Chain 08

46 12 0
                                    

Kayla tertawa dengan suara yang terdengar menyeramkan. Aku tidak tahu suara tawa itu terdengar menyeramkan karena aku tahu itu bukan suara Kayla atau memang suaranya yang mengerikan.

Itulah kenapa sejak awal aku tidak menginginkan ada orang-orang so-called-pintar ini ikut campur. Bukannya apa-apa, seperti kataku sebelumnya, si hantu sebenarnya tidak terlalu mengganggu—malah bisa dibilang banyak membantu—dan tidak ada hal-hal aneh selain tulisan berdarah yang terjadi. Maksudku ... kalau memang ada orang yang sengaja mengirimkan hal-hal seperti itu kepadaku tidak mungkin kalau tidak ada kejadian-kejadian seperti jatuh sakit yang parah atau apapun itu, 'kan? Ya kali dia mengirimkan hantu untuk membantu pekerjaanku.

Kacau semuanya. Aku ketakutan, Tsania-pun ketakutan. Kami berdua hanya bisa saling berdekatan tanpa suara seraya meremas tangan satu sama lain. Ketakutanku sama persis ketika aku pertama kali menemukan tulisan tersebut, jantung yang bedetak sangat cepat hingga menyebabkan napasku tidak beraturan, tubuh yang melemas hingga hampir terjatuh. Rasanya sama persis.

Aku dan Tsania menjauhi Kayla sementara si Mbah justru mendekati Kayla. Beliau memegang bahu Kayla dengan kuat sementara gadis itu terus-terusan tertawa sambil menggerak-gerakkan badannya, berusaha untuk memberontak. Rambut panjang Kayla yang diikat kuda-pun sudah berantakan dengan ikat rambut yang sedikit melorot karena tubuhnya terus-terusan berguncang.

Si Mbah terlihat membaca-baca doa atau mantra apalah itu sambil memegang kepala dan bahu Kayla. Ngomong-ngomong, sekarang dia sudah terduduk setelah dipaksa si Mbah dengan menekan paksa kedua bahunya agar terjatuh ke lantai.

"Kamu, 'kan, yang gangguin orang-orang di rumah ini?" Kayla masih tertawa, sementara aku dan Tsania semakin menjauhkan langkah kami dari Kayla. Niat hati mendekat dengan Kayla karena merasa gadis itu yang paling pemberani, eh, malah dia yang keserupan.

Kayla masih tertawa, hingga akhirnya dia menjawab, "Goblok! Bukan gue!" Kayla yang aku kenal tidak pernah bicara kasar walaupun mulutnya ceplas-ceplos. "Gue udah lama tinggal di sini, tauk! Sebelum tuh keluarga dateng juga gue udah tinggal di sini! Gak usah sok iye deh lo ngusir-ngusir gue!" Setan dalam diri Kayla kembali melanjutkan kalimatnya dengan mengebu-ngebu.

"Kamu juga yang teror dia lewat tulisan berdarah?" tanya si Mbah lagi.

"Bukan! Bukan gue!" bantah setan dalam diri Kayla. "Ada itu ... eh, lagi ngumpet tuh si ganteng, heheheheheh." Cowok? Hantu yang memberiku pesan itu beneran cowok?

Mata Kayla yang sejak tadi melotot, kini melotot lebih lebar lagi, hingga aku merasa mungkin bola mata Kayla bisa saja keluar gara-gara keserupan. "Gue gak pernah gangguin dia! Gue diem aja dari dulu!" Lalu tiba-tiba Kayla menangis. Dia meraung-raung hingga membuatku ngeri walaupun jarak antara kami cukup jauh. "Kalau ... kalau gue diusir, gue gak punya tempat tinggal. Gue ...." Kemudian menangis lagi.

"Gak bisa. Ini bukan tempat kamu." Ah, sialan, biarin aja dia tinggal di sini emangnya kenapa, sih?! Kan emang bener dia gak ganggu, kok! Aku tiba-tiba langsung nyolot sendiri.

Apa cukup sampai di sana? Oh, tentu saja tidak. Kali ini aku kembali merasa sendirian ketika tiba-tiba Tsania ambruk tak sadarkan diri dengan suara yang lumayan keras karena kepala Tsania langsung jatuh ke lantai.

"Tsan? Tsania?" Sekarang aku beneran panik. Bisa dibilang, sekarang hanya tersisa aku dan si Mbah saja yang tentu saja mau tidak mau harus menyelesaikan masalah ini. Aku berkali-kali menepuk-nepuk pipi Tsania dengan tangan yang menyangga kepalanya. "Tsan ... bangun, dong. Please ...." Aku beneran hampir menangis gara-gara ini.

"Sudah. Biarkan aja dia di sana dulu, sekarang kamu bantu saya pegangin dia," perintah si Mbah yang akhirnya dengan enggan aku turuti.

Aku gak punya pengalaman sama sekali dengan orang keserupan, lihat orang keserupan aja enggak pernah. Dan aku baru tahu kalau tenaganya orang keserupan itu gak main-main. Kayla masih memberontak hingga membuatku kewalahan sendiri, sementara si Mbah terlihat sangat effortless membaca-baca doa yang tidak aku mengerti. Sepertinya setelah ini aku harus memijat tanganku.

Slip Stitch [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang