Chain 05

56 14 5
                                    

Live Instagram di akun Kayla menjadi viral setelah secara nyata ditunjukkan ada sebuah tulisan yang terbentuk perlahan dengan darah di kaca. Aku sudah menyiapkan mental sebelum menekan tombol play dari siaran ulang live Instagram tersebut, tapi tidak ada satu-pun sosok yang muncul di sana. Bahkan sesosok bayangan-pun tidak terlihat. Tapi bagaimana tulisan tersebut dibentuk tentu cukup menarik perhatian. Seperti ada sesuatu yang tentu saja secara sengaja menuliskannya. Tulisannya sama persis dengan yang aku lihat kemarin malam, aku disuruh olahraga.

Mungkin ini kedengaran bodoh, tapi aku berharap bisa menemukan jawaban di kolom komentar mengenai sosok di balik tulisan tersebut. Ada yang bilang kalau dia melihat sesosok wanita berpakaian serba putih yang rambutnya terkuncir, tapi ada juga yang bilang kalau dia melihat sesosok nenek-nenek yang terlihat menyeramkan, terus satu lagi yang paling aneh, dia bilang, dia melihat sesosok pria tampan yang modis tapi wajahnya penuh darah—si netizen juga menambahkan kalau dia menggunakan darahnya sendiri ketika menuliskan hal tersebut—dan banyak lainnya. Tapi beda-beda!

Aku menghembuskan napas lelah, memangnya apa sih yang aku harapkan dari netizen Indonesia? Orangnya sok tahu dan banyak yang suka berpura-pura menjadi anak indigo.

Kayla sendiri merahasiakan lokasi yang merupakan rumahku tersebut dari para netizen—tentu tanpa diminta olehku. Tapi gak tahu gimana ceritanya hingga Atha—pacarku—mengetahui hal ini. Maksudnya tahu kalau teror itu berasal dari rumahku. Padahal seingatku dia bahkan tidak pernah masuk ke kamar mandi di kamarku?

"Aku lihat instastories-nya Kayla. Dia bilang kamu udah lumayan lama diteror, kok kamu gak cerita-cerita sama aku, sih?" protes Atha ketika dia berhasil membujukku untuk pulang bersamanya. Tumben banget ini anak punya waktu untuk mengantarkanku pulang, biasanya juga sepulang sekolah langsung main sama teman-temannya.

"Gak bisa dibilang teror juga, sih. Lihat aja aku masih sehat-sehat gini. Gak ada apa-apa, kok. Mendingan kamu pulang aja." Iya, aku ngusir. Soalnya tadi dia sempat ngotot mau mengecek kamar mandiku, padahal sudah kubilang kalau di siang hari tidak ada apa-apa.

Tapi sepertinya aku lupa kalau pacarku ini orang yang keras kepala dan tidak mau mengalah, jadi ujung-ujungnya aku perbolehkan juga dia masuk ke kamar mandiku. Cuman kubuka sebentar saja kemudian aku tutup lagi, hanya untuk menunjukkan ke dia, 'begini, lho!'

Setelah selesai, aku buru-buru mengeluarkannya dari kamarku sebelum kepergok oleh Kiano. Anak itu sudah berada di rumah lebih dulu dan karena tante Gina—yang biasanya menampung Kiano kalau sedang menungguku—sedang pergi untuk menghadiri acara sekeluarga, jadi aku memberikannya kunci rumah yang aku selipkan di dalam kantung kecil di tasnya.

Lebih efisien juga, sih. Aku baru berpikir, mungkin akan lebih baik jika ke depannya Kiano juga memegang kunci rumah sendiri.

Dan, yah ... aman. Awalnya aku pikir aku sempat kepergok oleh Kiano karena aku langsung melihatnya tepat ketika kami ke luar kamar. Untungnya, perhatian Kiano tidak sedang tertuju kepadaku atau kamarku, anak itu terlihat menatap serius ke arah dapur sambil menyipitkan matanya. Kepalanya juga menoleh beberapa kali hingga dia menemukanku dan mengerjap bingung.

"Kenapa?" tanyaku ikutan bingung.

Kiano menggeleng cepat. "Gak apa-apa. Kakak gak ganti baju?" Aku menyipitkan mataku penuh rasa curiga, namun akhirnya menyerah ketika melihat Kiano mengalihkan pandangannya dan terus melihat ke arah dapur. Ada apaan, sih?

"Belom. Yaudah, Atha—"

"Aku mau ngi—pabxhsjajabauz." Aku langsung menjepit mulut Atha menggunakan tanganku sambil melotot. Apa katanya barusan? Mau nginep? Yang benar saja!

"Gak usah aneh-aneh, ada Kiano di sini," bisikku sengit.

Atha mengangguk, barulah setelah itu aku melepaskan tanganku dari bibirnya.

Slip Stitch [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang