22.Kelulusan

876 56 0
                                    

Leo melihat sekeliling, menyapu bersih semua orang. Tidak ada kehadiran Alisa yang ia rasakan. Padahal ini hari kelulusannya.

"Alisa mana" ucap Leo pada dirinya sendiri sembil melihat sekeliling.

"Congratulations kak Leo" ucap seseorang dari belakang, Leo langsung menoleh siapa yang memberikannya selamat, senyumnya luntur melihat siapa yang mengucapkan selamat.

"Ternyata lu" ucap Leo malas.

"Mengharapkan Alisa kak Leo?" Tanya Anna, Leo langsung mengangguk antusias.

"Alisa masih di ruang kepsek, kak Leo tau kan, Alisa murid yang pintar dan di banggakan kepsek" bisik Anna kepada Leo dan tersenyum.

"Tidak ada semangat Leo?" Tanya Darel, Leo hanya menatapnya malas.

"Alisa-nya belum datang" ucap Anna semangat berdiri pas disamping Diki.

"Leo, seperti Alisa kedua saja" bisik Diki ke Darel. Darel hanya menghiraukan bisikan titisan setan ini.

"Ayo, Leo" ajak Darel.

"Sabar dulu" ucap Leo masih fokus melihat ruang kepsek.

"Ngak ada waktu lagi Leo, ayo. Kita harus berkumpul" Darel langsung menarik kerah baju Leo.

"Cih" umpat Leo, menepis tangan Darel dan ikut berjalan kelapangan, sesekali ia melirik ruang kepsek yang tertutup rapat.

Semua kelas 3 berkumpul di lapangan, mendengarkan ceramah guru yang membosankan, Leo yang hanya berdiri dan memperhatikan sekelilingnya dan tersenyum  melihat Alisa yang melewati barisan mereka.

❄️

Alisa melihat mading, dan mencari nama seseorang. Ia tersenyum melihat nama yang terpampang disana. "Arsa Adelio Riley" dengan nilai tertinggi di ujian kelulusan mereka.

"Sedang apa?" Ucap seseorang dari belakang sambil memeluk Alisa.

"Tertinggi Leo" ucap Alisa, Leo hanya mengangguk saja, walaupun tidak di lihat oleh Alisa.

"Hadiah untukku" ucap Leo menyenderkan dagunya di pundak Alisa.

"Aku mencintaimu" ucap Alisa, Leo terkejut mendengar ucapan Alisa barusan, langsung menarik Alisa agar menghadap dirinya.

"Gimana?" Ucap Leo, Alisa hanya tertawa saja.

"Ngak ada pengulangan" ucap Alisa, meninggalkan Leo yang masih tidak percaya apa yang dikata Alisa barusan.

"Hei, tunggu dulu" ucap Leo mengejar Alisa dan memegang tangannya.

"Sudah aku bilang, tidak ada pengulangan tau" ucap Alisa menatap Leo.

"Hadiah yang sangat berharga" ucap Leo dan tersenyum.

"Benarkah? Bukan kah? Kamu juga seperti itu di rumah sakit beberapa bulan yang lalu" ucap Alisa mengingat kejadian Leo pingsan di mansionya. Dia hanya mengatakan "maaf" dan "aku mencintaimu" itu saja yang Leo ucapkan.

Leo mengangguk dan tersenyum sambil menatap Alisa yang hanya menatapnya tanpa ekspresi.

❄️

Leo masuk ke mansion, mendapatkan sambutan dari kedua orangtuanya.

"Kakak dapat nilai tertinggi" ucap Rara bersemangat dan memberikan kertas kelulusan.

"Papah bangga padamu Leo"

"Mamah sangat bangga sama kamu Leo"

"Bangganya  sama Alisa. Karna dia yang bantu aku" bales Leo.

"Benar sekali," ucap Tasya menyetujui apa yang dikatakan oleh putranya.

"Gimana dengan Vanesa?" Tanya Gio.

"Cih, ngak tau" ucap Leo.

"Kamu dan vanesakan bersa...."

"Itu dulu" tekan Leo, meninggalkan keluarganya. Ia memilih kedalam kamarnya saja.

"Papah sih" ucap Tasya, melihat suaminya yang hanya tersenyum saja.

"Yah, kak eo jadi ngambek" ucap Rara sedih.

"Salah papah kamu" bisik Tasya, Rara hanya mengangguk dan menatap sang ayah.

❄️

"Ada yang menganggu Leo?" Tanya Alisa dari telpon, Leo hanya berdehem saja sambil duduk di balkon kamarnya.

"Ada apa?"

"Leo"

"Hei"

"Aku merindukanmu"

"Cih, padahal tadi disekolah ketemu"

"Tapi, aku rindu kamu"

Alisa tidak menjawab.

"Alis"

"Hallo"

"Pasti ketiduran" ucap Leo sambil masuk kedalam kamarnya melihat jam yang sudah menunjukkan 01:30. Pantes saja Alisa ketiduran waktu sudah sangat larut.

"Aku mencintaimu" ucap Leo dan mematikan sambungannya, meletakkan handphonenya di nakas, berbaring di kasur ya, tidak butuh waktu lama Leo pun terlelap.

❄️

Leo menuruni anak tangga, melihat kedua orangtuanya sedang sibuk melihat-lihat brosur yang membuat Leo ikut tertarik.

"Sedang apa mah, pah" tanya Leo.

"Lihat-lihat kuliah yang bagus untukmu, Leo" ucap Tasya sibuk membaca brosur itu.

"Cepat sekali, Leo baru lulus loh"

"Apa salahnya" ucap Gio, memberikan brosur itu ke Leo. Mata Leo terbuka sempurna melihat lokasi tempat ia kuliah.

"Anu ... ngak ada di indo kah?" Tanya Leo, sambil mengecek semua brosur, ternyata orangtuanya  Leo menginginkan Leo meneruskan pendidikan di luar Negri.

"Tidak ada, lagian nilai kamu tertinggi buat apa di lokal sayang?" Tanya Tasya melihat putranya.

"Kalau gitu, ngak mau kuliah" santai Leo.

"Ngak boleh" ucap Tasya.

"Mamah, usul kamu kuliah di Paris" tambah Tasya, berhasil membuat Leo terkejut dan menggeleng dan berteriak.

"Ngak!"

"Papah tau, kenapa kamu menolak. Tapi ini kebaikan kamu dan masa depan kamu, kamu ngak mau kan Alisa yang nyari uang" ucapan Gio berhasil membuat Leo tertunduk.

"Ah, mamah sampai lupa kalau Leo menyukai Alisa, gadis yang pintar itu kan" ucap Tasya membuat mood Leo berantakan dan meranjak pergi dengan lesu.

"Kemana kamu Leo?" Tanya Gio.

"Kasih tau Alisa dan minta saran" ucap Leo lesu keluar mansionnya sedangkan kedua orangtuanya tertawa melihat tingkah putranya.

"Kalau sudah nama Alisa disebut langsung nurut dia" kekeh Gio.

"Alisa kelemahan Leo pah" tambah Tasya.

"Tidak tau bagaimana massa depan Leo dengan gadis itu" batin Gio melihat putranya yang sudah meninggalkan mansion mereka menggunakan motor.

LEO (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang