Rasanya senang seperti mimpi. Hubungan Bintang dan Gilang berjalan beberapa bulan dan saat ini keduanya akan melaksanakan ujian akhir semester.
Gilang memberikan semangat pada bintang yang senyum selalu padanya. Perpisahan terjadi di koridor saat Gilang lantai bawah dan Bintang lantai atas. Keduanya saling berhadapan dengan saling merapikan atribut sekolah.
Gilang merapikan rambut Bintang lalu menutupnya dengan topi abu, beda halnya dengan Bintang yang merapikan simpul dasi Gilang dengan caranya yang membuat dasinya tampak rapi sepertinya.
"Semangat buat kamu," Ucap Gilang senyum lalu menjabat tangan dengan senyum.
"Kakak juga, semangat ujiannya," Balas Bintang lalu menaik turunkan jabatan tangannya, mulai jalan mundur dan Gilang pun sama jaln mundur secara bersamaan memutar badan melangkah menuju kelas masing-masing.
Kursinya di-random agar pelajar tidak saling contek dengan temannya. Cewek dan cowok agar saling canggung saat minta contekan. Bintang melenguh bimbang saat dia bersama cewek lain tanpa bersama Agnes.
Namun semuanya bisa diminimalisir karena mereka di kelas membuat kode-kode agar saling memberi contekan.
"Mina, Agnes, Fitri, Zulfa, are you ready!" Seru Zifran selaku ketua kelas.
Semuanya mengacung tangan dan tentunya jajaran yang disebut tadi yang notabene mereka pintar-pintar bersahut, "semangat laksamana!" Lalu ketawa dari kelas.
Lembar ujian estafet ke belakang hendak mengisi. Bintang menatap soal matematika yang membuatnya melenguh Sumarah pun dengan yang lain garuk-garuk leher.
"Mohon jangan berisik, isi dengan jujur jangan lupa berdoa sebelum mengerjakan, ibu ada kepentingan dengan gawai, ibu ada di koridor, mohon jangan manfaat situasi, paham?" Bi Desri selaku pengawas menaruh buku absen di meja depan lalu melangkah keluar sembari menggulir gawainya.
Isi kelas berseru riang meskipun bisik-bisik. Ini kesempatan sempurna melancarkan aksi contek.
Bintang mulai bersiaga dengan kode desisan pada Agnes yang tak pelit dia menoleh ke belakang karena bangku depan memberikan acungan jemarinya pada temannya itu.
***
Kantin kembali ramai dan salah satu meja diisi geng Bintang dengan diisi tawaan yang hakiki. Mereka menceritakan ketegangan semasa mengerjakan namun tampak ceria karena kerja sama saling contek. Tidak patut ditiru namun sudah menjadi tradisi pelajar saat ujian meskipun sembunyi-sembunyi lalu menanyakan saat soalnya dirasa sulit mulai berdiskusi. Satu yang menulis soal dan yang satu hitung dan satu koreksi hingga saling sahut dan yang tidak bisa menyimak jawaban mereka yang pintar. Termasuk Bintang masuk ke dalam tim menyimak.
"Halo, kumpul semuanya hebat," Gilang datang dengan senyumnya menyapa adik kelasnya lalu mereka berubah tingkah dengan sedikit agak canggung hormat memberi ruang untuk duduk kakak kelasnya.
"Di sini aja, Kak," Bintang menggeser pantatnya di kursi panjang kayu memberi ruang untuk duduk kakak kelasnya. Agnes di sisinya berdehem juga mengerjapkan mata. Bintang salah tingkah.
"Ngobrol aja, silakan," Ucap Gilang saat mereka jadi canggung melempar obrolan hingga Mina mulai berseru lagi membahas soal ujian besok lalu obrolan kembali terlanjut.
"Gimana tadi?" Ucap Gilang pada Bintang.
"Biasa aja."
"Kita ke pantai mau?" Bisik Gilang mendekatkan mulutnya pada telinganya.
Bintang senyum semringah. "Kapan?" Gilang kembali berbisik, "Bentar lagi," Gilang senyum dan Bintang mengangguk.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Sunset In Skyline [BL]
Teen FictionBINTANG Antares Rifki Pradana, dulu pernah pernah menjadi salah satu korban perundung SMP. Kisahnya terlupakan kendati berteman dengan salah satu gadis bernama Agnes sejak kelas tiga SMP. Ia sudah mengira perbedaan dalam dirinya seringkali dijadikan...