35

1.5K 187 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







*********************************

Hanma membantu [Name] untuk pulang. Saat tahu bahwa [Name] ingin tinggal bersama Wakasa, Izana ingin menentangnya tapi semua demi kebaikan [Name].

"Jaga [Name] untukku, Hanma," pesan Izana.

.

.

.

"Kau benar-benar tidak ingin berbaikan dengan Izana?" tanya Hanma sambil bersantai di kamar [Name].

"Hm . . . Untuk apa?" tanya [Name] balik.

"Kamu dan Izana masih saling tidak kenal sampai sekarang, kau tahu Izana pusing dengan hubungan ini sampai tidak bisa tidur," kata Hanma.

"Aku tidak bertengkar kok, aku hanya menjaga jarak sedikit . . . aku masih belum siap kembali padanya," ujar [Name].

Hanma mengelus surai [Name] gemas, "kau bisa melakukannya pelan-pelan bukan? cobalah dari hal-hal kecil dulu."

***

[Name] dinyatakan sembuh total setelah beberapa bulan melakukan rawat jalan. Sebagai permulaan, [Name] kembali ke kediaman Kobayashi yang sudah selesai Hanma renovasi sesuai dengan yang sebelumnya. Hanma juga sudah mempekerjakan pelayan untuk mengurus rumah ini. [Name] takjub dengan kerja Hanma, dia memang kompeten.

"Sekarang ini akan jadi rumah kita," ujar Hanma, "dan namamu akan jadi Hanma [Name] mulai bulan depan."

"Sejak kapan aku bilang mau jadi istrimu?" tanya [Name].

"Sejak aku mencintaimu."

[Name] merinding, "ih bucin, cari perempuan lain sana! aku udah bilang kan kalau aku ngga mau nikah."

"Tapi nikahnya sama aku [Name], kenapa ngga mau? aku udah dapet restu loh dari Izana, masa kamu begitu . . . lagian kita udah tinggal bersama dari dulu," ujar Hanma.

"Tapi Hanma, kau tidak akan hidup bahagia jika bersamaku," ujar [Name].

Hati Hanma sakit, "kita tunangan dulu boleh?"

Tunangan bukan ide yang buruk, [Name] menerimanya kali ini.

"Aku akan mengurusnya hari ini supaya status kita tunangan mulai besok," kata Hanma senang, "ah aku juga akan bilang pada Izana saat pergi  nanti."

"Biar aku saja yang bilang," pinta [Name].

Hanma mengangguk, "biar aku antar ya."

***

Sudah seminggu Izana demam. Kakucho dan Haitani bersaudara yang merawatnya bahkan sampai bingung harus diberi obat apalagi supaya Izana sembuh. Bahkan dokter pribadi Bonten tidak bisa menurunkan demam Izana.

"Empat puluh derajat celsius, demammu parah Izana," kata Kakucho saat melihat termometer yang barusan dipakai untuk mengukur suhu Izana.

"Aku mohon padamu istirahat, jangan banyak pikiran . . . Cobalah rileks dan bersantai Izana," pinta Ran. Dia sendiri sudah lelah menjaga Izana yang susah dibilangin.

Izana tersenyum, "jangan tersenyum, aku muak lihat senyum pura-pura mu itu!" sarkas Ran.

Tok tok

Jiro dan Sanzu datang. Seperti biasa mereka akan mencekoki Izana obat tidur agar dia istirahat tapi sepertinya tidak terlalu ampuh. Sanzu sudah meracik obat tidur dengan efek yang kuat tapi Izana hanya tertidur selama lima sampai enam jam saja tapi setidaknya Izana istirahat.

"Istirahatlah Izana, [Name] akan kembali jika dia sudah tenang."

***

"Seluruh petinggi Bonten sedang pergi, Izana sendirian dirumah."

"Aku pergi dulu, ulur waktu selama dua jam untukku," titah [Name].

Hanma mengangguk dan melajukan mobilnya menjauh dari lokasi. [Name] memasuki rumah melalui titik yang tak terlihat oleh rekaman CCTV.

[Name] sendiri sudah tahu Izana sedang sakit dari Wakasa tapi pura-pura tidak tahu. Rupanya lebih parah dari yang diduga. "Kau bahkan masih tidak bisa menjaga dirimu sendiri saat aku tidak ada ya," gumam [Name].

[Name] pergi ke dapur dan membuatkan bubur untuk Izana. Ia juga membuat puding karamel kesukaan Izana dan teh hijau.

"Izana, ayo makan dulu," [Name] mengguncang pelan tubuh Izana.

"Aku buatkan bubur untukmu, ayo makan sebelum dingin."

Mata Izana terbuka perlahan. Yang pertama Izana lihat adalah saudarinya, Izana senang tapi ia berpikir ini ilusi akibat obat tidur yang dikonsumsinya. Senyum merekah diwajahnya, air matanya juga turun membasahi pipinya.

"Hehe [Name] kau . . . pulang– ya . . ." Izana bangun dari tidurnya dan memeluk [Name]. Hangat, semua terasa nyata. Sudah lama sekali Izana tidak memeluk saudarinya ini, ia merindukan saudarinya.

Izana menangis sesenggukan kali ini, "uhg . . . Aku kangen~ jangan pergi– lagi [Name]~"

[Name] hanya memasang wajah datar, "ayo makan dulu, demammu tinggi Izana."

Seperti anak kecil, Izana mengangguk dan membuka mulutnya. [Name] mengerti maksud Izana lantas menyuapi Izana. Izana senang, ia harap tetap tertidur agar mimpinya tidak hilang.

Suapan demi suapan Izana terima. Semua makanan yang [Name] buat sudah habis dimakan Izana. "Sekarang minum obatmu dan istirahat," ujar [Name].

Izana menggenggam pergelangan tangan [Name], "ada apa? Kau harus tidur agar cepat sembuh," kata [Name].

Izana menggeleng, "aku tidak mau tidur."

[Name] hanya diam memperhatikan, "k-kalau aku tidur kau akan hilang, jangan pergi."

[Name] memeluk Izana dan berbaring disebelahnya. "Aku tidak akan pergi, sekarang tidurlah," titah [Name].

"Kau tahu [Name], hidup tanpamu itu membuatku kacau . . . Aku sudah tidak punya tujuan atas hidupku, tapi setelah Hanma memberiku informasi bahwa kau masih hidup aku senang,"

"Aku punya alasan untuk hidup, aku ingin hidup berdua denganmu . . . Jadi jangan menjauh dariku, itu menyakitkan."

"Aku–"

"Jangan bicara apapun! aku tahu apa yang ingin kau bilang . . . Tolong, aku mohon padamu jangan tinggalkan aku sendiri, ini menyakitkan aku tidak kuat dengan semua ini, kumohon."

Izana akhirnya tertidur sambil memeluk erat [Name] agar ia tidak pergi lagi. Hingga tertidur pulas pelukannya melonggar, [Name] berdiri dan mengecup singkat kening Izana.









"Kalau kau begitu bagaimana bisa aku meninggalkanmu Izana?"

*********************************

Maaf kalau makin kesini malah seperti mengejar ending, tapi memang saya yang sudah buntu dan akhirnya menulis apa yang ada dipikiran saya saja secara langsung . . .

Sampai ketemu chapter selanjutnya see ya!!

14/2/2022
Publish 14/2/2022

Kurokawa Twins || Tokyo Revengers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang