*********************************
12 Februari 2006
"Kita lakukan investigasi lapangan, tiga ratus anggota Tenjiku pergilah ke Shibuya, anggota Toman sebagian besar ada disana," titah [Name], "sisanya pergilah ke Shinjuku dan sebagainya."
"Kami akan mengurus Sano bersaudara," tambah Izana.
"Selamat bersenang-senang," kata Ran.
.
.
.
[Name] dan Izana berpisah di stasiun. Sebelum mampir ke Kediaman Sano [Name] membeli bingkisan untuk penghuni rumah.
Rumah bergaya klasik dengan papan bertuliskan Sano itu sepi. "Permisi."
Tidak ada satupun yang menyahuti. Sekali lagi [Name] berucap akhirnya Kakek Sano keluar, disambutnya [Name] dengan ramah. Bahkan mereka berbincang banyak hal.
[Name] bangkit dari duduknya, "terima kasih sudah khawatir denganku dan Izana, tapi saya masih tidak bisa memanfaatkan fakta yang kalian sembunyikan, saya permisi."
Didepan pintu Emma baru saja turun tangga dari lantai dua. "[Name]-nee?"
"Yo, Emma-chan mau jalan-jalan?" ajak [Name].
***
[Name] dan Emma membeli eskrim dan duduk di taman. Banyak anak-anak bermain-main disana, mengingatkan [Name] akan kenangannya dulu saat ia masih kecil.
"Sudah lama tidak main bersama, mau main ayunan?" tawar [Name], "biar ku dorong."
"Dulu saat ayah masih hidup kita sering pergi jalan-jalan keberbagai tempat," [Name] mulai bernostalgia.
"Mungkin kamu tidak ingat, tapi kita pernah seperti ini dulu, aku, kamu dan Izana bermain seperti ini saat kecil dulu."
Emma terdiam. Dirinya masih tidak bisa berkata apa-apa. Kesal, marah, dan rindu menjadi satu.
"Saat dirumah kita bertiga bermain bersama-sama, tidur dan berkemah bersama-sama, aku ingat saat Ayah membuat tenda besar dihalaman rumah dan kita semua tidur didalam sana beramai-ramai.
Membakar marsmallow, cerita malam, dan perta api unggun sederhana."
"Tak terasa kita sudah dewasa sekarang, tidak ada kenangan dalam masa pertumbuhan kita tapi kita bisa membuat kenangan baru mulai sekarang."
"Apa nee-chan akan bergabung dengan Keluarga Sano?" tanya Emma.
"Tidak, aku bukan Keluarga Sano sampai kapanpun," jawab [Name].
"Kenapa?"
"Aku dan Izana akan terus mewarisi nama Kurokawa supaya ayah senang," jawab [Name].
Lagi-lagi Emma terdiam. [Name] yang mulai kesal dengan Emma berhenti mendorong ayunannya. "Aku seperti bicara pada robot, apa tidak ada yang ingin kau tanyakan?" [Name] mengambil posisi ayunan kosong di sebelah Emma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurokawa Twins || Tokyo Revengers ✔
Fanfiction-❛❛𝙺𝚊𝚖𝚞 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛𝚐𝚊𝚔𝚞 𝚜𝚊𝚝𝚞-𝚜𝚊𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊, 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚞 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒, 𝚔𝚞𝚖𝚘𝚑𝚘𝚗❞- *********************** Spoiler, ooc, angst, nsfw, incest Tokyo Revengers ©Ken Wakui Start : 5/11/2021 Finished: 1/3...