16. Spill Tea

706 236 69
                                    

여러분 안녕하세요!

Okay, happy reading ....

*****

"Bentar, lo siapa?"

Pemuda dengan tubuh atletis itu mengeluarkan selembar foto polaroid dari dalam saku jaketnya dan menyerahkan pada pemuda tinggi yang tadi bertanya.

"Gue Taewon, saudara kembarnya Taeyong," jawabnya. "Sekarang apa gue boleh masuk?"

***

"Sadar gak sih, Kak, cara meninggalnya temen-temen kita tuh sama kek yang di film?"

Heeseung menghela nafas lelah mendengar kalimat yang ucapkan oleh Sunghoon. Ia kembali melanjutkan kegiatan memasukkan pakaian ke dalam tas. Hari ini mereka akan ke rumah sakit, menjemput Jake pulang.

Ah, ngomong-ngomong tentang Jake, pemuda berkebangsaan Australia itu sudah sadarkan diri tadi pagi dan sudah diperbolehkan untuk pulang. Syukurlah keadaan Jake tak terlalu parah seperti Euijoo yang sampai saat ini belum siuman.

"Taeyong enggak tuh. Di film, dia meninggal gara-gara villa kebakaran," sanggah Heeseung setelah beberapa menit diam tak menanggapi.

Sunghoon menggeleng pelan. "Gak, Kak. Di film, Taeyong sebenarnya meninggal gara-gara perutnya ditusuk dan matanya dicongkel, meledaknya villa tuh cuman pengalihan doang. Bahkan sebelum villa meledak pun dia udah terbunuh sama Kak Soobin."

"Serius?" tanya Heeseung, matanya membulat terkejut, dia benar-benar baru tahu itu sekarang. Jadi selama ini dirinya menjadi salah satu orang yang tertipu?

Kalau dipikir-pikir lagi, walaupun tak terlalu sama, apa yang dikatakan Sunghoon ada benarnya. Mayat Kyungmin jika diteliti lebih detail, di sekitar luka menganga leher anak tersebut terdapat bekas jeratan tali tambang, sama seperti di film.

Seon meninggal karena terjatuh, lagi. Yoonwon, karena tak ada lift, anak itu malah meninggal di tangga dengan cara yang sama, ditusuk. Tunggu sebentar, jadi maksudnya....

Apakah mereka yang belum meninggal akan meninggal dengan cara yang sama juga?

Sunghoon berjalan mendekati Heeseung yang bergidik ngeri, kemudian duduk di samping pemuda yang telah selesai mengemasi pakaiannya tersebut. Tanpa ragu sedikitpun, ia meronggoh sakunya dan mengeluarkan secarik kertas. "Gue dapet ini dari bocah penduduk Weliweli kemarin pas gue pergi ke pusat kota. Di dalamnya cuman ada angka, mungkin Kak Hee bisa ngebacanya?"

Heeseung mengernyit, ia mengambil alih kertas tersebut dari tangan Sunghoon. Kertas ini mirip dengan kertas petunjuk yang dirinya dapat di dalam film. Ia memicingkan matanya, membaca deretan angka-angka di sana.

1411421123 4311311123 43114445 351531112545.

Heeseung menghela nafas lelah lagi, ia mengembalikan kertas tersebut pada Sunghoon dengan raut wajah lempeng. "Susah kalo jadi orang bego mah."

Sunghoon yang mendengar itu sontak tertawa, mentertawakan Heeseung sekaligus dirinya sendiri yang juga sama begonya. "Jangan jujur banget gitu dong, otak gue sakit hati dengernya."

"Habisnya tuh angka kek mau coding program aja, gue yang bukan anak komputer mana paham." Heeseung menggerutu. Sialan, gara-gara melihat angka-angka itu, dirinya mendadak mual.

"Jauh banget sampe ke coding program segala?" Sunghoon tertawa pelan, bisa-bisanya angka-angka tanpa arti tersebut dikaitkan pada teknologi. Pemuda dengan tahi lalat di pangkal hidung itu berdiri, menyampirkan tali tasnya di bahu. "Ayo, Kak!"

Weliweli Island 2 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang