Hi!
Jangan lupa vote dan komen!.
Hari sabtu pun akhirnya tiba. Hari dimana Renjun kini sedang bersiap-siap dengan peralatan lukis di depannya. Dia sudah merenung semalaman untuk meyakinkan semoga kali ini semuanya bisa berjalan dengan lancar.
Lomba ini diadakan di aula sekolah. Ada beberapa murid yang menonton di pinggiran. Begitu juga Mark dan adik-adik beserta Shasha, mereka kini sudah duduk rapi sambil memperhatikan Renjun di depan sana.
"Renjun yang lomba, ngapa gua yang deg degan?" tanya Haechan sembari memegangi dadanya.
"Iyaa ya, kira-kira Renjun deg degan ga ya?" Jaemin bertanya juga.
"Kamu nanyea bang?" tanya balik Jisung, dengan nada agak meledek.
"Icung, siapa yang ngajarin kamu begitu?" Jaemin malah membalas dengan nada mengomel ala bapak-bapak. Jisung pun tidak menjawab pertanyaan itu dan langsung membuka ponselnya, pura-pura sibuk.
"Pasti lo yang ngajarin kan, Chan? Anak gue lo apain hah??"
"Apa deh, napa jadi gua bambang? Tanya noh si Jeno" setelah Haechan mengucapkan itu, Jaemin pun seketika menoleh pada Jeno yang berada di sebelahnya.
"Udah ga usah bahas itu, mending semangatin Injun" ucap Jeno, yang sejujurnya tidak ingin terlibat percakapan itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pas, dan perlombaan pun di mulai. Tidak sedikit orang yang menyemangati temannya yang ikut lomba juga.
Dan untuk perlombaan kali ini, sudah ditetapkan sebuah objek untuk dilukis. Berbeda dengan perlombaan yang Renjun ikuti dulu. Renjun berharap kali ini dia bisa mendapatkan keadilan. Meskipun ia kalah, setidaknya ia kalah dengan adil dan sesuai kebenarannya.
Sudah kurang lebih dua jam berlalu, orang-orang yang menonton sudah semakin sepi. Tapi Mark dan adik-adiknya serta Shasha, masih setia duduk di sana. Meski keluar keluhan-keluhan kecil, namun mereka tidak akan mau meninggalkan Renjun sendirian.
Sebentar lagi waktunya habis, dan jika dilihat, lukisan Renjun sudah 100% selelsai. Bahkan kini Renjun sedang membereskan alat lukisnya, lalu pergi dari sana dan menghampiri saudara-saudaranya.
"YEAYY! RENJUN KITA! SEMANGAT!" ucap Haechan antusias saat Renjun tiba.
"Ga usah lebay" jawab Renjun.
"IH RENJUN CAYANGG, BAGUS BANGET LUKISANNYA DAH, TOP POKOKNYA!" Jaemin ikut memuji.
"Noh! Jaemin lebih lebay! Ewww" Haechan mengeluarkan ekspresi seolah-olah merasa jijik, setelah itu dia mendapat jitakan sedap dari Jeno, tepat di mulutnya. "AWW!" ringis Haechan yang disambut gelak tawa yang lainnya.
"Sha! Liat tuh, cowok kasar begitu jangan mau ama dia!"
Shasha yang merasa terpanggil pun tidak terlalu peduli. Dan itu sontak membuat Haechan cemberut. Gini amat hidup kacang, batinnya.
"Jadi sekarang mau ngapain?" tanya Renjun.
"Pulang lah, lo mau nginep di sekolah, bang?" Chenle bertanya balik.
"Eh btw, pengumumannya kapan, Jun?" kini Shasha yang bertanya.
"Kayaknya nanti deh hari senin"
"Loh? Kok lama? Kenapa ga langsung hari ini?"
"Waktu itu katanya emang mau hari ini pengumumannya, tapi ga tau tiba-tiba diundur" jawab Renjun.
"Ohh ya udalah gapapa, gue punya feeling enak soalnya" ucap Haechan.
"Emang feeling bisa dimakan bang?" tanya Jisung yang langsung disambut gelak tawa Mark.
"Aduhh Icung sayanggg, abang beliin permen aja ya? Ayok!" Haechan pun langsung merangkul Jisung, dan Jisung hanya bisa diam sambil mengikuti kemana Haechan akan membawanya pergi. Meski sebenarnya, dia masih menginginkan jawaban atas pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
War In Life || NCT DREAM [✓]
Random[Jangan lupa follow sebelum membaca!] Mampir dongg, masa orang ganteng ditolak? -Dreamies. . Hidup itu cobaan, dan cobaan harus dilalui dengan kesabaran. - Kenapa bisa ada 7 bersaudara yang umurnya tidak berjauhan? -People. Entahlah, hanya orang tu...