4

5.9K 891 323
                                    

*********************************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*********************************




"Aw, ittai yo~ [Name]-nee," rengek Jiro.

"Diamlah, memangnya ini semua karena siapa huh?" [Name] dengan telaten membersihkan luka Jiro. Jiro hanya bisa meringis kecil. Ya, dia tadi bertengkar dengan Inupi, untungnya [Name] dapat memisahkan mereka berdua sehingga mereka hanya mendapat luka kecil.

"Sudah, sekarang giliranmu," kata [Name], lalu Inupi mendekat ke arah [Name]. Ia sedikit meringis.

"Nah sekarang kalian berbaikan," titah [Name]. Mereka mau tidak mau berbaikan walau di hati masih sedikit dendam. [Name] mengelus surai mereka dan tersenyum lembut, "jangan berantem lagi oke?" Mereka berdua terpesona.

"Nah ini hadiah karena sudah berbaikan," [Name] memberi mereka Taiyaki.

"Hm . . .  kenapa Taiyaki?" tanya Jiro heran.

"Cuacanya hari ini sejuk, aku tidak ingin kalian sakit jika makan es krim," jawab [Name], "ini juga makanan favotiku."

"Baiklah, mulai sekarang kamu juga akan menjadi makanan favotiku," kata Jiro kepada Taiyaki.

Inupi hanya memandang Taiyaki dengan mata berbinar. Mereka berdua memakannya dengan lahap.

"Nah Seishu-chan, ayo!" ajak [Name].

"Mau kemana!?" tanya Jiro.

"Aku ada urusan, kapan-kapan aku kemari lagi," ujar [Name].

Ah, Jiro rasanya ingin merengek meminta ikut. Tapi dia tidak mau [Name]-nee merasa terbebani. Jiro akhirnya hanya mengangguk dan melambaikan tangan menyaksikan punggung [Name] yang mulai menjauh.

"Apa kamu sedih?" goda Aoi.

"Berisik!!" Jiro menggembungkan pipinya.

"Aku punya nomor ponselnya, tapi tidak tau ini punyanya atau kakaknya, kau mau?" tawar Aoi.

Jiro berbinar senang, "baiklah aku mau!!"

***

Inupi memarkirkan motornya didepan bengkel, "ha'i, sampai."

"Wow wow siapa ini yang sudah lupa denganku datang lagi kemari?" sindir Shinichiro.

"Hehe maaf, aku sibuk membenahi tempat tinggal baruku dan Izana," elak [Name].

Shinichiro terkekeh geli. [Name] memeluk Shinichiro, dibalas juga olehnya, "aku kangen loh sama kamu, kukira kamu sudah lupa dengan kakakmu yang satu ini," gumam Shinichiro.

"Tidak akan, tenang saja," ujar [Name].

[Name] dan Shinichiro bercerita banyak hal sampai matahari mulai tenggelam. [Name] benar-benar senang menghabiskan waktu dengan Shinichiro. Shinichiro benar-benar lembut, dia adalah kakak idaman.

Sayangnya author dan para pembaca sebagian besar punyanya kakak yang akhlakles minus.

"Karena sudah sore aku pulang dulu ya," pamit [Name].

"Kamu tidak mau makan malam disini dulu?" Shinichiro bersweetdrop.

[Name] memeluk Shinichiro, "pengennya begitu, tapi Izana sendirian dirumah.. aku tidak mau dia ngambek."

"Haha, begitu ya," Shinichiro mencium pipi dan kening [Name] bergantian. "Sampaikan salam ku pada Izana oke."

[Name] mengangguk, "sampai jumpa," ia melambai dan naik di motor Inupi.

"Hati-hati dijalan," Shinichiro melambai balik.

***

Dirumah Izana terlihat lebih kacau dari sebelumnya. Dia mengurung diri dikamar, merusak properti kamarnya. [Name] yang khawatir bahkan tidak berani masuk, ada apa?

[Name] selalu menunggu Izana keluar kamarnya setiap menitnya. Dia takut Izana kenapa-kenapa.

"Izana ini sudah malam, kau belum makan malam... Keluarlah," [Name] memberanikan diri mengetuk pintu kamar Izana.

"Pergilah [Name] aku ingin sendiri dulu," jawab Izana tenang, sepertinya dia tau [Name] takut dengannya.

Izana POV

Bagaimana ini? Aku benar-benar tidak tahu harus bicara apa padanya. Aku takut dia tidak menerima kenyataan pahit itu. Apa aku harus menyembunyikan kebenaran ini dari [Name]?

"Ku pikir kita punya keluarga, ternyata kita memang sebatang kara, [Name]," gumamku.

Drrtt . . . drrtt . . .

Ponselku berbunyi menampilkan panggilan dari orang yang tak dikenal. Ini nomor rumah. Siapa?

"Halo?" aku mengangkat telepon itu.

"Halo, [Name]-nee!!" Suara laki-laki, siapa?

"Eh? Ini bukan suara nee-san, kamu siapa," dia balik bertanya, tidak sopan.

"Hm... Apa aku salah nomor?"

"Aku kakaknya [Name] ada apa?" Benar-benar bocah tidak sopan.

"Ah halo kakak ipar, maafkan saya yang tidak sopan, saya Jiro calon masa depannya [Name]-nee."

Sombong sekali dia, dan apa? Calon masa depan? Omong kosong! Aku tidak akan membiarkan [Name] menikah dengan lelaki yang lebih buruk dariku.

"Maaf, [Name] tidak akan menikah selain denganku," aku menutup telpon itu dengan kesal.

Baru saja aku dibuat marah kini ada lagi orang yang menambah masalah. Sialan.

*********************************

15/10/2021

Publish 15/11/2021

Revisi 10/12/2021

Kurokawa Twins || Tokyo Revengers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang