BAB 26: Mendebarkan

202 29 0
                                    

Seluruh peserta memenuhi jalan juga memegang penerang jalan dari senter kecil yang mudah dibawa. Jalan sambil berpegangan bahu temannya juga ritmenya pelan karena takut tubrukan. Gilang juga Desri di sisi mengikuti adik kelasnya takut terpisah. Dia memberikan semangat pada Bintang yang tampaknya tak semangat juga malas.

Lapang upacara mereka di sini. Duduk jongkok agar cukup, hanya penerang senter dari peserta yang banyak juga senter kakak KSR. Bintang bersama temannya bikin satu banjar ke belakang seraya jongkok mendengarkan rambu-rambu dari kakak kelasnya tentang aturan untuk materinya.

Seseorang memegang megapon bikin suaranya keras hingga ujung bikin permainan, agar tidak menumpuk saat materi pre-test dimulai tersebar ke beberapa sudut.

Hingga pelan sedikit-sedikit pesertanya lolos permainan, bikin bimbang tim Bintang karena belum juga bisa menjawab pertanyaan sulit itu mana dingin lagi. Hingga ...

"Anggota paling manis, siapa pun langsung berdiri, cowok!" Pekik kakak KSR bikin Bintang dengan pedenya berdiri berlaga aegyo saat yang lain tak ada yang berdiri.

Pasang mata mengarah padanya juga ada yang tawa juga ada yang gemas saat pipinya dikembungkan juga dua jari bentuk V ke pipi bikin timnya juga memberikan jemarinya dan Gilang di sisi senyum manis lalu Desri malah ketawa.

"Pede banget dia. Top-lah." Puji Desri sela ketawa.

"Emang manis, kok." Puji Gilang.

Tim Bintang berhasil lalu pegang bahunya seraya senandung yel-yel, hingga berhenti di materi pertama bikin dadanya berdebar juga menelan ludah. Pasalnya ada peserta lain yang nampaknya sedang diberi asupan pertanyaan hinga bikin terdiam enggan menjawab karena sulit.

"Siap, grak. Setengah lencang kanan grak. Luruskan. Hormat grak. Lapor ...," Adit memimpin penuh percaya diri.

Bintang meneguk ludahnya saat melihat raut kakak KSR-nya pada serius bikin nyalinya ciut juga enggak berani menatap, mana dingin menusuk jiwa.

Pertanyaan dimulai dan bikin kian berdebar. Untungnya materi masih bisa dijawab oleh rekan yang lain meskipun Bintang ingin mengacung tangan karena tahu.

"Sebutkan bencana yang disebabkan alam?" Kata kakak KSR keliling-keliling dari belakang lalu mencolek bahu peserta bikin debar.

"Gempa bumi, gunung meletus, tsunami dan, ..."

"Udah, lulus. Tutup." Katanya bernada lugas langsung memotong jawaban Bintang saat bahunya di colek.

Lega tentunya lega. Dadanya jadi tak berdebar lagi. Sambil pegang bahu teman sambung jalan senandung yel-yel hingga berhenti di pos terakhir yaitu 'kepemimpinan' bikin Bintang meneguk ludahnya lagi. Inilah materi bikin dia tak mau dengar.

Semua kakaknya pada beraut sangar padahal ganteng juga cute dan tahu kalau Agnes malah memujinya dengan gumaman bikin kakaknya menatap tajam. "Jangan berisik. Di sini pos kepemimpinan. Jaga tingkah juga bicara. Paham!" Kata kakak yang punya paras rupawan dan alisnya tebal bikin Agnes gemas.

Kakak tadi berkeliling ke belakang menatap satu-satu peserta dengan tatapan maut elangnya. Bintang kalau dikeadaan begini sering gemetar. Sudah giginya bergemeretak karena dingin malam yang benar-benar mencekik terus dikelilingi kakak tadi yang sangarnya minta ampun.

"Apa itu kepemimpinan!" Langsung saja bahu Bintang dicolek olehnya bikin dia berteriak tak sadar.

Temannya mengerjap mata juga menoleh pada Bintang yang diapun tak sadar berteriak 'kadal'. Kakak tadi menaut alis juga rekan yang lain menahan tawa akan jawaban Bintang tadi.

Kakak tadi sebenarnya ingin tawa hanya saja dia tahan karena terkepung profesionalitas.

"Kadal? Lawak kau!" Sahut kakak perempuan yang menatap Bintang benar-benar menakutkan.

Under Sunset In Skyline [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang