Part 54🌻

27.6K 3.5K 350
                                    

Vote sebelum baca⭐

Krystal menutup pintu ruangan kerja Damian dengan kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Krystal menutup pintu ruangan kerja Damian dengan kasar. Hal itu membuat perhatian Damian teralihkan padanya.

Belum sempat Damian berbicara, Krystal lebih dulu mengomeli Damian. "Aku tidak suka kau seperti ini, Damian!"

Damian menatap Krystal datar. Beranjak dari kursi kebesarannya. Berdiri menjulang tinggi di hadapan Krystal namun hal tersebut tak membuat nyali Krystal ciut karena wanita cantik itu tak suka sifat over posesif sang suami.

"Mulai sekarang jangan terlalu posesif. Bukan kah kau sendiri juga tahu bahwa aku tidak akan pernah berpaling ke pria lain?!"

Damian menunduk. Menangkup wajah cantik Krystal. "Aku tahu tapi aku takut, amour. Aku hanya ingin melindungimu sebelum kau pergi jauh dariku dan tak bisa ku gapai lagi."

Krystal menepis tangan Damian kasar. "Kau berlebihan."

Damian melipat tangannya di depan dada. "Aku memang berlebihan. Akan tetapi, aku berlebihan karena aku sangat mencintaimu dan takut kehilanganmu."

Krystal mengusap wajahnya gusar mendengar ucapan penuh penekanan Damian. "Aku tahu tapi bisakah kau mengurangi sikap berlebihanmu? Bukan kah kau sendiri tahu bahwa aku juga mencintaimu? Apakah kau meragukan perasaanku? Apa kau pikir aku cuma bercanda tentang setiap kata cinta yang keluar dari mulutku?" Lirihnya sehingga membuat Damian terdiam.

Krystal menghapus air mata buayanya. "Ternyata sampai detik ini kau tidak mempercayaiku, Damian. Aku kecewa padamu namun aku lebih kecewa pada diriku sendiri." Menunduk lemah. Membuat Damian merasa bersalah dan berakhir merengkuh tubuh istrinya itu ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku, amour. Jangan menangis lagi. Hatiku sakit melihatmu menangis, amour." Damian mengelus punggung Krystal menenangkan. Juga melayangkan kecupan berkali-kali ke puncak kepala Krystal.

"Aku tidak akan menangis lagi kalau kau berjanji untuk mengurangi sikap posesifmu," kata Krystal seraya mendongak, menatap serius wajah Damian.

"Baiklah. Aku janji akan mengurangi sikap posesifku."

"Berjanjilah jangan memaksaku pulang di saat aku sedang di kampus."

"Baik. Aku janji."

"Berjanji juga lah untuk mempercayaiku dan mendengarkan penjelasanku terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan."

Damian mengangguk sembari menghapus air mata Krystal.

"Aku berkata seperti ini juga untuk demi kebaikan hubungan kita, Damian. Jujur saja. Aku tidak akan sanggup bertahan kalau kau terlalu posesif. Aku manusia biasa. Aku punya sisi lemah dan lelah. Aku bisa saja menyerah terhadapmu, meskipun aku sangat mencintaimu. Mungkin perpisahan lebih baik untuk kita."

Nafas Damian tercekat mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Krystal. Kembali memeluk tubuh Krystal. Kali ini pelukannya sangat erat lantaran takut kehilangan istri tercintanya. "Jangan melanjutkan ucapanmu lagi, amour. Aku janji akan mengurangi sifat posesifku tapi berikan aku waktu untuk mengubahnya. Aku tidak yakin bisa berubah dalam sekejap mata karena semuanya butuh proses."

"Aku mengerti."

Begitulah mereka. Mudah marahan dan mudah juga baikan.

Semua masalah bisa teratasi dengan mudah oleh tangisan Krystal karena Damian sangat lemah melihat air mata di pelupuk mata wanita yang sangat dicintainya.

****

"Dasar adik bodoh! Beraninya kau menganggu calon istri pamanmu sendiri! Kau mau mencari mati, hah?!" Omel Lavina pada King. Adik kandungnya.

King meringis mendengar perkataan mengejutkan dari kakaknya. "Krystal calon istri paman? Kenapa aku tidak pernah tahu?"

"Itu karena kau selalu sibuk di luar bersama teman-temanmu. Makanya kau tidak pernah tahu kabar terbaru." Sinis Lavina pada adik laki-lakinya itu.

King menyengir. "Lagipula, kenapa aku harus di dalam rumah terus? Membosankan. Lebih baik aku main bersama teman-temanku dan menikmati hidup."

Lavina menempeleng kepala King gemas. "Kembali lagi ke topik awal! Sebaiknya kau segera bertobat dan tidak menganggu Krystal lagi atau kau akan dimarahi habis-habisan oleh paman. Lebih parahnya lagi kau akan dimutilasi oleh paman dan dagingmu diberikan pada hewan buas peliharaannya."

King bergidik ngeri. "Aku tahu! Mana mungkin aku berani melawan paman menyeramkan kita itu. Aku masih sayang nyawa."

Pada dasarnya, King sendiri pun tahu bagaimana kekejaman dari pamannya.

"Lagipula aku mendekati Krystal karena taruhan. Bukan karena aku benar-benar suka ke dia. Mana mungkin King yang ganteng, mempesona, pintar, famous, dan terkenal ini jatuh cinta pada orang tua. Kami tidak level!" Cengir King seraya tersenyum penuh percaya diri.

"Adik menyebalkan! Pergi sana! Perkataanmu membuatku mual!!" Usir Lavina kesal bukan main melihat tingkat kepercayaan adiknya yang di atas rata-rata.

Maudy yang sedari tadi menjadi penonton hanya manggut-manggut melihat drama kakak adik di hadapannya. Ia sendiri pun cukup kaget mengetahui orang yang menganggu Krystal adalah adik dari temannya sekaligus merangkap sebagai keponakan dari Damian.

'pasti akan seru kalau terjadi perebutan perempuan di antara paman dan keponakan.' kekeh Maudy dalam hati.

"Akan tetapi, sepertinya pengecualian untuk teman kakak ini." King mengedipkan matanya genit ke Maudy, membuat gadis itu bergidik ngeri.

"Kakak manis pasti mau kan menjadi pacarku? Pastinya dong! Mana mungkin bisa menolak pesona seorang King!" Kepercayaan diri pria satu itu benar-benar membuat orang menggelengkan kepala heran.

Maudy tersenyum manis sebagai tanggapan. "Maaf. Aku tidak tertarik pada berondong. Tidak level." Lembut namun menusuk. Membuat King tidak bisa berkata-kata lagi.

Bersambung...

12/5/22

firza532

Krystal's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang