Part 7🌻

69.6K 8.8K 219
                                    

"Kenapa belum tidur? Bukan kah tadi kau mengeluh lelah?" Damian bertanya heran seraya menatap intens wajah gadis di sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa belum tidur? Bukan kah tadi kau mengeluh lelah?" Damian bertanya heran seraya menatap intens wajah gadis di sampingnya.

Krystal menghela nafas panjang. "Bagaimana mungkin aku bisa tidur kalau kau memelukku seperti ini." Sinisnya.

Damian hanya tertawa pelan. Namun, tatapannya tiba-tiba menajam sedetik kemudian. "Segitu tidak sukanya kau padaku? Apakah sampai sekarang aku belum bisa menggantikan posisi William di hatimu?" Cengkramannya kian terasa di pinggang ramping Krystal.

Gadis cantik itu menelan saliva susah payah akibat tatapan mengintimidasi Damian. Lantas, ia pun menggeleng kuat. "Bukan seperti itu."

Damian menangkup kedua belah pipi Krystal. "Lalu, seperti apa?"

Krystal terdiam. Bingung harus menjawab apa. Otaknya mendadak blank mendengar pertanyaan mematikan Damian.

"Kau sangat bodoh, amour. Masih saja bertahan dengan pria yang menyelingkuhimu. Sebenarnya apa yang kau lihat darinya? Ketampanannya? Kekayaannya? Tapi, bukan kah aku jauh lebih tampan dan kaya dibandingkan dirinya." Geram Damian.

Krystal menepis tangan Damian karena terlalu kesal. "Aku tidak akan bertahan lagi dengannya karena aku tak sebodoh yang kau kira, Damian."

Damian menatap Krystal penuh selidik karena meragukan ucapan gadis cantik itu.

"Memangnya kau pikir aku ini bukan perempuan yang berperasaan? Kau pikir aku akan menerima pria yang menyelingkuhi ku? Kalau kau memang berpikiran demikian, maka kau salah besar! Aku tidak akan sudi menerima pria sampah seperti itu!" Tekannya hingga membuat Damian percaya.

"Berarti aku masih punya kesempatan untuk memiliki hatimu, bukan?" Tanya Damian secara terus terang.

"Tergantung caramu memperlakukanku." Krystal mulai memainkan permainannya.

"Aku akan memperlakukanmu dengan baik, amour."

"Itu tidak cukup."

"Bagaimana kalau aku memberikan semua yang ku miliki padamu?"

"Tidak cukup."

"Lalu, apalagi yang harus kulakukan?"

Krystal menatap Damian lurus. "Hal yang harus kau lakukan adalah setia padaku sampai kapan pun karena aku paling benci dengan penghianatan."

Damian tersenyum lebar dan memeluk tubuh Krystal erat. "Tenang saja, amour. Aku tidak akan pernah mengkhianati mu seperti bajingan itu."

Krystal tak menyahut, mau pun membalas pelukan Damian. Membiarkan Damian tenggelam dalam dunianya sendiri.

Namun di dalam otaknya sudah terpikir ribuan cara untuk balas dendam. Sebab sekarang ia telah memiliki kartu AS, Damian.

Dengan kehadiran Damian di sisinya, pembalasan dendamnya pun akan berjalan mulus.

"Ah, aku sampai lupa."

Damian melepaskan pelukannya. Kemudian, menatap Krystal serius.

"Kau belum memutuskan hubunganmu dengan William."

Pria itu meraih ponsel Krystal dan memberikan ponsel itu pada Krystal. "Cepat putuskan dia sekarang!" Desaknya.

Krystal mengambil ponselnya tanpa protes. "Oke."

Damian tersenyum bahagia melihat Krystal menurut begitu saja padanya.

"Tapi ada syaratnya."

Senyuman bahagia Damian luntur begitu saja dan berganti dengan kernyitan di dahinya. "Apa syaratnya, amour?"

"Hancurkanlah perusahaan yang telah dibangun William. Buatlah reputasinya menjadi buruk di mata semua pengusaha di dunia sehingga tidak akan ada lagi yang ingin bekerja sama dengannya."

Damian berdecak kagum. "Wow. Ternyata kau kejam juga, amour."

Krystal membuang pandangannya ke arah lain. "Aku melakukan itu karena banyak tenaga dan uangku yang terkuras di dalamnya tapi dia malah menyelingkuhi ku."

Bodoh memang. Krystal di masa lalu tak pernah ragu-ragu dalam membantu William.

Ia selalu mengerahkan tenaganya untuk membantu William. Mulai dari mencari sponsor, investor, dan masih banyak lagi hal yang dilakukannya.

Ia juga selalu meyakinkan kedua orangtuanya untuk memberikannya banyak uang demi investasi di masa depan. Saat orangtuanya menolak memberi uang, pasti ia akan ngambek dan kabur dari rumah. Alhasil, orangtuanya pun terpaksa memberikannya uang.

"Jadi, perusahaan itu bisa berdiri atas bantuanmu?"

"Iya."

"Kau tega menghancurkan jerih payahmu sendiri?"

Krystal mengangguk pasti.

"Kenapa tidak ambil alih saja perusahaannya?"

"Aku tidak minat mengurusi perusahaan sampah itu karena setiap ke sana, aku pasti akan teringat kenangan buruk." Alibinya. Padahal sebenarnya Krystal tidak ingin disibukkan oleh masalah perusahaan.

Damian mengangguk mengerti. "Baiklah. Aku akan mewujudkan apa yang kau inginkan." Kekehnya.

Krystal tersenyum lebar.

'Dugaanku tidak salah! Dengan bantuan Damian, misi ku pun menjadi mudah.' batinnya kala melihat Damian sedang menelpon bawahannya untuk menghancurkan perusahaan William.

Bersambung...

firza532

Krystal's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang