5. A Morning.
Pagi itu, matahari mulai menampakkan diri. Suara burung di dekat jendela menjadi alarm pagi untuk Hinata yang masih tenggelam dalam mimpinya. Mengerjab, gadis―ah ralat, wanita itu akhirnya membuka mata. Menatap atap kamar dengan kosong.
Hinata merasakan tubuhnya pegal dan sakit, terutama di daerah intimnya. Tentu saja, jika Hinata boleh mengatakan―semalam, Sasuke cukup brutal. Entah melakukan hal itu memang seperti itu atau tenaga Sasuke yang memang lebih besar.
Dia menoleh ke samping dan entah mengapa perasaan kosong langsung menghampiri Hinata kala tak melihat sosok semalam di sisinya. Lelaki itu sudah pergi. Tentu saja, memang apa yang Hinata harapkan.
Sembari mengerutkan dahi, Hinata mencoba menggerakan tubuhnya. Demi tuhan, rasanya pegal sekali.
"Selamat pagi."
Hinata terlonjak, langsung menoleh menatap sesosok lelaki yang duduk di sofa kamarnya ditemani secangkir kopi. Uchiha Sasuke duduk di sana sembari mengamatinya, membuat Hinata sontak menahan selimut untuk menutupi tubuh sebatas dada.
Hinata benar-benar tidak menyadari keberadaan Sasuke, dia berfikir Sasuke sudah pergi. Hinata meneliti penampilan lelaki itu yang sudah rapi dan entah mengapa itu membuat Hinata merasa malu. Saat ini kondisinya pasti sangat tidak enak untuk dipandang.
Apalagi jika mengingat kegiatan mereka semalam. Pipi Hinata terasa memanas kala memikirkannya. Tapi, kini Hinata sudah kotor, dia tidak pantas untuk Gaara.
Dan nyatanya raut sendu perempuan itu tertangkap oleh iris hitam Sasuke. Sontak lelaki bersurai gelap itu beranjak dari duduknya dan melangkah medekati ranjang. Naik ke atasnya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Hinata.
Tangan kokoh lelaki itu terangkat, menyentuh dagu Hinata membimbing perempuan itu untuk mendongak dan membalas tatapan dalamnya.
"Kau menyesal?"
Hinata menelan saliva dengan berat, wajah dekat Sasuke membuat jantungnya entah mengapa berdetak kencang dua kali lipat.
"Tak ada yang perlu kau sesalkan―" Sasuke tersenyum. "―kau sudah menjadi penyelamat untuk tunangan tersayangmu itu."
Hinata tidak tahu, tapi dia tidak suka Sasuke berucap seperti itu. Hinata tidak suka Sasuke membahas tentang Gaara. Sasuke seolah sedang mengejek Hinata.
Tak lama kemudian lelaki itu kembali bangkit dan berdiri di sisi ranjang menatap Hinata dengan datar.
"Bersihkan dirimu dan turunlah, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu."
Tanpa kata Hinata beranjak turun dari ranjang sembari membawa selimut yang meliliti tubuh telanjangnya. Melangkah dengan sedikit teratih dan kepala yang tertunduk melewati Sasuke yang masih setia mengamati pergerakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence ✔
Romance[M] Hinata membutuhkan uang, dan Sasuke membutuhkan anak. Perekonomian yang tidak memungkinkan dan kondisi sang tunangan yang harus di operasi secepat mungkin membuat Hinata mau tidak mau memilih cara nekat yang sudah pasti dapat menjerat dirinya s...