"S E L A MA T pagi Kakak, nama gue ... eh, maksudnya nama aku, Bintang. Aku ikut ekskul karena dipaksa oleh Agil ... hah! Bukan itu! Lu kenapa telat!" omel Bintang membayangkan diri-yang akan dia terima-kakak kelasnya. Bibirnya komat-kamit memperagakan kegeraman itu di depan cermin kamar.
Busana PDH-nya telah rapi dikenakan secara paksa untuk mengikuti ekskul PMR di sekolah.
"Ayo berangkat!" seru Bintang di teras merekah senyum menggendong tasnya seperti anak TK.
"Makan dulu!" timpal cewek berambut ikal pakai kacamata bundar dan punya lesung pipi. Dia Agnes. Teman Bintang sedang menunggunya di kursi teras.
"Bodo amat," tak pedulinya menutup pintu rumahnya lalu menarik lengan Agnes.
"Gagah. Pake baju gituan," Agnes menilik temannya dari bawah hingga dada saat jalan kaki menuju sekolah yang sudah kebiasaan Bintang. Meskipun Agnes ingin naik angkutan kendati sudah terlambat.
"Gagah gimana? Ogah," sewot Bintang menahan erangan frustrasinya.
Agnes ketawa kecil menepuk bahu temannya seraya berdecak kagum. Hingga jalan kakinya tak terasa tiba di pagar bata sekolah.
Bintang mendelik berhenti sepihak langsung sembunyi dari belakang punggung Agnes saat sampai. Agnes yang terkejut menggeliat kegelian.
"Sembunyiin gue!" bisik Bintang seraya mengintip dari celah lengan Agnes antisipasi adanya gangguan. Gangguan yang dimaksud ialah kehadiran kakak senior galak.
"Nape kunyuk!" kesal Agnes saat pinggangnya geli dicengkeram temannya.
"Udeh. Jalan aja. Ada senior biadab!" tukas Bintang seraya mendorong punggung Agnes hingga memasuki gerbang sekolah.
Musuh terberat Bintang di ekskul ini ialah senior cewek bernama Desri Triani, di lapang sekolah dia sedang memegang buku absensi. Dia menjabat di PMR itu sebagai komdis sekaligus wakil ketua Gilang. Bintang amat tak suka dengan kelakuan dia. Gayanya itu ngeselin dan gelar yang Bintang kasih buat dia adalah Nyonya Kadal. Tatapan tajamnya lebih mendeskripsikan perihal kesinisan. Meskipun masih banyak lain soal ketidaksukaan Bintang padanya.
Dan satu lagi Kakak kelas yang punya senyum ganteng. Namanya Gilang Agil Regantara, siswa dengan tinggi 178 sentimeter, rambutnya ala K-Pop gitu ada poninya, dan dia pemimpin alias ketua ekskul PMR ini. Soal perilakunua banding jauh dengan kadal. Dia baik dan ramah dibikin kagum oleh semuanya.
"Tunggu teman lain, ya," ucap Gilang ramah. Memang sudah menjadi ciri khas dia yang begitu.
Desri berdiri angkuh berkacak pinggang sembari memegang megapon koar-koar sambung decitan yang tak enak di kuping. Dia lakukan sambutan pagi pada adik kelasnya yang bersila di halaman sekolah dengan seragam putih abu bersiap melakukan rutinan kumpulan ekskul Sabtu pagi yang diadakan sekali dalam seminggu.
Agnes jalan terjeda-jeda kendati punggungnya didorong temannya memasuki halaman dan dia bersembunyi dari balik punggung. Bibirnya enggan bungkam terus berkomat-kamit berisi gerutuan mengarah pada Desri.
Desri bersama tatapan ninja tak sadar tawon melintas di depan wajahnya mengarahkan megapon pada Agnes.
"Buruan!" pekiknya dibarengi decitan. Suaranya berhasil mengguncang kepala benih-benih calon anggota PMR di lapang yang ada enam orang; empat cewek dan dua cowok, saling pasang mata refleks menoleh ke belakang melihat salah satu anggotanya terlambat.
"I-iya, Kak!" gagap Agnes agak takut.
"Heh! Kunyuk! Sembunyi di ketek cewek pengecut lo!" cibir Desri pakai megapon bikin Bintang menegakan punggung lekas menyipit mata memasang wajah pedar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Sunset In Skyline [BL]
Fiksi RemajaBINTANG Antares Rifki Pradana, dulu pernah pernah menjadi salah satu korban perundung SMP. Kisahnya terlupakan kendati berteman dengan salah satu gadis bernama Agnes sejak kelas tiga SMP. Ia sudah mengira perbedaan dalam dirinya seringkali dijadikan...