pun kembali ter ingat Salsabila gadis polos dengan senyum cantiknya, senyum yang bisa memberikan efek besar pada dirinya. Gadis itu bahkan bisa membuat hatinya menghangat hanya dengan melihat senyumnya.

"Salsabila itu sakit apa?" Tanya Rayyan tiba tiba

Rifan gelagapan mendengar pertanyaan dari teman barunya ini, bahkan Risa sampai tersedak makanan yang ada di mulutnya saking terkejutnya mendengar pertanyaan dari Rayyan. Sementara Rayyan dan David saling memandang kenapa kedua orang di depannya ini begitu terkejutnya dengan pertanyaan Rayyan

"Eeee, itu Salsa gaboleh kecapean aja," Jawab Risa asal.

Dahi Rayyan berkerut "Masa sih?"

Baru saja Rifan hendak membuka suara Alex dan Daffa sudah sampai dengan nampan di tangan mereka, Rifan membuang nafas lega.

---

Rabu,13 Oktober 2021

Usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang