BAB 25: Adik Kelas Yang Baik

188 28 0
                                    

Jalan sambil mengobrol, akhirnya tiba setelah menyusur beberapa tenda yang banyaknya minta ampun. Gilang benar-benar dibikin pusing juga geleng-geleng kepala pikir dulu tanah lapang ujung tak digunakan kemping karena cukup. Tapi sekarang, lapang terisi tenda besar yang berjejer. Hampir tiap sudut.

Keduanya berlabuh di tenda besar juga nampak rekan sebelas hadir di sana sedang beres-beres keperluan masak. Agak lengang hanya dua orang adik kelas Nesya sedang tiduran.

Yang lain, tak ada juga tenda yang lain pun sama, nampak lengang hanya diisi kakak kelas karena adik kelasnya sibuk di aula untuk materi. Gilang duduk di karpet tenda. Dia dekat ibu pembina Nesya lekas bersalam juga sambung obrolan seputar sharing.

Nesya senyum lalu menaruh nampan berisi minuman juga camilan untuk tamunya yang spesial. Lalu dia keluar merapikan tirai tenda ke atas agar tidak pengap juga sebagai ventilasi.

Temannya, sedang membelah kayu untuk keperluan masak bersiul padanya. Lekas Nesya menoleh.

"What?"

"Gilang datang?" Katanya suaranya bisu hanya gerak bibir.

Nesya menganguk, lalu membalasnya dengan sahutan bisu, "tamu spesial!"

Teman cowoknya menganguk juga mengacung jemarinya.

***

Sungguh tidak enak. Tenda rasanya hambar kalau tidak ada Gilang. Rasanya pait banget hanya ditemani Desri yang meskipun gayanya baik sekarang namun tetap Bintang tak suka karena entah kenapa kayak ada yang kurang gitu. Kek ditinggalkan pacar bertahun-tahun, Bintang duduk di ambang pintu seraya pegang tiangnya menunggu kakaknya itu datang dari kencan Nesa. Ah, itu pokoknya, Bintang bilangnya 'Nesa' enggak pake 'Y' harus melogatnya dalam-dalam, kan, jadi lucu.

Bintang mengirup napasnya resah juga wajahnya hilang keceriaan. Sesekali ludahnya dia telan mengisyaratkan kegalauan dia yang benar-benar memprihatinkan.

"Kenapa, Tan!" Seru Adit yang asik tiduran sambil baca buku materi. Terus kepalanya ke pantat Dion sebagai bantalan.

Bintang tak jawab malah duduknya meringkuk memeluk kedua lutut.

"Lo kenapa? Ayo jajan eskrim!" Ajak Agnes beranjak dari tidurannya menarik lengan temannya itu yang dirundung galau maha dalam.

Sambil jalan, Agnes kenes juga tingkahnya bikin ngeselin, karena dia berisik bisik-bisik ke telinga Bintang kalau dia lagi diperhatikan cowok tampan di tenda sebelah. Katanya ganteng juga tinggi dan senyumnya bikin meleleh. Bintang menegang rahang entah kenapa bayangannya pada Gilang bukan yang dibayangkan Agnes.

"Dia punya lesung pipi kayak aku!" Katanya membuyarkan bayangan Gilang soal Agnes. Lalu dia senyum kesenangan.

Keduanya jalan menuju lapang utama yang kemarin Jum'at tempat mereka pernah upacara. Di sana, di pinggiran jalan banyak yang menjajakan jajanan yang menggugah selera.

Mata Bintang mencari kacang rebus namun Agnes mencari eskrim. Dia tarik lengan Bintang hingga terbawa menuju gerobak eskrim.

"Lo mau yang mana?" Tanya Agnes menggeser pintu kacanya memilah-milah eskrim.

Bintang nampak tak selera. Dia lagi mau 'kacang rebus!' bukan eskrim ataupun apapun!

"Cokelat? Red Velvet? Cappucino?" Dikte Agnes asik memilih. Dia ribut sendiri juga balas sendiri saat tangannya sudah ada eskrim tiga.

"Hei, lo mau eskrim apa? Malah liatin cewek!" Tegur Agnes kesal dan kebetulan saja mata Bintang mengarah pada cewek di sisinya yang sibuk memilah sarung tangan di lapak sebelah. Bikin cewek itu menoleh sinis.

Under Sunset In Skyline [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang