BAB 40: Manis

200 25 0
                                    

Nyanyian itu tak terlantun lagi. Saat Bintang asik YouTube-an sembari dengarkan alunan petikan gitar dari Gilang. Dia mendongak pada kelas samping yang tidak mengeluarkan alunan itu lagi. Bintang tunggu dua menitan dan tetap saja tidak ada suara sendu itu.

Bintang mengintip dari tepi kaca jendela melihat Gilang di sana. Gilang memperbaiki nadanya agak lama memutarnya lalu memetik senarnya untuk tes. Sumbang lalu dia putar lagi hingga petikannya bagus.

Sial, Gilang mendongak memergokinya yang sedang mengintipnya. Dalam sekejap Bintang memerosot badan hingga terduduk kaku.

Dia menelan ludahnya. Menengadah kepala pelan melihat ke arah jendela sudah ada Gilang membukakan jendelanya memberinya senyum manis. Bintang menelan ludahnya.

"Maaf," Bintang bangun langsung saja lari sekencang-kencangnya dari koridor.

Dia terlari dari tepi jalan hingga berhenti di tempat ibunya bekerja. Dia mengatur napasnya yang memburu seraya jalan gopoh memegangi lutut.

"Assalamualaikum, Bu," Ucap Bintang.

Lina yang sibuk menulis nota di meja dibikin mengernyit melihat putranya pulang begitu. Bintang enggak naik mobil?

"Kenapa?"

Bintang duduk melenguh. Dia menopang dagunya meniup udara.

"Ibu pernah dikejar orang stres?"

Lina tawa kecil "Belum pernah. Tapi kalo dikejar cinta, sih, pernah."

Bintang memutar bola matanya jengah lantas beranjak berlalu meninggalkan ibunya untuk pulang.

"Kunci rumah kalau mau main!" Ujar ibunya.

Di waktu yang sungguh bikin pusing. Mataharinya panas bikin kepalanya mengepul. Dia mengempaskan pantatnya ke lantai bilah bambu di saung menghadap sawah luas. Dia robek plastik roti lalu menggigitnya di tengah.

Dia menikmatinya seorang diri sambil menikmati alam.

Gawainya berdering dari saku celana. Dia rogoh lalu tatap layarnya.

'Agnes'

Dia dekatkan speaker telepon ke telinga.

"Ada apa, nyonya Agnes Widiya Puspah Nugrayati Nur Seravina Yulian Safitri?"

"Makasih, ada Bintangnya?"

"Ada, kok. Ada apa ya?"

"Ini saya mau ngomong soal kenapa LO KELUAR EKSKUL!"

Bintang ketawa malas, lalu melahap rotinya lagi. Dia jilat keju cair yang menempel di ujung telunjuknya.

"Why!" Agnes masih menunggu jawaban.

"... Soalnya, ada cecuatu yang bikin gue ogah ikutan. Tapi, setelah dipikir oleh kepala jernih, gue rasa tindakan itu enggak baik juga mungkin akan menyusahkan belah pihak," Kata Bintang nadanya wibawa.

"Tan, gue harap lo jangan keluar. Awas aja kalo keluar. Gue doakan lo dan Gilang bersama!" Ujar Agnes tawa jahat bikin Bintang mendelik.

"Amit, amit. Jangan ngomong gitu. Gue ... normal tau! Gue masih suka cewek!" Kata Bintang terus terang.

Tawa gelegar Agnes masih terdengar lalu menurun. "Janji jangan keluar!?"

Tak ada jawaban lalu, "iya."

"Gue rekam sebagai barang bukti juga sumpah, lo, ya. Ngomong yang keras, 'aku enggak akan keluar ekskul, aku janji!'"Nyanyian itu tak terlantun lagi. Saat Bintang asik YouTube-an sembari dengarkan alunan petikan gitar dari Gilang. Dia mendongak pada kelas samping yang tidak mengeluarkan alunan itu lagi. Bintang tunggu dua menitan dan tetap saja tidak ada suara sendu itu.

Under Sunset In Skyline [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang