"Gua bisa Menjadi iblis yang sangat mengerikan, bahkan gua ngak segan-segan membunuh orang yang membuat air mata mengalir di pipi ibu gua"
-Leo
Leo berjalan menuju kamarnya sambil memegang dadanya, Rara yang melihat itu membantu Leo masuk ke dalam kamar.
"Kakak kenapa?"
Leo memilih diam dan berbaring di kasur sambil menaruh tanganya di atas kepalanya.
Rara menyenggol Leo dan memberikan handphone kepada Leo.
"Mending kakak telpon kakak baik"
Leo tersenyum mendengar perkataan Rara.
Ia sedang mencari nama Alisa dan handphonenya teralihkan. Ada orang yang menelpon membuat amarah Leo kembali lagi setelah melihat nama sang penelepon.
"Leo, gimana?"
"Gua ngak bakalan sama lu!" Teriak Leo dan mematikan panggilan melempar handphonenya untungnya Rara menangkapnya.
Leo bangkit dari kasur, melihat dirinya di cermin. Meninju kaca membuat kaca pecah dan sebagian bening menanjam di tangannya.
Orangtua Leo yang mendengar pecahan kaca didalam kamarnya langsung masuk kesana.
"Sayang, apa yang kamu lakukan" teriak Tasya.
Leo menatap Tasya dengan marah.
Tasya yang melihat darah yang sudah mengalir di tangan putranya, langsung menghampiri dengan air mata yang sudah mengalir sejak mereka masuk. Leo mengangkat tanganya dan membuka tangannya tanda ia tidak mau didekati.
"Tapi sayang tangan kamu?"
"Mikir mah, seenaknya mamah kasih tau aku tentang pernikahan!"
"Keluar!" Teriak Leo.
Gio menarik Tasya dari sana dan keluar, Rara yang setia dari tadi disana hanya terdiam melihat kakaknya meninju kaca.
Leo duduk di lantai dan bersender dikasur, kaca yang menancap di tanganya sudah mulai menyakitkan, namun. Ia tidak mencabutnya.
Rara yang melihat Leo begitu kesakitan mulai mendekat.
"Ra"
Langkah Rara berhenti, suara Leo sangat menakutkan kali ini. Rara mundur dan bersender dipintu melihat kakaknya yang kesakitan sambil mengenggap handphone kakaknya.
"Kakak baik" batin Rara langsung terlitas Alisa di pikiran Rara.
Melihat Leo masih memukul kaca yang sudah pecah dilantai pun membuat hati Rara sakit.
Rara langsung keluar dari kamar Leo dan menangis di kamar miliknya.
Mengotak-atik handphone Leo, mencari nomor Alisa, langsung menelpon nomor Alisa.
"Hallo, ada apa Leo?"
Setelah sambungan tersambung Alisa langsung menanyakan hal itu.
"K-kak" ucap Rara paru, sangat paru.
"Hei, Rara, ada apa sayang? Semua baik-baik aja?"
"Kak Leo"
Tut ... tut
Panggilan tersambung, Rara melihat handphone Leo mati, dia langsung memeluk handphone sambil menangis tersedu-sedu.
****
Sekitar 15 menit Leo bersender di kasur miliknya ia langsung teringat pasal Vanesa yang memaksa orangtuanya untuk memikirkan pernikahan/perjodohan mereka.
Ia bangkit dan mencabut bening-bening di tangannya. Tanpa peduli darah terus mengalir di tangannya. Ia mengambil kunci motornya dan bergegas keluar rumah.
"Leo, mau kemana kamu?" Ucap Tasya yang melihat Leo bergegas pergi, tanpa melihat sang ibu Leo langsung mengambil motor dan pergi meninggalkan mansion keluarga Riley.
Leo menancap gas motornya, kecepatannya di atas rata-rata. Jalan raya pun cukup ramai, Leo menyelip semua kendaraan yang menghalanginya.
Leo telah sampai di mansion keluarga Gegro dengan cepat ia turun dan masuk kedalam mansion tersebut, mendapatkan sambutan hangat dari keluarga Gegro. Mereka sedang makan malam dan mengajak Leo makan bersama.
Vanesa yang sudah senyam-senyum sambil duduk manis membuat amarah Leo semakin membara. Dengan cepat Leo menarik kerah Roy. Membuat kepanikan Vanesa dan Lia.
"Jangan seenaknya ngerebut kebahagiaan orang!" Teriak Leo dan mendorong Roy begitu saja.
"Dan lu mau bunuh dirikan?! Biar kelar gua aj yang bunuh lu!" Geram Leo mengambil pisau di atas meja, mendorong Vanesa Kedinding. Dan menyodongkan pisau tepat dileher Vanesa.
"Leo! Jangan Leo saya mohon" teriak Lia sambil memohon kepada Leo yang sudah diselimuti amarahnya.
"Leo tangan lu" kaget Vanesa melihat tangan Leo yang penuh darah.
"Ulah lu! Sekali lagi lu mentingin diri lu sendiri gua bakal bunuh lu" ancam Leo menatap Vanesa dengan amarahnya.
"Gua bisa jadi iblis yang sangat mengerikan, bahkan gua bisa bunuh lu kalau lu buat seenaknya tentang kebahagian gua!"
"Karna ulah lu, mamah gua nangis!"
"Gua ngak akan maafin lu seumur hidup kalau lu buat mamah gua nangis lagi, paham!"
Leo menyayat tangan Vanesa agar dirinya jerah dan tidak seenaknya bertindak.
"Om, jawaban Leo tentang perjodohan atau pernikahan yang ngak masuk akal ini" ucap Leo.
"Dan ingat, sekali lagi om ngebujuk papah. Leo ngak segan-segan ancurin hidup kalian. Ingat!" Ancam Leo pergi meninggalkan mansion Vanesa.
"Kamu ngak papa sayang" ucap Lia sambil menangis melihat anaknya yang kesakitan karna ulah Leo, ternyata Leo lebih berhati dingin dari pada Alisa.
****
Leo menuju mansionnya, melihat seorang gadis berdiri mondar-mandir digerbang mansionnya.
Leo menaikan alisnya, melihat seorang gadis yang tidak asing yang mondar-mandir didekat mansionnya, sambil mematikan motornya dan turun dari sana ia mendekati gadis tersebut.
"Alis" ucap Leo.
"Ngapain disini malam-malam, hmm" ucap Leo dengan manis, tanpa menjawab atau mengatakan perkataan apapun Alisa langsung memeluk Leo dengan erat.
"Ada apa, hmm" tanya Leo sekali lagi, Leo merasakan gelengan didadanya, dari pada bertanya dan tidak mendapatkan jawaban sama sekali lebih baik ia mengajak Alisa masuk ke mansionnya, hari juga sangat dingin.
Mereka memasuki mansion Riley, Tasya yang mondar-mandir didalam ruang tengah langsung menoleh karna mendengar pintu mansion terbuka berlari dan langsung memeluk putranya itu.
"Kamu kemana sih? Mamah cemas"
"Nyelesaiin masalah aku sama Vanesa mah" jawab Leo membalas pelukan sang ibu.
Alisa yang memegang ujung jeket Leo hanya menyenderkan kepalanya dipunggung Leo, tidak tau kenapa dia seperti itu.
****
Maaf banget ya, aku binggung mau gimana terusinya kemaren. Sekarang syukur aku udah dapat ide selanjutnya tentang cerita ini, Yangs setia baca cerita aku terima kasih banyak ya. Jangan lupa meninggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEO (End)
ActionAlisa seorang gadis yang murung tidak memiliki orangtua. Membuat hati ya merasa kekosongan, tidak mendapatkan kasih sayang orangtua dari ia kecil. Wajah yang selalu datar dan tidak pernah senyum itu memikat hati anak pemilik sekolah. Leo berupa ana...