Dreamies-22

204 12 0
                                    


Dengan lemas, Karina berjalan menuruni anak tangga. Kepalanya pusing, pikirannya kini terasa penuh sekali. Di dalam benaknya dia terus bertanya-tanya. Apa setelah ini dia akan menjadi bahan bullyan sekolah? Apa dia akan dihukum sangat berat? Apa dia akan terus bersekolah di sini, saat semua orang membencinya? Karina terus memikirkan itu sampai-sampai dia merasa ingin mati.

Percaya tidak percaya, Karina sempat akan bunuh diri tadi. Setelah Jaemin pergi dengan kalimat terakhirnya, Karina berjalan dan melihat ke bawah tepat saat Shasha baru dimasukkan ke dalam ambulans. Setelah ambulans itu pergi, semua guru dan siswa masuk kembali ke dalam ruangan. Ternyata banyak sekali siswa siswi bahkan guru yang melihat kejadian ini. Ia pun tersenyum tipis.

Semua orang sudah tahu apa yang Karina lakukan itu sangat salah. Kini ia harus bagaimana? Apa bisa menghadapi mereka semua yang sudah pasti akan membencinya? Entahlah Karina sendiri bingung.

Melamun cukup lama, akhirnya terlintas sebuah ide di otaknya. Mungkin bukan ide yang baik, tapi tidak ada pilihan lain.

Akhirnya Karina pun naik ke atas tembok pembatas. Dia berdiri, merasakan angin yang sejuk dan cuaca yang panas. Sangat cocok untuk melompat dari sana bukan?

Dengan perlahan ia maju, dan sekarang setengah telapak kakinya sudah tidak menapak apapun. Hanya satu langkah lagi, Karina akan pergi menyusul ibunya. Dan saat akan melangkah, tiba-tiba satu kalimat yang diucapkan Jaemin terlintas di pikirannya. "Gue yakin lo gak akan lakuin hal gila setelah ini"

Seketika pergerakan Karina terhenti. Ia langsung melangkah mundur sampai terjatuh ke belakang. Jaemin pasti sudah mengetahui apa yang akan terjadi, karena dia tidak akan tiba-tiba mengatakan hal itu tanpa alasan.

Karina pun hanya bisa menangis di sana. Sampai akhirnya dia pergi dan kini dia berada di antara banyaknya anak tangga. Awalnya Karina berniat kembali ke kelasnya. Tapi jika dipikir lagi untuk apa? Toh sampai sana pun dia pasti tidak akan ikut belajar normal. Wali kelas dan guru BK pasti akan memanggilnya.

Akhirnya setelah pemikiran yang panjang, Karina memutuskan untuk kembali ke rooftop. Dia berjalan menaiki tangga menuju rooftop, menutup pintu yang kini sudah tidak bisa dikunci karena rusak didobrak. Dia berjalan ke dekat gundukan barang-barang sekolah yang sudah tidak terpakai. Ia pun mengambil sebuah kursi dan membawanya ke tengah lalu mendudukinya. Kini Karina kembali diam, di tengah cuaca panas, menunggu bel pulang sekolah berbunyi.

_____

Jeno, Mark, Haechan dan Renjun kini tengah berlari di koridor rumah sakit yang ramai, dengan Shasha yang tidak sadarkan diri di pangkuan Jeno. Mereka memperhatikan sekitar mencari-cari suster. Saat sudah menemukannya, suster itu membawa mereka ke UGD. Jeno membaringkan Shasha dengan perlahan di brankar rumah sakit. Sementara menunggu dokter datang, suster itu memeriksa terlebih dahulu keadaan Shasha. Dan tidak lama kemudian dokter datang. Mark dan adik-adiknya pun keluar dari UGD dan menunggu sembari duduk di sana.

"Gue masih bingung, maksudnya Karina apaan sih? Dia kira nyawa manusia kayak mainan gitu?" Renjun bertanya dengan kesal.

"Gue juga gak tau Jun, kayak ini tiba-tiba aja gak sih? Bukannya sebelumnya Karina biasa aja ya? Bahkan dia juga deket sama Shasha" timpal Mark.

"Udah gue kira ini bakalan kejadian" Jeno akhirnya bersuara.

"Wah serius? Lo sekarang bisa cenayang Jen?" ceplos Haechan disambut tamparan tangan Renjun di pipinya.

"Chan! Jangan becanda, ini lagi serius!" omel Renjun. Haechan pun hanya tersenyum yang membuat Renjun ingin kembali menggampar wajah Haechan.

"Emangnya kenapa lo udah duga itu bakalan kejadian?" tanya Mark.

War In Life || NCT DREAM [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang