Gilang tak habis pikir dengan kelakuan kakaknya yang bikin geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, dia sering begitu saat gabut melanda. Kata-katanya bikin geli apa lagi nadanya mirip sama pacar sendiri padahal dia adiknya. Sue emang. Lain kali, mumpung di sini, nanti dia akan siapkan satu cowok spesial buah tangan untuk kakaknya yang urat jomblonya mulai meronta minta pensiun. Pengin pacaran karena ingat umur.
Untungnya tak ada yang dengar. Tenda sunyisenyap juga semuanya sudah tidur pikirnya. Dan siapa itu? Hantu? Eh, bukan, cowok manis yang sedang tidur kayak kucing itu.
Bintang. Kesukaan dia yang tiada tara. Sedang bobo manis menghadap padanya. Gilang sesekali menatapnya dengan tatapan ramah terindikasi ajun lain. Teringin tidur sama dia terus tatapin dia hingga ikut tidur juga.
Tak bisa! Malam ini naluri hibernasinya tak bisa diajak kompromi. Tak ada setitik kantuk melanda. Dia frustasi juga jengkel. Mungkin saja kalau pandang Bintang tidur, dirinya ikut tidur terus main bersama di alam mimpi sambil pegangan tangan terus mengungkapkan isi hatinya dan berharap Bintang terpana langsung saja membawanya ke pelaminan.
Cukup mengkhayalnya Gilang! Itu hanya imajinasi, hanya imajinasi tak akan mewujud kalau Anda masih membungkam hati beku Anda.
Gilang nampaknya nurut, juga wajahnya mulai kendor, salah, maksudnya menurun semburat ketampanan dia yang manis itu. Dia merebah diri dengan tidur membelakangi punggung. Tak kuat kalau harus berhadapan dengan pria manis itu! Gilang suka kebablasan soalnya. Harus antisipasi biar tak terjadi dengan membentengi hati juga tutupan mata. Gelap, deh, kayak kehidupan.
Bintang tidur enggak, sih? Itulah yang terngiang dari hatinya. Dia pura-pura telentang dengan mata memejam tak sadar kalau yang baca tahu mata satunya menyipit melirik Bintang yang tidur.
Dia senyum lalu bangun dirasa jengkel juga tak bisa tidur kayak dia. Bunyi berisik dari galon yang dipikul dari tenda tetangga bikin geram juga teringin mengguncang tendanya hingga roboh, biar tuman!
Sabar, Gilang masih baik tak ingin adik kelasnya menjauh apalagi Bintang, bisa gawat!
Sebal tak kunjung mengantuk, Gilang keluar mencari udara segar. Dia jalan layaknya cowok keren tak sadar terlalu angkuh kakinya sedikit tergelincir karena jalannya yang licin dari tanah juga entah air di mana yang mengalir. Untungnya Gilang bisa menyeimbangkan diri seperti kucing, diam mematung juga pelan sedikit-sedikit kakinya melangkah hingga akhirnya tak jadi jatuh. Kan malu, banyak cewek yang yang di luar tenda liatin dia. Terlalu geer. Tapikan Gilang pede sesuai apa yang dikatakan Bintang tadi. Kalau dia banyak dilirik cewek hanya saja dianya aja yang tak acuh.
Dingin seperti hatinya yang dingin juga enggan mencair menumpahkan isian hatinya pada Bintang. Kayak malam ini, rasain! Dibikin menggigil juga giginya bergemeretak. Uap asap saja menyembul layaknya merokok di mulutnya. Dia jalan pelan-pelan bukannya sok keren tapi dinginnya tak bisa diajak runding. Masa iya Gilang lari-lari yang ada masuk angin terus batuk bikin malu adik kelasnya. Tidak, tidak! Jangan sampai terjadi!
Lapang, dan dia di atas agak mirip bukit. Lapang lega yang nantinya mereka akan berjibaku di sini dalam pratek simulasi PP. Sama sepertinya dulu, dia pernah begini saat kelas sepuluh lalu berjibaku di lumpur terus dimarahin kan sebel mana angkat tandu, untungnya pinggangnya tak encok juga kekuatan temannya yang ajib, jadi tak kerasa dan bahkan menjadi kenangan yang tak bisa di lupakan.
Gilang senyum lagi dan tahu di pusat dia berdiri, nanti akan ada fajar yang indah dari cekungan cakrawala menyembul matahari dan sinar hangatnya pelan naik menyentuh tudung tenda.
Langitnya cerah kali ini, sama seperti hatinya yang cerah juga terselubung harsa yang dipendam dan entah kapan Gilang tak tahu. Menunggu waktunya tiba. Sungguh payah dirimu. Gilang menghela napas tenang menatap lapang di bawah berlaga mandor. Gelap hanya lampu tiang di tengah sebagai penerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Sunset In Skyline [BL]
Ficção AdolescenteBINTANG Antares Rifki Pradana, dulu pernah pernah menjadi salah satu korban perundung SMP. Kisahnya terlupakan kendati berteman dengan salah satu gadis bernama Agnes sejak kelas tiga SMP. Ia sudah mengira perbedaan dalam dirinya seringkali dijadikan...