bagian 3 (revisi)

7.8K 586 3
                                    

 Sebuah tas berisikan pakaian terlempar kearah Valda dan Gavin yang baru saja ingin memasuki rumah. Seluruh isi dari tas berceceran di lantai karena di lempar dengan kasar.

"tidak sepatutnya kamu pulang Valda, terlalu banyak luka yang kamu bawa kemari, Tidak ada orang yang sudi tinggal satu atap dengan seorang pembunuh!! " ucap Fany, terlihat urat lehernya menonjol karena amarahnya.

"apa apaan kalian?! Valda masih bagian dari kita, kalian tidak bisa seenaknya mengusir Valda dari panti" protes dari Gavin, kenapa semua orang menumpahkan segala kesalahan pada Valda? Dimana letak salahnya Valda hingga mereka memperlakukan Valda seenaknya seperti ini. Sedangkan Valda hanya terdiam dan tak melayangkan protes sedikitpun.

"Kalau kamu tidak Terima dia diusir dari sini, kenapa kamu tidak ikut pergi saja bersama pembunuh ini?!" Fany menunjuk Valda dengan kasarnya tepat di depan muka Valda.

Valda yang ditunjuk pun memandang ke sekeliling nya namun yang dilihat lagi lagi hanya tatapan benci dari teman temannya seakan ia adalah seonggok kotoran yang harus segera di hilangkan.

"Oke!! Kami akan pergi dari panti ini, dan jangan pernah menyesal nantinya karna telah mengusir kami!! " Valda teramat sangat terkejut mendengar ucapan Gavin barusan.

Dilihatnya Gavin yang amat sangat emosi berjalan masuk menuju kamarnya dengan cepat lalu tak lama kemudian ia keluar dengan tas berisi pakaian dan beberapa barang miliknya.

Valda menggeleng kuat saat menatap Gavin

" jangan gini Vin!! Biar Valda yang pergi dari sini" ucap Valda dan berusaha menghentikan Gavin memungut pakaian miliknya yang berserakan di lantai.

Namun Gavin telah yakin dengan keputusannya, setelahnya ia menyeret tangan Valda pergi dari rumah itu.

Anak anak yang lainnya hanya menatap kepergian mereka dengan tatapan kebencian, Lalu kembali memasuki rumah dan menutup pintu rapat rapat.

Sementara itu Valda dan Gavin dengan masing masing tas di pundak mereka mulai berjalan tanpa tujuan. Valda melirik kearah Gavin

"harusnya kamu gak usah ikut Vin, sekarang kamu jadi harus ikut luntang lantung kayak gini, sekarang kita bahkan gak tau mau kemana " mendengar ucapan Valda, langkah Gavin pun terhenti.

" ini semua bukan salah lo Val, harusnya mereka gak bersikap seperti itu sama lo, dari awal kita ketemu bu Saras udah minta gue buat jadi teman lo Val, gak mungkin gue ninggalin lu sendirian, gak usah sedih, lo masih punya gue Val" Gavin berusaha menenangkan Valda meski sebenarnya saat ini ia juga sangat cemas mereka harus kemana.

"kita cari tempat bermalam sementara dulu ya, lagipula kita harus beristirahat dulu kan, dimanapun itu asal kita bisa neduh sampai besok dulu Val" ucap Gavin lagi

Dengan senyum lembutnya Valda pun mengangguk kecil

Sejujurnya ia sudah lelah terus berjalan dari tadi, bila di hitung hitung sudah sangat jauh mereka berjalan bahkan kini mereka berada di lingkungan yang tidak mereka kenali sama sekali. tas yang ia bawa pun tidak bisa dikatakan ringan, berjalan dengan kondisi perut kosong juga bukan hal yang baik.

Lama berjalan mereka pun menemukan sebuah kedai kecil yang sudah tutup

Setidaknya bisa untuk mereka bermalam sementara.

"Val, kita istirahat disana saja ya, lagipula kedainya sudah tutup, jadi pemiliknya tidak akan terganggu " Dengan senang Gavin menarik tangan Valda karena akhinya dapat menemukan tempat beristirahat sementara.

Mereka mengambil kardus dan menjadikannya alas sebagai tempat tidur mereka. Setidaknya mereka bersyukur karena masih ada tempat untuk beristirahat malam ini

Valda mengambil kain sarung dari dalam tas nya dan menyelimuti tubuhnya dan Gavin agar mengurangi hawa dingin nya hujan malam ini

"Vin, untung yah masih ada tempat buat kita tidur" Valda tersenyum senang kearah Gavin.

"Iya...sekarang kita istirahat dulu, besok ada hari yang lebih berat yang bakal menanti kita" ucap Gavin.

.

Sang fajar mulai menampakkan wujudnya, cahayanya menyeruak mendominasi pagi, Sepasang suami istri tua yang akan membuka kedainya dikejutkan dengan dua orang bocah yang tertidur di depan kedai mereka

"Astaga! Anak siapa ini?Halo... Permisi nak..... "

Si wanita berujar lembut namun masih bisa membangunkan dua insan yang sedang tertidur ini

"Eungh?Eh... Maaf nek Kami ketiduran disini, Kami akan pergi kok... Val... Valda Hei bangun kita pergi sekarang yuk" Valda yang sedikit diguncang Gavin pun mulai bangun dari alam tidurnya

"Eh Tidak apa apa, Jangan pergi, kami tidak marah kok, nama kalian siapa? Kenapa bisa tidur di sini hmmm? " Sang kakek mensejajarkan posisinya dengan Valda dan Gavin yang terduduk

Valda dan Gavin tidak menjawab, mereka hanya menundukkan kepala dan memainkan jari tangan mereka

"Tidak apa apa bila belum ingin bercerita...tapi kenapa harus pergi? Kalian bisa masuk dulu... Kalian belum makan kan? " Sang nenek tersenyum dan membawa mereka masuk kedalam kedai.

"Kalian tidak usah takut hmm... Perkenalkan nama nenek Hanum, dan kakek ini namanya kakek Edwin... "

Valda dan Gavin mulai mengangkat kepala dan melihat senyum tulus dari kedua lansia ini

"Emmm.... Nama saya Gavin, dan dia Valda.. " ucap Gavin dengan ragu ragu

Kakek Edwin yang melihat mereka malu malu pun tertawa gemas.

" Tidak usah takut, kami bukan orang jahat kok, apa boleh kakek bertanya? "

Kakek Edwin mengelus lembut tangan Valda dan Gavin

"Boleh kek... " jawab keduanya bersamaan

"Bagaimana bisa kalian tidur disana? orang tua kalian dimana nak?" Dengan selembut mungkin kakek Edwin bertanya agar tidak menyakiti mereka

"Kami tidak punya orang tua kek, kami baru saja diusir dari panti" Gavin menjawab dengan kepala yang ditundukan

"Tidak apa apa... Kami tidak marah kok, jadi sekarang kalian akan tinggal dimana? " tanya nenek Hanum yang awalnya terkejut mendengar jawaban Gavin.

"Kami tidak tahu nek.... "

Dengan senyuman merekah, nenek Hanum melirik kearah suaminya, sang suami yang paham pun mengangguk.

"Apa kalian mau tinggal dengan kami? Kami bersedia menjadi orang tua bagi kalian, kami tidak akan merasa direpotkan kok, lagi pula kami hanya tinggal berdua, bagaimana?... " tawar nenek Hanum

"Apa boleh nek?! Nenek tidak bercanda kan?! " Gavin sangat senang mendengar tawaran dari nenek Hanum, sungguh mereka sangat bersyukur telah dipertemukan dengan pasangan suami istri yang sangat baik hati ini. dengan begini karena kebaikan hati pasangan ini berarti mereka tidak akan terlantar kan.

"Iyaaa... Kalian mau kan tinggal dengan nenek dan kakek?"

"MAU NEK! "

Jawab Valda dan Gavin serempak

Jujur perasaan mereka sangat lega saat ini. Dengan senang hati Valda dan Gavin memeluk nenek dan kakek

"Terima kasih banyak.... Terima kasih" Valda mulai kembali menangis, ia tak menyangka akan bertemu orang orang sebaik ini

"Eh kenapa menangis Vanda?! Aduh, jangan menangis ya... Ssttt" nenek Hanum terkekeh saat melihat Valda menangis bahagia

Dengan lembut kakek Edwin mengelus kepala Valda

Pagi itu sebuah kedai mie kecil di penuhi dengan kebahagiaan serta senyum kelegaan.

Pagi ini Valda kembali tersenyum bahagia, beribu terima kasih ingin terus ia sampaikan, kedua orang di depannya membuat ia yakin bahwa masih ada orang baik di dunia ini, ternyata masih ada orang yang mau menerima keberadaannya.

Valda sangat berterima kasih kepada Tuhan karna telah mengirim dua orang manusia baik hati padanya dan juga Gavin.

VALDA ADIWANGSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang