"hal yang paling aku benci adalah obsesimu yang membutakan dirimu"
-Leo
Selepas pulang sekolah, Leo yang menunggu Alisa di parkiran malah merasa bosan, biasanya ia tidak pernah bosan menunggu Alisa. Mau berjam-jam pun Alisa di kelasnya, ia tidak pernah bosan. Ada apa hari ini dengan Leo?
Alisa yang berjalan dan melihat Leo yang berbaring di motornya, membuat Alisa melangkah pelan-pelan, ia berniat mengejutkan Leo. Namun, Darel terlebih dahulu mengejutkan Alisa membuat Alisa terjatuh ke tanah, membuat Leo langsung bangkit dari tidurnya.
"Ngak papa?" Tanya Leo sambil membersihkan lutut Alisa yang sudah terluka.
"Salah dia" adu Alisa menunjuk Darel yang menatap kedua pasangan ini tanpa dosa.
"Eh enak aja, lu kali yang salah. Tadi lu niat buat kageti Leo kan, hayo ngaku lu" cerocos Darel tidak mau di salahkan.
"Leo kan temen aku" ucap Alisa sambil menjulurkan lidah tanda mengejek Darel.
"Dih, sayangnya lu di sukai Leo, kalau ngak..." Ucapan Darel terhenti setelah melihat tatapan Leo yang begitu menyeramkan.
"Nasib punya sepupu kayak psikopat" batin Darel memerengkan bibirnya tanda ia tidak menyukai sifat Leo.
"Leo obatin ya?" Tanya Leo, mendapatkan gelengan kepala Alisa.
"Ngak papa, Alisa kuat" ucap Alisa tersenyum, membuat senyum Leo terukir juga.
"Ada gua di sini, ngak usah sok romantis ya, anjing" ketus Darel memperhatikan dua pasang tersebut.
"Siapa yang romantis bego" jawab Leo menekan semua kalimatnya.
"Rel, jaga Alisa. Gua mau pergi bentar" sambung Leo.
"Mau kemana?"
"Ngemis" ucap Leo meninggalkan cintanya dan saudaranya.
"Stres" cibir farel, duduk dimotor sedangkan Alisa malah lesehan dilantai parkiran, walaupun bersih tapi merasa aneh saja kalau diperhatikan.
❄️
Leo mencuci muka di wastafel, melihat dirinya dicermin dan tersenyum. Leo sudah kesambet!
Vanesa yang secara tidak sopan masuk kedalam kamar mandi cowo, dan menarik Leo memasuki bilik kamar mandi, ia mengunci pintu tersebut.
"Mau apa!?" Tanya Leo geram.
Tanpa memperdulikan Leo, Vanesa malah mencium bibir Leo, menarik tangan Leo untuk meremas payudaranya.
Menempelkan tubuhnya ke tubuh Leo untuk merasakan milik Leo mengenai kemaluannya.
"Ahh, l-leo" ucap Vanesa menikmati gesekan yang ia buat sendiri.
Leo mendorong Vanesa, melihat pikiran kotornya ini.
"Lebih baik gua sama tembok dari pada lu!" Tekan Leo menunjuk wajah Vanesa.
"Ayo Leo, jangan munafik. Gua tau lu pasti mau ngelakuin ini kan" ucap Vanesa sambil mengelus perut Leo.
"Minggir" Leo menepis tangan Vanesa, meranjak pergi, namun. Vanesa menarik Leo dan mendorongnya ke tembok.
"Leo. Lu. Milik. Gua" tekan Vanesa setiap kalimat.
"Gua. Ngak. Bakal. Jadi. Milik. Lu!" Leo juga menekan kata-katanya dan menunjuk Vanesa.
"Leo lama banget ya" ucap Alisa menuju pandangan kearah Leo pergi tadi.
Sedangkan Leo berusaha pergi dari Vanesa, namun. Vanesa menahannya terus dan bertindak kemauannya.
"L-leo, ahh" ucap Vanesa merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa di bagian payudara.
"Vanesa!" Teriak Leo mendorong Vanesa, ia sudah muak dengan perbuatan Vanesa.
Vanesa mengunci pergerakan Leo, mulai mencium bibir Leo, Leo membuang wajahnya. Ia tidak ingin ada yang menciumnya selain Alisa.
"Alisa, ngak bakal mau ngelakuin yang gua buat, lebih baik lu tinggalin dia dan sama gua" Vanesa sudah begitu menempel dengan tubuh Leo membuat milik Leo menusuk milik Vanesa. Membuat Vanesa menikmati, walaupun terhalang dengan celana dalam, sudah sangat nikmat.
"Udah gua bilang, gua lebih baik sama tembok" Leo melawan dan membuat Vanesa terjatuh kelantai dan Leo keluar dari neraka itu.
"Leo! Berengsek!" Teriak Vanesa mengejar Leo, Leo sudah begitu jauh dan melihat Alisa yang duduk meluruskan kakinya sambil menunggu kedatangan Leo, untungnya Darel bersamanya.
Alisa melihat kedatangan Leo, langsung berdiri membuat Leo langsung memeluknya, ampir saja Alisa terjatuh karna pelukan Leo yang begitu cepat membuat keseimbangannya tidak setabil.
"Ada gua disini sialan" ketus Darel melihat kemesraan kedua pasangan ini.
Vanesa yang ngos-ngosan sampai di hadapan ketiga manusia yang verlum kunjung pulang, padahal bel sudah beberapa menit yang lalu berbunyi, membuat Darel ingin sekali menanyakan kenapa Vanesa sangat kelelahan.
"Kenapa lu?" Tanya Darel.
"Leo mau nodai gua"
Darel melotot mendengar jawaban dari Vanesa dan menatap Leo tidak percaya, Leo yang ditatap dengan kecurigaan menggeleng.
Sambil mempereratkan pelukannya ke Alisa, tanda ia tidak bersalah dan ingin mengadu ke ibunya.
Darel tertawa dihadapan Vanesa, membuat Vanesa menaikan alis kenapa dengan saudara Leo yang satu ini.
"Bercanda lu ngak lucu anjing, gila lu kali ya, nyali Leo sekecil ini mana berani ngapain cewe" ucap Darel membentuk tangannya sekecil mungkin.
"Tapi.."
"Jangan ngaco Nesa" Darel memotong ucapan Vanesa.
"Udah ayo kita pulang" ajak Darel, Leo mengambil helm dan memakaikan di kepala Alisa memundurkan motornya dan pergi dari sekolah.
Di perjalanan ke rumah Alisa, Alisa memperhatikan wajah Leo dari kaca spion. Alisa sangat nyaman didekat Leo, ia tidak mau pergi atau berpisah dari Leo.
"Leo" ucap alisa
"Lu cinta gua?" Tanya Leo sedikit berteriak.
"Bukan" jawab Alisa, Leo pun tersenyum sambil melihat wajah Alisa dari kaca spion motornya.
"Jangan jauh-jauh dari gua ya" ucap Alisa tersenyum dan memeluk Leo.
Leo menaikan alisnya mendengar perkataan Alisa, seperdetik ia tersenyum dan mengangguk sebagai jawabannya.
"Ngak mau, lu kan anggap gua temen. Kalau temen bisa ninggalin" ucap Leo.
"Kalau yang ngak ninggalin apa?" Tanya Alisa.
"Teman seumur hidup"
"Tapi, kita masih sekolah. Mana bisa"
"Lu jadi pacar gua"
"Gua ngak mau"
"Ngak ada penolakan"
"Lah, kok gitu"
"Kan emang gua udah klaim lu jadi pacar gua"
Alisa terdiam mendengar ucapan Leo.
"Intinya lu punya gua" tambah Leo.
"Maksa" ketus Alisa.
"Dari dulu" balas Leo dan tersenyum, memegang tangan Alisa yang memeluk pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEO (End)
ActionAlisa seorang gadis yang murung tidak memiliki orangtua. Membuat hati ya merasa kekosongan, tidak mendapatkan kasih sayang orangtua dari ia kecil. Wajah yang selalu datar dan tidak pernah senyum itu memikat hati anak pemilik sekolah. Leo berupa ana...