BAB 63: Kamu

100 16 0
                                    

"Kenapa larut malam?" interogerasi Lina saat Bintang tiba di ruang tamu hendak menuju kamarnya. Dia tahu akan seperti ini saat pulang. Apalagi pulangnya larut begini meskipun baru pukul delapan malam tentu saja jadi pertanyaan seorang ibu yang anaknya tak kunjung pulang terlebih sekolah. Memunculkan kerisauan keberadaannya.

Ini akibat terlalu indah berbagi kisah dengan Gilang yang terus menyayangkan pulang cepat. Ingin sampai malam dan menginap dengannya dengan begitu, bisa selalu bersama hingga pagi ke pagi hingga lulus dan saat kerja nanti. Itu sungguh gila.

Terlalu indah dengan kebanyakan realita tak berpihak ke sana.

"Ekskul," kelit Bintang lalu mencopot sepatunya ditaruh di rak sandal pojokan tanpa toleh meneruskan jalannya menuju kamar. Dia tutup pintunya mengembangkan senyum riang. Dia buru-buru terjun ke ranjang melepas kemeja sekolahnya tinggal badannya yang kuning langsat. Dia gulir layar gawainya melihat foto selfie-nya bersama Gilang tadi.

Bintang senyam-senyum hingga ketiduran lupa mengenakan baju lain karena capai mencampakkan gawainya yang berdering dari nomor tak dikenal.

***

Sementara itu dikediaman Gilang, dia sedang asik menonton tayangan video tadi bersama Bintang yang dia gendong sembari ber-vlog ala-ala pasangan romantis. Meskipun gagal karena gagap Bintang yang banyak diamnya bingung cari kata-kata dengan banyak 'gendong gaes, enak gaes, indah gaes lihat deh, pemandangan bukit semua gaes,' itu bikin Gilang ketawa terus ingin mengecupnya lagi.

Dia mengendongnya terus berpelesir di rumput liar tingginya sepaha mirip gandum dan tergoyang angin senja. Bintang membelainya sembari ber-vlog dan Gilang terus memancing dengan;

"Indah apanya? Rumput apanya?" Saat Bintang banyak kata 'gaesnya' karena bingung. Lain kali, dia akan ajarkan Bintang soal public speaking lebih mantap lagi.

Cukup sudah acara menontonnya, ini sudah malam dan terasa penat karena tenaganya habis dipakai untuk segmen berbagi kisah tadi di bukit. Kali ini di segmen kedua akan diputar melalui mimpi yang Gilang harap mimpi kali ini benar-benar indah.

Saat berbenah diri untuk tidur, pintunya diketuk seseorang bikin ia berdecak segeranya menuju pintu membukanya menampakan Jesika yang berdiri menyipitkan matanya. Belum bertanya, Jesika mendorong dada adiknya berbarengan masuk ke dalam lalu dikunci pintunya.

Mata sipitnya terindikasi maksud lain seakan ada hal yang terpendam dalam.

"Lo harus jujur!" ucap Jesika pada adiknya bikin menaut alis bingung.

"Jujur apa?"

Jesika berdecak-decak jalan memutar mengusap punggung leher adiknya dan berhenti tepat di kuping kanannya.

"Lo pacaran sama Bintang?" tukasnya bikin Gilang melirik linglung. Dia menggelengkan kepalanya cepat.

Jesika tawa sumbang.

"Ini apa?" Jesika menunjukkan layar gawainya memperlihatkan Gilang bersama Bintang di perahu lalu tengah mengecup pipinya beberapa kali. Foto itu dibikin gif.

Gilang tergeming tak bisa memberi alasan. Pipinya merona hanya saja dia tahan.

"Jujur!" tekan Jesika bikin Gilang gerogi apalagi mimik kakaknya yang ngeselin.

"I-iya,"

Jesika berekspresi tak menyangka bersamaan berdecak—menilik adiknya dari—ujung kaki hingga wajahnya.

"Ke-kenapa? Plis, jangan aduin ibu, kita punya kesukaan sama. Kamu suka baca novel BL dan aku BL beneran," ucap Gilang pegang tangang kakaknya yang tampak Jesika tahan ketawa.

Under Sunset In Skyline [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang