.Terlihat dalam bayangan di lantai rumah, ada seseorang yang tengah berjalan. Melewati beberapa barang yang tersimpan rapi di tempatnya. Langkah itu pun berhenti tepat di depan sebuah meja. Ia terlihat merogoh saku celananya mengeluarkan sesuatu yang tidak begitu jelas bentuknya.
//
Jeno membuka matanya, tubuhnya mengeluarkan banyak keringat dingin. Nafasnya tidak karuan. Dan saat Ia menoleh ke arah jendela di ruangan itu, matanya membulat sempurna. Sambil mengatur nafasnya, Jeno memperhatikan sesuatu yang ada di luar jendela itu. Meskipun langit masih sangat gelap, tapi sesuatu yang Jeno lihat itu cukup jelas.
Jeno nampak berpikir keras, mengingat-ingat sesuatu yang Ia lupakan. Sampai akhirnya Dia sadar, dan kembali menatap ke arah luar jendela.
"Dream... mer?" ucapnya tiba-tiba setelah itu Dreamer yang awalnya sedang bertengger di atas tiang, kini terbang pergi menjauh dari tempat itu.
Tidak ingin terus memikirkan Dreamer, pikiran Jeno tiba-tiba teralih pada kejadian yang dimimpikannya tadi. Dia bingung, apa yang baru saja Dia mimpikan? Mengapa Dia harus bermimpi sesuatu yang bahkan tidak Dia pahami?
Jeno melihat jam di pergelangan tangannya, jam sekarang menunjukkan pukul 02.45 pagi. Jeno pun memutuskan untuk pergi ke toilet membasuh wajahnya. Setelah selesai, Jeno kembali tidur. Karena Jeno hanya baru tidur sekitar 2-3 jam.
_____
Cahaya terang menyelinap masuk ke dalam celah matanya yang mulai terbuka. Dengan perlahan, mata yang sedari tadi tertutup, kini terbuka. Menampakkan dengan jelas bagaimana kondisi ruangan yang ada di sana.
Matanya terus menelusuri setiap sudut ruangan, sampai akhirnya berhenti di satu titik yang membuatnya terkejut. Matanya menangkap seorang pria yang tengah tertidur lelap sembari memegangi tangannya.
Dia jelas tahu siapa pria itu. Dan alasan yang membuatnya terkejut adalah, laki-laki yang sempat marah padanya, tiba-tiba malah menemaninya di ruangan yang dingin ini. Tidak tahu apa alasannya, tapi jujur Shasha merasa lega.
Dipandanginya terus pria itu, sampai sang pria membuka matanya. Tatapan mereka bertemu, tapi tidak ada yang mengeluarkan satu patah kata pun. Keduanya hanya diam, menatap dalam keheningan. Namun, tiba-tiba saja ada yang membuka pintu dan sontak membuat keduanya menoleh menatap siapa yang baru saja membuka pintu.
"Shasha udah bangun?" tanya pria yang baru saja membuka pintu.
"Kalau mau masuk ketuk dulu ngapa, Jun" ucap Jeno. Karena jujur, Jeno terkejut tiba-tiba ada yang membuka pintu apalagi sedang hening-heningnya.
"Lah emang kenapa? Takut keciduk?" celetuk Renjun.
"Ngaco!"
"Dih masih pagi udah marah-marah lo. Nih gue bawain sarapan" Renjun menyimpan keresek yang berisikan bubur ayam untuk sarapan Jeno di meja.
Renjun pun menghampiri Shasha lalu bertanya. "Sha? Gimana keadaan lo? Udah mendingan?"
Shasha yang masih terlalu lemas untuk berbicara, hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ya udah, gue panggilin dokter dulu ya" ucap Renjun, setelah itu pergi memanggil dokter. Hanya tinggal Jeno dan Shasha lagi di sana. Suasana kembali hening. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing.
"Jen..."
Jeno menoleh mendapati Shasha yang tengah menatapnya. Menatap dengan sorotan mata yang jenuh.
"Hm?"
"Lo... sarapan dulu" ucap Shasha dengan suara yang parau. Shasha benar-benar masih kesulitan berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
War In Life || NCT DREAM [✓]
Random[Jangan lupa follow sebelum membaca!] Mampir dongg, masa orang ganteng ditolak? -Dreamies. . Hidup itu cobaan, dan cobaan harus dilalui dengan kesabaran. - Kenapa bisa ada 7 bersaudara yang umurnya tidak berjauhan? -People. Entahlah, hanya orang tu...