Gilang sedang apa? Itulah yang dia pikirkan sekarang. Rasanya kian sesak saat pertemuan kian menjauh dan sering bolong begini yang bahkan pesan pun tak terbalas oleh Gilang sangking sibuknya di semester dua banyak tugas sana-sini.
Bintang ingin menanyakan soal program kerja di ekskulnya yang tampak membingungkan baginya yang tak pernah ikut ekskul sebelumnya sehingga masih asing soal tugas beginian. Harusnya yang jadi ketua itu Agnes dia lebih banyak pengalamannya di PMR. Namun tampaknya semuanya teringin Bintang jadi ketua penerus Gilang. Mau tak mau berserah dengan keadaan jangan bikin kecewa.
Agnes tak keberatan jadi penolong Bintang untuk menyelesaikan apa yang tak dimengerti. Meskipun dia wakil ketua, tak semuanya beban yang harusnya dipikirkan ketua semuanya ke wakilnya. Itu memalukan. Meskipun Agnes temannya tetap dia agak malu kalau harus begini. Giliran ada program kerja Agnes memimpin dan Bintang hanya tanda tangan seperti artis. Meskipun dia ikut dengan terjun ke lapangan cari sponsor namun yang aktif lebih adalah Agnes yang lihai dan banyak pengalamannya soal beginian.
Dan Bintang orangnya agak pemalu tak seperti Agnes yang gampang akrab berbaur hingga acara selalu jalan sempurna.
Kali ini, Agnes di rumah Bintang untuk menyelesaikan tugas program keterampilan untuk membuat kreatif daur ulang tong sampah dari gentong bekas cat.
Agnes yang aktif nulis sana-sini yang Bintang lihat ketidakmengertian soal apa yang dibicarakan temannya. Bahas sponsor, bahas sosialisasi, dan terakhir bahan gentongnya dan anggarannya. Agnes rincikan dalam tabel dan yang dibuat oleh bintang dibuku kerjanya.
"Lo bisa jadi tim sosialisasi. Soalnya Anda jago." kata Agnes padanya. Bintang mengangguk sudah barang tentu dia bisa karena bakatnya di sana.
Agnes kembali ngomong soal pertimbangan Bu pembina dan sponsor yang bikin Bintang semakin bingung kalau acara begini harus ada sponsor segala? Entahlah sekali lagi, jadi ketua ternyata pusing juga. Tak kebayang jadinya Gilang saat menjabat pusing sana-sini cariin sponsor terus bikin data ini itu yang itu menguras otak dan waktu. Ditambah mereka cuma berdua sama si kadal dan adem saja tak terlihat mengeluh.
Bintang salut. Hanya sama Gilang tak dengan kadal.
Keduanya bertelungkup di surpet hangat ruang tamu sembari menopang dagu tunjuk sana-sini seperti orang kantoran ngadepin berkas di meja. Agnes mencomot rengginang di sisinya yang langsung dia lahap menimbulkan suara renyah sementara Bintang yang sumpah pura-pura semangat dan soknya larut dalam acaranya hanya bisa merhatikan tabel pusingnya.
Dalam batinnya, Bintang ingin buru-buru tugasnya kelar dan segeranya istirahat untuk tidur. Tapi dia tak enak dengan Agnes yang kayaknya anteng banget dengan tugas ginian. Dia lirik Agnes sedang mengedit mading di corel draw bikin sekreatif mungkin soal ajakan mendaur ulang barang tak terpakai.
Dia fokus sekali meskipun beberapa kali matanya dikucek karena perih layar monitor yang menerangi sejak tadi. Dia tetap asik bergerilya. Yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri olehnya sembari telungkup ria di kasur hangat hanya saja Agnes ingin mengerjakan secara barengan agar hasilnya tak ada komentar sana-sini yang itu alasan dia saja karena Agnes orangnya lebih kepenilaian sedetail-detailnya. Yang tahu sendiri saat kemping lalu.
Animasi jam di layar gawai menampilkan pukul sembilan malam dan waktunya berhinernasi bukannya mengurus beginian. Bintang mengelus dada meski dalam batin mengerang frustrasi soal kapan acara ini selesai.
Sembari hilangkan kesebalan dia menikmati bobongko olahan dari pisang yang rasanya manis dan teksturnya seperti martabak. Dia berharap dalam doa batin kalau saja Agnes buru-buru pulang.
"Ibu pulang," ibunya membuka pintunya sepihak bikin keduanya mengalihkan pandangannya pada Lina yang datang mengenakan jaket hangat dan menjinjing keresek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Sunset In Skyline [BL]
Teen FictionBINTANG Antares Rifki Pradana, dulu pernah pernah menjadi salah satu korban perundung SMP. Kisahnya terlupakan kendati berteman dengan salah satu gadis bernama Agnes sejak kelas tiga SMP. Ia sudah mengira perbedaan dalam dirinya seringkali dijadikan...