*********************************
Suara kecipak dari ciuman mereka dapat didengar keduanya. Izana benar-benar tidak berniat melepaskan panutannya walau sudah lewat beberapa menit. Sesekali ia berhenti tanpa melepas pangutannya untuk mengambil nafas lalu melanjutkannya lagi.
Izana berharap Yunna ikut terbuai dalam permainannya tapi sayang gadis dihadapannya hanya diam. "Kau benar-benar tidak ingin membalasnya?" tanya Izana sendu.
"Kau mabuk, Izana."
"Tidak, aku bahkan tidak menyentuh alkohol sama sekali," kata Izana.
"Aku barusan meminum alkohol, mungkin kau mabuk setelah menciumku," ujar Yunna.
Izana diam membisu, menatap Yunna sayu. "Hah . . . Kemarilah, aku akan meminta Kakucho untuk menjemputmu," Yunna menepuk-nepuk pahanya mengisyaratkan Izana untuk tidur berbantal pahanya.
"Aku mau menghabiskan malam ini denganmu," Izana meng-kabedon Yunna. Tangan nakalnya merayap dipunggung Yunna mencari resleting gaunnya.
"Jangan coba-coba, tidur!" kata Yunna tajam sambil mencengkram kuat tangan Izana. Nyali Izana ciut dan menuruti perintah gadis dihadapannya.
Sepuluh menit berlalu, Izana benar-benar sudah tertidur. Mukanya memerah, padahal hanya mencicip Alkohol sedikit dari mulut Yunna tapi dia sudah mabuk berat. Muka tenang Izana membuat hati Yunna sakit.
"Keluarlah."
Dengan seringainya Hanma memasuki balkon. "Kau hebat, [Name]," puji Hanma yang diberi tatapan tajam.
Hanma ikut duduk disebelah Yunna. "Apa kau serius akan seperti ini terus? Lima puluh empat orang berada dilantai tiga bangunan mewah ini, jika dibakar memakan waktu dua puluh menit untuk evakuasi dan bala bantuan akan datang terlambat jika kita mengerahkan bawahan kita untuk membuat keributan."
"Pas sekali, ini waktunya memanggang ayahmu, ayo kita coba," ajak Hanma.
"Tidak. Aku tidak mau memakan korban tak bersalah, biar kuatasi sendiri," tolak Yunna, "aku akan menjaga Izana dan membunuh ayahku dengan caraku sendiri walau harus terluka."
Hanma mendengus. Ia menatap Izana yang tertidur. "Kasihan sekali, dia lemah setelah kematianmu," gumam Hanma.
"Bagaimana raja bisa menjaga rakyatnya jika selemah ini?"
"Aku akan menjaganya," sahut Yunna. Hanma menatap Yunna bingung.
Yunna mengelus surai halus Izana, "aku sebagai ratu juga harus menjaga rakyat bukan? Jika Izana tidak mampu sekarang, maka biar aku yang menjaga kerajaan kami."
Hanma tersenyum puas, "ah~ kau memang ratuku, [Name]."
***
Cahaya matahari menyeruak masuk melalui celah gorden mengusik Izana yang tengah terlelap. Dirinya mencoba bangun tapi kepalanya sangat pusing. Dirabanya alas yang menjadi tempat tidurnya. Matanya terbuka melihat sekitar.
"Ini kamarku, kapan aku kembali?" gumamnya.
Pintu kamarnya terbuka menampilkan Kakucho dengan segelas air putih dan sup pereda mabuk. "Selamat pagi," sapanya.
"Kau yang membawaku pulang?" tanya Izana.
Kakucho mengangguk, "iya, Yunna-san mengirimiku pesan bahwa kau mabuk jadi dia memintaku menjemputmu."
Izana mengangguk dan memakan sup yang Kakucho bawa.
***
Izana duduk di sofa dengan memandangi ponselnya yang tergeletak di meja. Dirinya gugup mengirim permintaan maafnya pada Yunna. Dia mabuk tapi ingat apa yang ia lakukan pada Yunna.
"Kau kenapa sih!?" tanya Ran. Dia bosen melihat temannya yang gelisah seperti ini.
"Bagaimana cara minta maaf yang benar kepada perempuan?" tanya Izana.
Ran menatap Izana tidak percaya lalu tertawa keras, "hahaha kukira kau playboy, kau seorang CEO perusahaan besar termuda, kolongmerat, dan pria sempurna tidak pernah bermain dengan wanita rupanya."
"Diamlah!!" kesal Izana.
"Ya selama permintaan maafmu tulus dan kau benar-benar menyesal, pasti diterima kok," kata Ran.
Izana mengambil ponselnya, mengetikkan beberapa untaian kata maaf untuk Yunna. Ran yang kepo melirik isi ponsel Izana. "Oh kau menciumnya? Kenapa harus minta maaf?" tanya Ran.
"Tentu saja aku harus minta maaf, aku menciumnya seenak hati," jawab Izana.
"Kenapa kau bisa sampai menciumnya?" tanya Ran.
Izana menceritakan kecemburuannya terhadap Hanma pada Ran. Sekali lagi Ran tertawa, "hahaha bodoh, kau bodoh sekali Izana."
"Hah!?" Izana kesal. Bukannya memberi solusi Ran malah meledeknya habis-habisan.
"Huft . . . Memberikan ciuman itu wajar kok, Yunna juga tidak menolak bukan?" Izana mengangguk.
"Kenapa tidak kau lanjut saja? Padahal kalau lanjut kau akan jadi orang pertama yang memerawani Ketua Yakuza itu," hasutan bodoh dari Ran.
"Apa karena kau mabuk jadi membayangkan dia [Name] sehingga ciut seperti itu?"
Muka Izana memerah malu, "y-ya mau gimana lagi, dia mirip sih." Ran tertawa puas.
***
Disisi lain, Yunna tengah dihadapkan dengan ayahnya. Seperti biasa, aura yang keluar dari sang ayah begitu mencekam.
"Ada apa memanggilku, ayah," tanya Yunna.
"Kau berhubungan dengan Izana, bukan?" tanya ayahnya. Keringat dingin mulai mengalir.
"Izana juga seorang yang berada, wajar jika aku bertemu dengannya di pertemuan seperti itu bukan," Yunna membalikkan pertanyaan nya.
Sambil menggoyangkan gelas minumannya sang ayah penarik pelatuk dan diarahkan pada target di dinding sebelah kanannya. Hasilnya tepat mengenai tengahnya. Ia melempar pistol itu pada Yunna.
"Kau berbohong padaku sekarang? Aku tahu kau sudah pernah berhubungan dengannya sebelumnya," kata Ayahnya.
Bagaimana bajingan ini tahu!? Apa dia menempatkan mata-mata didekat anaknya? Batin Yunna.
"Haha tidak apa, berbohong juga salah satu dari pertumbuhan," kata sang ayah, "aku memaafkanmu.
Yunna bernapas lega, "tapi—"
"—bunuh Izana dengan tanganmu."
*********************************
28/12/2021
Publish 29/12/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurokawa Twins || Tokyo Revengers ✔
Fanfiction-❛❛𝙺𝚊𝚖𝚞 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛𝚐𝚊𝚔𝚞 𝚜𝚊𝚝𝚞-𝚜𝚊𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊, 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚞 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒, 𝚔𝚞𝚖𝚘𝚑𝚘𝚗❞- *********************** Spoiler, ooc, angst, nsfw, incest Tokyo Revengers ©Ken Wakui Start : 5/11/2021 Finished: 1/3...