33

1.6K 207 5
                                    

Ghost - Justin Bieber




*********************************

Terjadi kekacauan di gedung utama Perusahaan Kobayashi. Polisi mengamankan jalan sekitar sana juga ada ambulans disana. Benar-benar ricuh. Izana keluar dari bangunan bertingkat itu dengan peluh keringat dan nafas yang tergesa-gesa.

"Hah . . .  [Nameh] . . ." Izana bisa saja pingsan setelah berlarian dari atas gedung berlantai sepuluh tapi dirinya menahan sekuat tenaga.

Wakasa yang melihat Izana begitu berantakan lantas mendekatinya dan menyodorkan sebotol air mineral. "Minum."

Diteguknya sampai habis air itu. "[Nameh] dia– dimana?" tanya Izana.

"Disana, mereka akan dibawa kerumah sakit, aku sudah berjaga sebelumnya jadi aku sudah menyiapkan bantalan darurat, walau mungkin tetap terjadi cidera setidaknya mereka masih hidup," ujar Wakasa.

"Bagaimana kau tahu?" tanya Izana.

Wakasa tersenyum, "karena aku yang melihatnya sampai dewasa."

Benar setelah kejadian dua belas tahun yang lalu [Name] tinggal disekitar Wakasa, sudah pasti Wakasa tahu sifat [Name].

"Izana!!" teriak Jiro. Mereka keluar secara berkerumun, mereka sepertinya langsung menyusul Izana begitu Izana turun.

"Bagaimana dengan [Name]-nee!?" tanya Jiro.

Wakasa memberi tahu mereka bahwa keadaanya baik-baik saja. Takeomi selaku sohib Wakasa meminta penjelasan kenapa Wakasa bisa ada disini. Ditariknya Wakasa pergi dan menuntut penjelasan dari pria tersebut.

***

Seminggu berlalu, [Name] dan Hanma dirawat di rumah sakit. Hanma sudah siuman dan hanya mengalami cedera kecil, sedangkan [Name] koma karena tubuhnya mengonsumsi racun.

Sepertinya dirinya memang sudah merencanakan ini dengan matang, racunnya mengendap dan beraksi saat [Name] mulai terjun bebas. Dokter sudah sebisa mungkin melakukan yang terbaik, hanya tuhan yang bisa menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Izana sendiri sejujurnya sayang pada ibunya tapi karena penyebab semua ini terjadi ulah ibunya, Izana melaporkan ibunya pada kepolisian dan mendapat hukuman penjara seumur hidup.

Tala Company dan Kobayashi Company berada dibawah kendali Izana untuk sementara waktu. Jiro dan anggota Bonten dibebaskan dari status buronan walau tetap menjadi kriminal. Semua lancar dan kembali seperti biasanya.

.

.

.

Waktu terus berjalan bahkan sudah lewat dua bulan sejak kejadian itu. Hanya waktu Izana, Jiro, dan Hanma yang berhenti, entahlah dengan yang lain tapi waktu mereka benar-benar berhenti. Semenjak [Name] koma Hanma sudah tak punya tujuan lagi, tidak ada lagi niat untuk tetap ada di dunia.

Kalau boleh Hanma ingin pergi jauh bersama [Name] dan hidup bahagia. Setelah Kisaki mati 12 tahun lalu Hanma merasa kosong tapi [Name] mengulurkan tangannya dan menerima Hanma apa adanya.

"Cepat bangun, sayang," Hanma mengecup pelan tangan [Name] yang putih pucat.

***

Enam bulan berlalu, [Name] benar-benar seperti putri tidur. Dirinya disini tapi jiwanya berkelana kesana-kemari. Hanma mendapat kepercayaan Izana dan Wakasa untuk meneruskan Kobayashi Company, meski menjadi presdir Hanma tetap tidak senang jika dirinya tidak berada dibawah kendali [Name].

I want you to know

Setiap hari Hanma selalu pergi ke rumah sakit demi mengunjungi [Name] walau kadang sibuk ia tetap menyempatkan diri. Izana kadang merasa iba melihat Hanma yang sangat setia pada saudarinya.

that if I can't be close to you

Layaknya orang gila Hanma selalu mengajak orang tidur berbicara, menceritakan segala kisah tentang dirinya dan kesehariannya.

I settle for the ghost of you

"Jangan pergi terus, aku kangen kamu loh . . .  Kalau kamu emang ngga mau bangun, biar aku yang mengikutimu."

I miss you more then life






















































Dua Minggu kemudian Hanma mendapat kabar [Name] telah siuman. Dengan cepat Hanma pergi ke rumah sakit. Di depan pintu ruangan [Name] Izana dan Keluarga Sano serta Wakasa menunggu disana.

"[Name]!! Dia— dia sadar!?" Hanma terengah-engah setelah berlarian.

Izana mengangguk, "dokter sedang memeriksanya."

Hanma senang tubuhnya tak kuasa untuk berdiri, ia mendudukkan dirinya di kursi tunggu. Dirinya tersenyum, menangis haru. Setelah tujuh bulan lebih dilalui akhirnya [Name] sadar. Izana sendiri senang tapi dirinya tidak bisa menangis. Entah kenapa dirinya takut sekarang. Rasanya kosong seperti biasa, walau [Name] sudah mengungkapkannya dan kembali tapi jiwanya tetap pergi separuh.

Tak lama dokter keluar, "pasien baik-baik saja, kalian boleh menjenguknya jangan terlalu ramai."

Hanya Izana yang masuk ke ruangan [Name] karena baru sadar jadi hanya seorang saja yang diizinkan masuk. Saat masuk Izana disuguhi pemandangan [Name] yang terjaga dengan lemasnya. 

"[Name]," panggil Izana.

[Name] hanya melirik sekilas lalu beralih melihat jendela rumah sakit. Hati Izana sakit kalau boleh jujur tapi ini tidak sesakit saat [Name] pura-pura tidak kenal dengannya. 

"[Name]," panggil Izana sekali lagi. Izana duduk di kursi samping brankar [Name]. "Kamu sudah tertidur selama tujuh bulan lebih, apa kau tidak kangen denganku?" tanya Izana.

". . . Han-ma," satu nama keluar dari mulut [Name] bukan nama Izana melainkan nama bawahannya.

"Dia menunggu di depan, dokter tidak mengizinkan orang ramai masuk jadi hanya aku yang masuk," terang Izana.

[Name] lagi-lagi diam.

"Bisa kau tinggalkan aku sendiri terlebih dahulu?" usir [Name].

Benar, mungkin [Name] masih lelah jadi dia butuh ketenangan. Izana mengangguk lalu berdiri. "Aku tinggalkan ponsel diatas nakas, telepon aku jika butuh sesuatu," pesan Izana sebelum pergi.

"Bodoh."

*********************************

Hm . . . Kalian semangat banget ngetiknya!! Saya senang hehe gimana? Sudah puas? See ya next chapter!!

31/1/2022
Publish 31/1/2022

Kurokawa Twins || Tokyo Revengers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang