Hai. Aku kembali. Selamat membaca semoga suka!
.
Keesokan harinya, setelah konsultasi dengan dokter, akhirnya Shasha diizinkan pulang ke rumah. Meskipun sebenarnya Shasha belum dikatakan sudah sehat, tapi dokter mengizinkannya pulang karena Shasha memaksa. Tentu saja Shasha terus meyakinkan dokter dengan alasan-alasan yang dia buat sendiri.
"Dok, izinin ya? Kalau saya ketinggalan belajar gimana? Kalau gak naik kelas gimana? Dokter mau tanggung jawab?"
"Dok, kasian kamar saya pengen ditidurin lagi sama saya"
"Dok, boleh ya? Tetangga satu perumahan kangen banget sama saya. Kasian kalau ditinggal lama-lama. Rindu itu berat loh, Dok"
"Gapapa ya, Dok? Kucing-kucing di perumahan saya belum saya kasih bansos bulan ini. Emang Dokter gak kasian?"
Kira-kira seperti itulah beberapa alasan yang Shasha lontarkan. Memang tidak masuk akal, tetapi dokter tidak bisa apa-apa lagi selain mengikuti keinginan Shasha.
Sementara Shasha sedang mengemasi barangnya dibantu oleh Jisung, Jeno malah terdiam duduk di sofa, menatap Shasha dengan dingin juga melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapannya tak lepas dari Shasha.
"Bang Jen! Dari pada bengong bantuin kek" tegur Jisung saat melihat abangnya yang sedari tadi hanya diam saja.
"Diem lo bocah!" ucap Jeno agak ngegas.
"Lah? Kok marah?" Jisung pun melanjutkan mengemasi barang Shasha.
Shasha yang sedari tadi mendengarkan pun hanya tersenyum simpul. Jeno yang melihat Shasha tersenyum pun langsung berdiri dan menghampiri Shasha.
Sebelum Jeno mengeluarkan suaranya, dengan cepat Jisung mengambil barang yang sudah dikemas.
"Gue ke mobil duluan, selesain dulu masalah rumah tangganya ya" ucap Jisung lalu cepat-cepat pergi dari sana meninggalkan Jeno dan Shasha berdua.
"Ayo Jen" Shasha yang akan turun dari ranjang rumah sakit, langsung tertahan karena Jeno memegangi tangannya.
"Sha"
"Hm?"
"Lo serius?"
"Apanya?"
"Lo yakin mau pulang sekarang? Lo belum pulih Sha!"
"Iya gue yakin, Jeno. Lagian gue udah agak mendingan"
"Tapi kan kemarin kondisi lo parah"
"Itu kan kemarin, Jen. Sekarang gue udah gak apa-apa" Shasha bersiap berdiri namun kembali ditahan oleh Jeno.
"Kenapa lagi, Jen?" tanya Shasha. Bukannya menjawab Jeno malah membalikkan dan membungkukkan badannya membelakangi Shasha yang membuat Shasha kebingungan.
"Naik" titah Jeno. Sontak Shasha pun terkejut dan makin kebingungan.
"Naik kemana?"
"Ke genteng, Sha! Ya ke punggung gue lah!" Jeno mulai kesal.
"Mau ngapain?"
"Naik atau gue cium?"
"Hah?!"
"Naik nggak?!"
Masih dengan kebingungan, akhirnya Shasha memilih untuk menaiki punggung Jeno seperti apa yang Jeno suruh. Setelah merasa Shasha sudah naik, Jeno pun mulai berjalan keluar dari rumah sakit.
Di sepanjang jalan, pandangan orang-orang tak lepas dari Jeno dan Shasha. Shasha yang terus diperhatikan pun mulai merasa risih.
"Jen, kenapa harus digendong sih? Gue kan bisa jalan sendiri" Shasha berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
War In Life || NCT DREAM [✓]
Random[Jangan lupa follow sebelum membaca!] Mampir dongg, masa orang ganteng ditolak? -Dreamies. . Hidup itu cobaan, dan cobaan harus dilalui dengan kesabaran. - Kenapa bisa ada 7 bersaudara yang umurnya tidak berjauhan? -People. Entahlah, hanya orang tu...