Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*********************************
Bugh!!
Taiju menangkis pukulan [Name]. "HEBAT!! Kau memang pantas menjadi penerus Black Dragon," ujar [Name].
"Terimakasih pujiannya, tapi ane terlalu menahan diri," kata Taiju.
"Ehehe aku hanya berniat menguji bukan berniat menghajarmu."
"Dia siapa?" tanya [Name] pada pemuda bermata seperti kucing itu.
"Aku Hajime Kokonoi," katanya.
"Wah generasi Black Dragon yang sekarang lebih keren ya, seperti pangeran!!" seru [Name].
[Name], Kokonoi, Taiju, dan Inupi melakukan pembicaraan ringan. Hal yang dibahas juga tentang Black Dragon. Tentunya mereka menghargai dan menghormati [Name] selaku senior mereka juga orang yang pantas untuk disanjung.
"Baik sudah jam segini, aku ada janji dengan teman," kata [Name], "bye!!"
"Biar aku antar!!" tawar Inupi.
[Name] menggeleng pelan, "tidak perlu, terimakasih untuk hari ini, undang aku lagi lain waktu!!"
***
"Aoi-chan!!" seorang gadis yang tengah duduk di bangku taman berdiri dan menyambar memeluk erat [Name].
"Huaa!! Kangen," ujarnya.
"Kemana aja kamu selama ini!?" tanya Aoi.
[Name] melepas paksa pelukan dari Aoi karena sesak, "aku pindah ke Yokohama, maaf tidak berkabar."
"Kamu selalu aja menghilang tiba-tiba, aku pikir terjadi sesuatu padamu tahu!!" kata Aoi. [Name] hanya terkekeh mendengarnya.
"Sebentar lagi ganti shift, ayo lanjutkan obrolan kita di tempat kerjaku," ajak Aoi.
.
.
.
Tempat Aoi bekerja adalah minimarket tempat [Name] dan Aoi bekerja dulu. "Kau masih bekerja disini?" tanya [Name].
"Iya, gaji disini kan lumayan, sayang kalau aku pindah," jawab Aoi.
Mereka berbincang-bincang sesekali membicarakan teman-temannya. Saat pelanggan datang, [Name] akan membantu Aoi melayani mereka.
"Oh iya kau ingat seorang bocah laki-laki yang selalu mengejar mu dulu?" tanya Aoi.
"Ah Jiro ya, ada apa memangnya?" tanya [Name] balik.
"Aku memberikannya nomor ponselmu waktu itu tapi katanya yang mengangkatnya kakakmu," kata Aoi, "kupikir kau masih menggunakan nomor itu."
"Ah iya, sejak kakakku pulang dia belum punya ponsel dan karena aku tidak butuh kuberikan saja padanya," kata [Name].
