.
Shasha membuka pintu rooftop dengan perlahan. Di luar sana ia dapat melihat Renjun yang sedang duduk di tengah luasnya rooftop yang kosong. Hanya ada beberapa kursi dan meja rusak di sana.
Shasha pun menghampiri Renjun, lalu duduk di sebelahnya dengan tenang. Shasha benar-benar tidak berniat untuk menanyai Renjun sesuatu, karena Shasha pikir Renjun butuh untuk menangkan pikirannya.
Dilihat dari sejak minggu kemarin saat Renjun sering melamun, dan hari ini yang menghilang tanpa kabar dan memilih berada di rooftop sendirian, itu sudah dapat Shasha simpulkan bahwa Renjun sedang tidak baik-baik saja. Dia seperti berusaha menenangkan pikirannya, atau marenungkan suatu masalah yang mengganggunya.
"Lo manggil yang lain ya?" tanya Renjun membuka suara.
"Eh.. Iyaa, soalnya gue khawatir sama lo. Mereka juga khawatir" jawab Shasha sambil melihat ke arah Renjun, sedangkan Renjun masih dengan posisinya yaitu menatap lurus ke depan.
Tidak lama kemudian, terdengar suara pintu rooftop terbuka. Dan benar saja, saat Shasha menoleh ke belakang, Mark, Jeno, Jaemin dan Haechan sudah ada di sana dan sedang berjalan mendekat.
"Jun, lo ngapain di sini? Kenapa ga bilang apa-apa?" tanya Mark saat sudah berada di dekat Renjun. Jelas saja Mark khawatir, saat salah satu saudaranya entah pergi kemana tanpa memberi kabar.
"Maaf, bang"
"Oke gapapa, ya udah, pulang sekarang?" tanya Mark lagi, dan Renjun pun mengangguk sebagai jawaban, membuat yang lain merasa tenang.
"Chenle, Jisung mana?" tanya Shasha saat tidak melihat kehadiran ChenJi bersama mereka. "Mereka nunggu di bawah" jawab Jeno, Shasha pun mengangguk. Lalu, setelah itu mereka pergi dari sana dan cepat-cepat pulang menuju rumah.
Setelah mengantar Shasha sampai depan rumahnya, mereka pun menuju rumah mereka lalu memutuskan untuk beristirahat. Jeno yang awalnya ingin menanyakan apa yang sedang terjadi pada Renjun, ditahan oleh Mark. Mark mengatakan, lebih baik semuanya istirahat dulu, lalu membicarakannya dengan tenang nanti.
Jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Semuanya kini sedang berkumpul di ruangan tengah. Renjun sibuk berkutik dengan ponselnya, sementara yang lainnya hanya diam sambil sesekali saling menatap.
"Khm, ga ada yang mau cerita-cerita nih?" akhirnya Haechan membuka suara, lebih tepatnya memberi kode kepada Renjun. Namun, sayang Renjun tidak merespon sama sekali.
Jengah dengan suasana seperti ini, akhirnya Mark memutuskan untuk berbicara juga. "Ga akan cerita, Jun?" ucapnya to the point. Renjun yang merasa dipanggil pun menoleh, dan ternyata pertanyaan yang Mark lontarkan tidak sia-sia. Renjun langsung mematikan ponselnya dan fokus kepada saudara-saudaranya. Hal itu membuat Haechan membatin "Oh, anaknya anti kode-kode, ok ga lagi, Jun".
"Jadi... kalian mau gue cerita apa?" Renjun balik bertanya.
"Semuanya" jawab mereka serempak.
"Ok. Gue bingung harus mulai dari mana..."
"Dari sejak lo sering ngelamun aja" -Jisung. Renjun pun mengangguk.
"Gue ngelamun tu mikirin buat lomba, sama..." Renjun menggantungkan perkataannya membuat yang lain sangat tidak sabar.
"Sama apa?" tanya Haechan tidak sabar.
"Trauma?" sontak yang lain pun terkejut.
"Trauma? Lo punya trauma?" tanya Mark, kini nadanya terdengar khawatir.
"Lebih ke trauma lomba doang sih bang. Ga serius kok, gue cuma sering kepikiran aja"
"Kenapa lo ga pernah cerita, Jun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
War In Life || NCT DREAM [✓]
Random[Jangan lupa follow sebelum membaca!] Mampir dongg, masa orang ganteng ditolak? -Dreamies. . Hidup itu cobaan, dan cobaan harus dilalui dengan kesabaran. - Kenapa bisa ada 7 bersaudara yang umurnya tidak berjauhan? -People. Entahlah, hanya orang tu...